The Reason

61.8K 1.7K 148
                                    

Pagi telah tiba. Cahaya matahari merembes masuk dari celah kaca jendela, membuat Evelyn menggeliat karena terpaan panasnya. Perlahan perempuan itu membuka mata. Saat ia menoleh ke sisi tempat tidurnya, Ben sudah tidak ada disana. Sayup-sayup, Evelyn mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Ben. Lelaki itu sedang mandi rupanya.

Dengan segera Evelyn bangkit dari ranjang. Perlahan ia membuka lemari pakaian Ben, untuk memilihkan setelan kerja yang akan digunakannya seperti biasa. Setelah menemukan setelan yang pas, Evelyn meletakkan pakaian tersebut di atas ranjang, lantas bergegas keluar dari kamar. Ia harus menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya.

Saat melewati pintu kamarnya, langkah Evelyn seketika terhenti. Dengan pelan ia mendekati pintu tersebut dan membukanya. Kosong. Billy benar-benar tidak pulang. Dalam hati, Evelyn bertanya-tanya dimana Billy berada. Juga berdoa semoga ia baik-baik saja.

Dengan menelan sedikit kekecewaan, Evelyn kembali menutup pintu berwarna cokelat tersebut, lantas melangkah menuju kamar Angel. Ia membangunkan gadis kecil itu dengan lembut dan menyuruhnya untuk segera mandi. Lalu setelah menyiapkan seragam Angel, Evelyn melanjutkan langkah menuju dapur.

Evelyn membuat segelas susu untuk Angel, secangkir kopi untuk Ben, dan secangkir teh untuk dirinya sendiri. Kemudian, ia menyiapkan beberapa tangkup roti bakar sebagai menu sarapan mereka.

"Aku mencari-carimu di kamar, ternyata kau sudah disini." Suara bariton milik Ben yang begitu khas terdengar mengagetkan Evelyn. Kala ia menoleh, tampak lelaki itu sudah siap dengan pakaian kerjanya.

Evelyn mengulum senyum. "Duduklah. Sarapan," perintahnya kemudian.

Ben menurut. Dengan segera ia menarik salah satu kursi dan menjatuhkan diri di atasnya.

"Billy tidak pulang." Ben membuka pembicaraan. "Aku mencemaskannya. Tidak biasanya dia seperti ini."

Evelyn terdiam. Ia menarik napas dalam-dalam. Ya, Evelyn juga tahu, tidak biasanya Billy begini. Menjalin hubungan kasih selama tiga tahun dengan Billy, telah membuat Evelyn mengenal sifat lelaki itu dengan cukup baik. Lagi, rasa bersalah itu datang menyerang hatinya. Evelyn tahu, ia telah menyakiti Billy. Dan lelaki itu tentu tidak akan pergi, seandainya Evelyn tidak mengucapkan kata-kata yang melukai hatinya.

Sungguh, Evelyn merasa bingung dengan perasaannya. Segalanya kini begitu berbeda. Melihat kedatangan Billy kemarin, ia memang merasa terkejut. Sangat terkejut. Tetapi yang jauh lebih mengejutkan, Evelyn tidak lagi merasakan debaran itu. Duduk di hadapan Billy kemarin memang membuat jantungnya berdegup kencang. Tetapi Evelyn tahu, itu terjadi hanya karena ia takut menerima reaksi kemarahan Billy. Tidak lebih dari itu.

Dulu, Evelyn selalu merasa senang berada di dekat Billy. Selalu merasa berbunga-bunga pada pertemuan mereka. Tetapi kemarin, seluruh rasa itu tidak ada. Seakan musnah, pergi entah kemana. Membuat Evelyn bertanya-tanya, mungkinkah cintanya pada Billy sudah hilang?

Entahlah. Evelyn tidak mampu menjawab. Yang ia tahu, sejak kehadiran Ben, dirinya perlahan melupakan Billy. Tidak lagi menyimpan rindu yang menggebu-gebu untuk lelaki itu, seperti dulu.

"Eve?"

Panggilan Ben terdengar, membuat lamunan Evelyn seketika membuyar. Perempuan itu kontan tergeragap. "Eh, yah?"

"Aku perhatikan, akhir-akhir ini kau sering melamun. Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" tanya Ben. Mata elangnya menelusur wajah Evelyn dengan tatapan penuh selidik.

"Tidak," sahut perempuan itu dengan pelan.

Lalu, Evelyn kembali berpikir. Haruskah ia memberitahu perihal hubungannya dengan Billy pada Ben? Ya, Evelyn ingin. Tetapi, entah mengapa ia takut menyakiti hati lelaki itu. Sudah cukup kesakitan yang dirasakannya karena memikirkan Angel. Memikirkan penyakit gadis kecil itu, juga resiko kehilangannya yang bisa terjadi kapan saja.

Unexpected WeddingWhere stories live. Discover now