Autumn Leave : 25

14K 1.5K 192
                                    

Musim gugur sudah benar - benar akan berakhir,  bersamaan dengan olimpiade yang semakin dekat. Dua minggu, hanya tinggal 14 hari sebelum olimpiade.

Jimin belum juga bangun,  keluarganya bergantian menjaga.  Bahkan In Na sudah menginap selama 2 malam di sana,  menunggui anaknya yang sepertinya masih ingin tidur lebih lama lagi,  mungkin Jimin sangat lelah sampai enggan membuka mata,  mungkin,  mimpi Jimin lebih indah sehingga dia tidak ingin kembali ke dunia nyata.

"Bu,  sebaiknya ibu pulang, dan beristirahat.  Ibu sudah berada di sini sejak kemarin lusa. Ibu pasti lelah." Yoongi mengusap bahu In Na yang masih duduk di sebelah ranjang Jimin,  tangannya terus mengusap dan menggenggam tangan Jimin.

"Pasti,  Jimin selama ini kesepian ya,  Yoongi?"

Helaan napas lolos begitu saja dari bibir Yoongi,  "Iya bu,  Jimin kesepian selama ini."

"Bagaimana mungkin,  ibu tidak mengenalinya waktu itu,  Yoongi?" mata In Na kembali berkaca - kaca.

"Aku juga tidak mengenalinya bu, awalnya.  Ibu tahu, setiap hari Jimin selalu datang ke ruanganku dengan alasan minta diobati." Yoongi mulai bercerita,  sambil tersenyum saat mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan Jimin,  sebelum dia sadar pemuda itu adalah adiknya.

"Setiap hari?  Jimin,  terluka setiap hari?" In Na terlihat cemas,  entah kenapa,  hati Yoongi malah menghangat mendengarnya.

"Lebih tepatnya,  dia sengaja menyakiti dirinya sendiri.  Hanya untuk mencari alasan agar bisa bertemu denganku.  Bukankah,  dia sudah berkorban terlalu banyak hanya untuk bertemu kita bu?" Yoongi menatap adiknya yang masih memejamkan mata,  dia rindu melihat binar di mata kecil itu.

Setetes air mata lolos membahasa permukaan tangan Jimin yang digenggam,  In Na menangis,  kali ini bukan karena merasa sakit dan benci setiap melihat Jimin.  Tapi dia benci pada dirinya sendiri yang sudah tega membuat Jimin yang tidak bersalah menjadi menderita,  melewati hidupnya yang sulit sendirian.

In Na menciumi tangan Jimin yang hangat,  "Maafkan ibu, Jimin.  Bangunlah nak, ibu mau meminta maaf padamu."

".."

Hangat,  Jimin merasakan hangat.  Seperti berada dalam dekapan yang hangat,  tangannya menghangat.  Seperti digenggam, yang membuat rasa rindu merambat ke hatinya.

Perasaan apa ini?  Tapi Jimin masih enggan membuka matanya,  dia masih nyaman berada di sana,  dia sangat lelah.  Dia ingin tidur lebih lama. 

Kemudian, dia mendengar suara isakan.  Suara seseorang memanggil namanya.

Ibu?

Suara itu memintanya untuk bangun. Siapa yang menyuruhnya bangun?  Apa ibu?  Tidak,  tidak mungkin.  Tapi suara itu..

Bangunlah nak,  ibu mau meminta maaf padamu..

***

Ketiga pemuda itu,  tengah memakan makan siang mereka dalam diam. Sibuk dengan pikiran masing - masing,  mengunyah makanan mereka tanpa napsu.

Sampai helaan napas Taehyung,  mengisi kekosongan di meja itu.  Dia rindu sahabatnya.

"Bagaimana Jimin?  Apa kakakmu sudah memberi kabar?" tanya Taehyung pada Jungkook yang duduk di sebelahnya.

"Masih sama."

"Dia..  Akan bangun kan?" ada sedikit nada cemas dari pertanyaan Taehyung barusan.

Autumn Leave ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang