Gitar

830 82 77
                                    

Pukul 3 sore.

Refa kini tengah memainkan ponsel di kamarnya. Memutarkan MV Korea. Refa menyibukkan diri dengan hobi fangirling-nya. Sehubungan hari ini ia sedang libur.

Saat tengah asyik, tiba-tiba notifikasi WhatsApp muncul, mengganggu keasyikannya.

Mwodeun seotuljiman cheoeumiran daneoga jo— Aaa!!! Apa, sih, ganggu aja?!”

Refa sejenak menghentikan aksi karaokenya yang membawakan lagu ‘Young Wings’ dari Boyband Korea, Stray Kids.

Pesan dari Farel.

Ref, 5 menit lagi aku sampe di rumah kamu.

“Apa, sih? Lagi males, juga. Buat apa, sih, Rel?” gerutu Refa.

Refa menimang-nimang apa yang harus ia lakukan.

Tiba-tiba, muncul notifikasi WhatsApp dari Deon.

Ref, kita main, yuk! Aku jemput. Kamu turun, deh. Aku dah di depan gerbang.

“Ini apa juga?” Refa menarik napasnya panjang.

Refa membuka gorden kamarnya, mencari Deon. Dan benar, Deon sudah di depan gerbang. Ia melambaikan tangannya.

Refa dengan segera turun menghampiri Deon.

“Ih … kok, ngedadak, Kak?” Refa membuka pagar rumahnya.

“Hehe …. Biarin, dong. Yuk, langsung berangkat.” Deon memberi helm merah.

“Langsung aja, nih? Aku ganti baju dulu kalo gitu.” Refa hendak kembali ke rumahnya, tapi ia teringat WhatsApp dari Farel.

Refa terhenti dan membalikkan badannya. Deon menatap Refa, lalu mengangkat alisnya. “Kenapa, Ref?”

“Euungg …. Langsung aja, deh, Kak. Kita berangkat.” Refa naik ke motor Deon sembari memakai helm merah tadi.

“MAMA, PAPA! REFA BERANGKAT DULU, MAU MAIN!!!” Refa berteriak kepada Mona dan Haris yang sedang duduk di ruang keluarga.

Deon menutup telinganya. “Adoooh! Teriaknya, ampuuunn ….”

“Hehehe … biarin, Kak, daripada gak kedenger. Ayo, sekarang kita berangkat,” ujar Refa.

Deon melajukan motornya, hingga mereka sampai di toko alat musik.

“Ngapain ke sini? Katanya mau main.” Refa membuka helm-nya.

“Beli gitar,” jawab Deon sambil mencabut kunci motornya.

“Buat siapa?”

“Dion.” Deon langsung masuk ke dalam toko, meninggalkan Refa.

Refa mengikuti Deon dari belakang.

“Hiih, main tinggal aja,” ucap Refa sambil cemberut.

“Hiih, cemberut mulu … ditinggal gitu juga.” ledek Deon lalu merangkul bahu Refa.

Refa kaget, lalu menatap lengan Deon yang merangkul bahunya.

“Ini apa?” Refa menunjuk lengan Deon.

“Tangan.” Deon menjawab santai lalu kembali berjalan melihat-lihat gitar sambil merangkul Refa.

Refa hanya dibuat bingung dengan sikap Deon. Tapi, Refa tidak melepaskan lengan Deon. Refa pikir, selagi tidak berlebihan, tidak masalah baginya.

Farel dan RefaWhere stories live. Discover now