Autumn Leave - Pertemuan Mereka

7.9K 984 8
                                    

Saat itu, awal musim gugur. Cuaca masih cukup hangat karena peralihan dari musim panas . Ini, adalah pertama kalinya Kim Namjoon mengunjungi rumah neneknya yang dia ketahui berada di kaki gunung Naksan, di sebelah timur kota Seoul. Namjoon jarang sekali menghabiskan waktu dengan anggota keluarga seperti ini, dia lebih sering menghadiri acara-acara formal yang mengharuskannya tersenyum sepanjang acara, membuat rahangnya pegal karena senyum yang dipaksakan.

Namjoon pikir, dia akan menghabiskan waktu beberapa hari dengan keluarganya di sana, nyatanya, baru saja dia menjejakan kaki di rumah besar namun terlihat sederhana dalamnya itu, orang tua Namjoon sudah harus berangkat lagi untuk urusan bisnis mereka. Apa orang tuanya hanya berniat menitipkan Namjoon di sana selama mereka pergi? Namjoon merasa diabaikan,  Namjoon tidak mengharapkan ini, dia bahkan rela bolos sekolah dan merencanakan liburan yang menyenangkan ini, tapi sepertinya Namjoon tidak pernah diizinkan untuk banyak berharap. 

"Namjoon, kenapa kau tidak pergi keluar untuk bermain?" tanya neneknya saat melihat Namjoon hanya duduk di tepian kolam ikan, memandangi ikan-ikan koi yang berenang di kolam dangkal itu.

"Aku tidak punya teman, nek." jawab Namjoon tanpa menoleh pada neneknya, dirasakannya kepalanya diusap. 

"Kau bisa mencari teman di sini, di atas bukit sana, ada lapangan luas yang biasa dipakai bermain oleh anak-anak kampung. Mungkin kau bisa bermain di sana? dari pada melihat ikan terus seperti itu." nasihat neneknya.

Meski setengah hati, Namjoon tetap pergi juga. Semata dia hanya tidak mau menyakiti hati neneknya yang sudah berbaik hati padanya, jadi Namjoon keluar dari gerbang kayu itu, matanya mengedarkan pandangan ke sekeliling, namun yang dia dapati hanya jalanan yang sepi, Namjoon memutuskan untuk naik undakan tangga menuju ke atas bukit sesuai perkataan neneknya. Sejujurnya, Namjoon suka tempat itu, pemandangannya indah, Namjoon itu suka hal-hal yang berbau alam seperti ini. Namjoon sudah sampai di undakan tangga teratas, samar dia mendengar suara teriakan anak-anak.

Dengan langkah hati-hati, Namjoon terus berjalan, dilihatnya sebuah lapangan luas dimana di sana ada beberapa anak sesusianya yang sedang bermain, Namjoon hanya menatap mereka, tidak berniat untuk ikut bermain, dia tidak tahu bagimana memulai sebuah perkenalan, jadi dia memilih untuk diam dan memperhatikan.

"Hey!"

Namjoon terlonjak kaget saat mendapati sebuah tepukan di bahunya, dia menoleh cepat. Seorang remaja tengah tersenyum padanya, senyum yang sangat lebar. 

"Aku Jung Hoseok." Hoseok mengulurkan tangan mengajak berkenalan.

Namjoon tidak berniat untuk menyambut tangan Hoseok. Hoseok berdecak, kemudian tanpa permisi mengambil tangan Namjoon, menjabatnya erat, senyumnya tidak pernah luntur dari wajah Hoseok, membuat kening Namjoon berkerut bingung.

"Kau mau ikut main?"

Namjoon tidak merespon, tanpa permisi lagi, Hoseok sudah menarik tangan Namjoon untuk mengikutinya ke lapangan.

"Hoy! Aku membawa teman baru!" Hoseok berteriak sambil mengayunkan raketnya pada teman - temannya di sana.

"Wah, kau dapat teman baru, anak orang kaya ya?"

Hoseok mengernyit, kemudian mendengus tidak suka. "Tidak perduli, dia kaya atau tidak. Mulai sekarang dia temanku, berarti dia teman kalian juga. Iya kan... " Hoseok menoleh pada anak yang tidak Di ketahui namanya itu.

"Bodoh! Kau saja tidak tahu namanya, sudahlah. Orang kaya seperti mereka, tidak akan mau berteman dengan orang miskin seperti kita." kesal salah satu yang memakai kaos berwarna merah dengan celana training hitamnya.

Namjoon melepaskan diri dari rangkulan Hoseok. Kemudian berlari meninggalkan mereka. Hoseok menatap tajam pada temannya yang sudah bicara sembarangan itu, dia ingin mengejar, tapi Namjoon sudah tidak terlihat di sana.

***

Namjoon, duduk dibingkai jendela kamarnya. Sepasang mata sipitnya menatap bulan yang sedikit tertutup awan kelabu di atas sana. Entah bagaimana, tiba-tiba bayangan remaja yang tempo hari memperkenalkan dirinya sebagai Jung Hoseok itu berhasil menarik minat Namjoon. Senyum Jung Hoseok yang seperti matahari sore itu terus bermain dipikiran Namjoon, bagaimana bisa seseorang tersenyum seperti itu? Namjoon itu memang tidak pernah pandai membaca sifat seseorang, ingat waktu Namjoon hanya dimanfaatkan, dan setelah itu dia tidak mau berteman lagi? tapi remaja itu, Jung Hoseok, Namjoon melihat ketulusan dari senyumnya.

Namjoon menghela napas, dia merasa penat berada di dalam kamar, jadi Namjoon menarik jaket dari kepala ranjang dan keluar kamarnya yang ada di lantai dua rumah neneknya. Sang nenek, baru saja keluar dari dapur sambil membawa cangkir teh yang uapnya masih mengepul kala Namjoon menuruni undakan tangga terakhir.

"Kau mau pergi kemana, Joon?" tanya neneknya.

"Mencari udara segar sebentar, nek. Tidak apa-apa, kan?"

Neneknya mengulas senyum hangat, mirip ibunya. Namjoon saja sampai lupa kapan ibunya tersenyum hangat seperti itu. "Aku pergi dulu, nek." Namjoon berpamitan.

Kaki Namjoon, kembali membawanya ke lapangan tempo hari. Dia jadi teringat perkataan teman si Jung Hoseok itu. Namjoon sedikit sakit hati saat itu, kenapa semua orang mengkotak-kotakan mana orang kaya dan orang miskin?

Namjoon memilih duduk di tengah-tengah lapangan, kenapa Namjoon  benar-benar merasa sendirian sekarang? padahal bumi ini dipenuhi oleh manusia, tapi kenapa hanya Namjoon yang sendirian? Namjoon menoleh ke belakang dengan waspada saat telinganya menangkap suara langkah kaki.

"Kau! Si tanpa nama!"

Itu pemuda yang kemarin Namjoon lihat, Jung Hoseok.

Hoseok menunjuk Namjoon yang juga tampak terkejut. "Kenapa kau tidak datang lagi ke sini?"

Namjoon diam, dia memilih membuang pandangannya ke tembok penuh gambar di sekeliling lapangan. Namjoon sedikit terkejut saat tahu-tahu Hoseok sudah berjongkok di sampingnya dengan raut wajah gelisah.

"Maaf soal perkataan Jeonghan, dia memang selalu bicara pedas. Seperti ibu-ibu, jangan dimasukan ke dalam hati ya."

Namjoon masih diam, permintaan maaf itu terdengar sangat tulus. Kenapa Jung Hoseok terlihat berbeda dari orang-orang yang pernah Namjoon temui?

Namjoon melihat remaja berhidung lancip itu berdiri, lalu berkata. "Aku harus pergi sekarang, kakek ku harus minum obat. Dan juga, sudah waktunya makan malam. Kau pulang lah, tanpa nama. Hati-hati di jalan."

Namjoon menarik ujung kaos Hoseok, menatap remaja itu ragu. "B.. Bolehkah aku ikut ke rumahmu?"

Hoseok tersenyum, "Boleh saja, asal, kau beritahu aku, siapa namamu."

"Namjoon, Kim Namjoon."Namjoon berdiri sembari memberitahu namanya.

Senyum Hoseok semakin melebar, dalam hidupnya, Namjoon tidak pernah bertemu seseorang yang terlihat selalu tersenyum seperti anak dihadapannya ini.

"Ayo Namjoon, kita ke rumahku." Hoseok merangkul Namjoon akrab. Keduanya berjalan menuju rumah Hoseok yang berada sedikit di atas, berjalan dalam diam.

Rumah Jung Hoseok, tidak berbeda jauh dengan rumah-rumah lain di sekitarnya, kecil dan sederhana. Namjoon tidak mempermasalahkannya, malah dia awalnya sedikit kesal karena Hoseok meminta maaf terus menerus takut-takut Namjoon tidak nyaman di rumahnya. Malam itu, Namjoon semakin tahu mengenai kehidupan Jung Hoseok, tentang kedua orang tuanya yang sudah meninggal dan Hoseok hanya punya kakeknya saja.

Namjoon merasa kali ini dia tidak akan salah memilih teman, Jung Hoseok itu orang paling tulus yang pernah dia temui.


Autumn Leave ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang