Oops!

95.7K 2K 108
                                    

Evelyn melayangkan pandangan pada Ben yang tengah tertidur di sofa. Perlahan bibirnya membentuk senyuman kala menatap wajah tampan itu. Bukan, bukan karena Evelyn mulai menyukainya, melainkan karena ia begitu mengagumi Ben. Mengagumi rasa sayangnya yang begitu besar pada Angel.

Evelyn masih mengingat dengan jelas saat pagi tadi Ben memintanya menjaga Angel. Lelaki itu mengatakan akan pulang terlambat akibat pekerjaannya yang begitu banyak. Tetapi hanya dengan melihat wajah memelas Angel yang memintanya untuk tidak kembali ke kantor seusai makan siang di restauran tadi, Ben lantas menurut. Angel benar-benar beruntung, batin Evelyn. Ia memiliki Ayah yang begitu menyayanginya, bahkan rela mengorbankan pekerjaan demi putrinya.

"Mommy..." Angel memanggil Evelyn, membuat perempuan itu tersadar dari pikirannya. Ia lantas menoleh dan segera menghampiri gadis kecil itu.

"Ya, Sayang? Ada apa?"

"Bolehkah aku meminta bantuan, Mommy?"

"Tentu, Cantik. Apa yang bisa Mommy lakukan untukmu?"

"Ayo Mom, ikut aku." Angel menggamit lengan Evelyn, membawa perempuan itu melangkah menuju kamarnya.

"Tolong ambilkan boneka itu untukku, Mom," pinta Angel seraya menunjuk ke arah lemari berisi berbagai jenis boneka yang menggantung pada dinding kamarnya. Tangannya terarah pada salah satu boneka barbie yang duduk dengan manis di sana.

Evelyn mengikuti arah jari telunjuk Angel, lalu terdiam sejenak. Lemari tersebut tergantung cukup tinggi. Evelyn membutuhkan sebuah benda yang mampu menopangnya untuk dapat mengambil boneka yang dimaksud Angel.

"Baiklah, Sayang. Kau tunggu di sini sebentar, Mommy akan mengambil sebuah kursi," kata Evelyn, kemudian berjalan ke luar dari kamar tersebut.

Evelyn berjalan ke dapur dan menemukan sebuah kursi kayu. Dengan segera ia mengangkat kursi tersebut dan membawanya kembali ke kamar Angel. Gadis kecil itu tersenyum senang saat melihat ibunya sudah kembali dan bersiap mengambilkan boneka kesayangannya.

Evelyn meletakkan kursi kayu yang dibawanya tepat di bawah lemari boneka. Setelah mengatur posisi yang pas, ia bergerak menaiki kursi itu dan bersiap mengambil boneka yang dimaksud Angel. Evelyn menggapaikan tangan, berusaha meraih boneka Barbie tersebut, namun kemudian merasa kesulitan karena posisi boneka yang terletak di bagian dalam.

Tak menyerah, Evelyn menjinjitkan kakinya. Hampir saja ia berhasil meraih boneka barbie milik Angel ketika tiba-tiba saja kursi kayu yang dipijaknya bergoyang, menimbulkan suara deritan yang beradu dengan lantai. Bagian kaki kursi tersebut patah sehingga Evelyn yang berdiri di atasnya mendadak kehilangan keseimbangan. Lalu perempuan itu terjatuh, dan seketika meringis saat merasakan nyeri pada pergelangan kakinya.

"Mommy!" seru Angel seraya berlari menghampiri Evelyn.

"Ada ap—astaga Eve, kau mengapa?!" tanya Ben yang tiba-tiba saja muncul. Mendengar kegaduhan tadi kontan membuatnya terbangun dan segera berlari menuju kamar Angel, tempat yang menjadi sumber suara.

"Daddy, kaki Mommy berdarah!" Angel menunjuk mata kaki Evelyn yang terluka. Cairan merah segar tampak mengalir dari sana. Ternyata mata kaki Evelyn tergores oleh bagian kursi yang patah.

Tanpa banyak bicara Ben meraih tubuh mungil Evelyn ke dalam gendongannya. Ia membawa perempuan itu menuju ruang tengah dan mendudukkannya pada salah satu sofa yang ada disana.

"Tunggu disini sebentar," kata Ben, kemudian melangkah dan seketika menghilang di balik dapur. Tak lama kemudian lelaki itu kembali dengan kotak obat di tangannya. Ia meletakkan kotak tersebut di atas meja dan segera berjongkok di depan Evelyn.

"Mengapa kau bisa sampai terjatuh begitu?" tanya Ben. Tangannya dengan cekatan meraih sehelai kapas, melumurinya dengan alkohol dan menempelkannya pada luka Evelyn. Membersihkan cairan merah yang terus mengalir dari sana.

Unexpected WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang