<Chapter Nine : Bruises.>

14.3K 1.4K 263
                                    

.
.

.
.
.

Aku berjalan bersama ketiga adikku. Tubuhku sakit...

Aku sengaja berjalan di belakang mereka agar tidak curiga denganku yang berjalan aneh, atau memiliki beberapa luka yang ingin kututupi.

Aku menghela napas yang berat. Cakaran ini terasa melebar. Kalau begini-

Taehyung berhenti, sehingga aku menabrak punggungnya.

"Aw, Tae! Kenapa kau berhenti?"

Taehyung berbalik, dan wajahnya terlihat marah.

"Daritadi kau menghela napasmu. Hah huh hah huh! Apa kau baik-baik saja? Atau mungkin kau capek?"

"Aku-"

"Tae," suara Jimin menginterupsi, "Tentu saja ia capek!! Jika kita capek, berarti dia lebih capek!"

"Tunggu, bukan-"

"Ohhh begitu ya!" ucap Tae. Wajah ketusnya tadi berubah dan terlihat polos. "Kalau begitu, Y/N, naik ke punggungku!! Aku kuat kok!!"

"Tidak! Biar aku saja!!"

"Hyung, aku saja, ya?"

Mereka terus berkelahi...

Ah, kepalaku sakit menghadapi mereka bertiga. Sudah cukup Yeri membuatku pusing dengan tuduhan anehnya.

"Hei hei!! Aku bisa jalan sendiri, lihat?" aku berjalan pergi, membuat mereka bertiga mengekoriku dari belakang.

Mereka sudah tenang, tapi aku harus berjalan seperti biasa. Ah, sakit...

Setelah sampai, aku langsung masuk ke kamar, tapi tak lupa menyapa semua orang di rumah.

Aku mengambil P3K diam-diam, dan masuk ke kamarku.

Ya, aku punya kamar sendiri, karena aku lah yang membayar apartemen ini, dan juga karena hanya aku yang seorang gadis diantara mereka semua.

Jadi mereka tentu saja pindah ke kamar sebelah, dan salah satu dari mereka berganti tempat untuk tidur di sofa.

Setelah sibuk memakai P3K, aku dikejutkan oleh ketukan pintu.

Aku menyembunyikan bekas-bekas lukaku, dan menyembunyikan kotak itu di bawah selimutku.

"Si-siapa??" aku mengutuk diriku. Aku terdengar sangat mencurigakan sekarang.

"Seokjin."

"Baiklah, uhm, silahkan masuk."

Seokjin masuk, dan duduk di kasurku. Tempat tidurku berbunyi dan ikut turun karena beratnya.

Dia menatap mataku, dan memegang kedua tanganku. "Jujurlah, Y/N." Suaranya terdengar, keras dan memerintah.

"Baiklah..."

Tangannya tiba-tiba menyibak selimutku, dan terpampanglah kotak P3K. Dia mengambil kotak itu, dan menunjukkannya padaku.

"Jelaskan apa maksudmu mengambil ini."

Oh. Dia tahu aku mengambilnya?

"Uh... Begini..."

Dia masih menatapku. Aku tidak ingin dia tahu kebenarannya, setidaknya jangan sekarang.

"Aku... jatuh...?" aku memelankan kata-kataku di kata jatuh.

"Jatuh dimana?" suaranya terdengar melembut. Wajahnya berubah khawatir.

Aku secara tak sadar memegang lenganku, "Uhm, tadi saat aku ke toilet..."

My Cats! {bts} [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang