Let Her Go

54.9K 1.5K 97
                                    

Ben melangkah keluar dari Green Cafe dengan perasaan campur aduk. Setelah mendengar kabar mengejutkan dari Frans, lelaki itu mendadak memutuskan untuk segera pulang. Ia ingin menanyakan kebenarannya secara langsung pada Evelyn, perihal hubungan perempuan itu dengan adiknya, Billy.

Ben merasakan kepalanya didera rasa pusing hebat. Terlebih saat ingatannya memutar ulang saat-saat percakapannya dengan Billy, di hari pertama kedatangan lelaki itu.

"Jadi, apa alasan yang membuatmu berniat untuk menghabiskan masa liburanmu disini, Bill?"

"Awalnya aku ingin bertemu dengan kekasihku."

"Awalnya? Mengapa awalnya? Maksudmu, kau berubah pikiran lalu membatalkan niat untuk bertemu dengannya, begitu?"

"Bukan aku yang berubah pikiran, tetapi... dia."

Oh tidak. Bagaimana bisa Ben tidak mencerna kalimat-kalimat itu? Bahkan saat itu, ia juga menangkap gerak-gerik aneh pada Billy. Lelaki itu tidak berhenti memandang Evelyn, dengan tatapan yang sulit diartikan. Ah, mengapa Ben tidak menyadarinya?

Ben mempercepat langkah menuju apartemennya. Ia benar-benar merasa tidak sabar untuk segera bertemu dengan Evelyn dan memperjelas semua. Setidaknya jika Evelyn masih mencintai Billy, Ben tahu apa yang harus ia lakukan. Ben akan cukup sadar untuk melangkah mundur dan melepas perempuan itu. Bagaimana pun, Billy adalah sepupu yang telah dianggap seperti adik kandungnya. Dan jika pada akhirnya Evelyn memilih Billy, Ben akan mundur secara terhormat. Mengakui kekalahannya sebagai lelaki sejati.

Tangan Ben terangkat, membuka pintu apartemennya. Karena ia adalah pemilik apartemen tersebut, tentu ia dapat melakukannya dengan mudah. Jantung Ben berdegup sangat kencang. Dengan cepat ia berjalan memasuki apartemen tersebut. Menyapu pandangan ke seluruh penjuru ruangan, berusaha menemukan Evelyn.

Dan tubuh Ben menegang seketika kala melihat pemandangan di hadapannya. Pemandangan yang mungkin menurut orang lain begitu indah, tetapi tidak untuk dirinya. Demi apapun, Ben tidak pernah berharap menyaksikan pemandangan itu.

Evelyn. Dengan gerakan cepat ia tampak menubruk tubuh Billy, membenamkan wajah pada dada lelaki itu.

"Terimakasih, Bill. Aku mencintaimu. Sungguh mencintaimu," kata Evelyn, sembari terisak dalam rengkuhan Billy.

Ben mematung. Hatinya benar-benar sakit melihat Evelyn memeluk Billy, dan mendengar pernyataan cintanya pada lelaki itu. Sungguh, rasanya Ben ingin berteriak dan segera memisahkan mereka. Bahkan tangannya perlahan mengepal, akibat emosi yang memuncaki kepalanya.

Oh tidak. Tidak seharusnya Ben marah. Sejak awal, Evelyn memang milik Billy, bukan? Ben-lah yang telah berusaha merebut perempuan itu. Dan kenyataan itu membuat Ben merasa terlempar ke dasar bumi. Harapannya yang begitu tinggi pada Evelyn mendadak terhempas. Membuat hatinya sakit, perih tak tertahankan.

Ben melangkah mundur. Perlahan tetapi pasti, ia melangkah pergi dari tempat itu. Ben tidak ingin melihat lebih jauh. Ia tidak ingin merasakan sakit yang lebih dalam lagi. Tanpa perlu bertanya pun, Ben sudah mengetahui jawabannya. Evelyn mencintai Billy. Sejak awal, bahkan hingga akhir pun, akan selalu begitu.

***

Evelyn menarik dirinya dari rengkuhan Billy. Ia menatap kedua mata cokelat gelap itu dengan sedih. Sedih sebab pada akhirnya, ia hanya mampu menyakiti lelaki itu. Meski Evelyn sudah berusaha, pada akhirnya hati tetap tidak bisa dipaksa.

Billy mengangkat tangannya, menghapus sisa-sisa airmata di pipi Evelyn. Lelaki itu mengulas sebuah senyum. Seolah ingin menunjukkan pada perempuan di hadapannya, bahwa ia baik-baik saja. Dan Evelyn tidak perlu merasa menyesal telah mengakhiri hubungan mereka. Cukup dengan perempuan itu bahagia, Billy pun akan merasakan hal yang sama. Meski bahagia itu bukan tercipta karenanya.

Unexpected WeddingWhere stories live. Discover now