Fatal

943 63 106
                                    

“Ya, anak-anak. Ini tugas terakhir kalian bersama saya, jadi dimohonkan kesungguh-sungguhannya. See you soon, my students,” pungkas Mrs. Caroline menutup perjumpaan KBM hari ini.

Thank you, Miss,” ucap semua murid di kelas Refa.

Billy yang sedari tadi menghadap ke depan, langsung membalikkan badannya sehingga menghadap berkelompok bersama Farel, Refa, dan Chyntia.

Mereka sudah duduk berkelompok semenjak jam pelajaran Bahasa Inggris dimulai.

“Mau kapan?” tanya Billy.

“Besok aja, gimana?” saran Refa.

Farel mengangguk. “Di mana?” tanyanya kemudian.

“Di rumahku aja, deh. Mumpung ada saudaraku yang lagi liburan. Kali aja bisa ngebantu, kan? Dia tuh … pinter banget!” ujar Chyntia antusias.

“Ahhh …. Susah percaya, gue, sekarang sama lu, Chyn!” Billy sewot.

“Yaelahh …. Apa maksudnya?” Chyntia tak terima.

“Kata lu … tugasnya tentang penelitian-penelitian. Nyatanya bukan, kan?” ujar Billy.

Farel dan Refa hanya menyaksikannya tanpa berniat untuk ikut campur. Biarkanlah mereka berdebat.

“Ya, gak tau! Si miss bilangnya penelitian gitu ke gue … ya, gue kagak tau kalo ternyata tugasnya bakal berubah, cielah!” Chyntia mengerucutkan bibirnya.

“Gak usah manyun! Makin jelek!” sembur Billy saat melihat perubahan ekspresi Chyntia.

“Kalian masih mau sekelompok, gak, sama kita?” tanya Refa tiba-tiba.

Billy dan Chyntia menoleh. “Mau, lah, Ref!” jawab mereka bersamaan.

“Ya, udah. Kalian jangan kek bocah, lah. Salah info gitu aja … dah lebay. Mulai tugasnya aja belum sepersen pun, kalian dah berantem.” Farel ikut angkat suara akhirnya.

“Besok, jam 8 di rumah Chyntia!” tandas Refa.

***

Yeay! Finish!” Billy langsung terduduk lesehan di karpet kecil yang digelar dekat pintu masuk rumah Chyntia.

Alhamdulillah,” sahut Farel.

Tiba-tiba, seorang wanita berkisar 22 tahunan menghampiri Farel, Refa, Billy, dan Chyntia di teras depan sambil membawa nampan berisi minuman dan camilan.

Oneesan! Uhhh, tau aja lagi haus …” ujar Chyntia.

Wanita yang dipanggil ‘Oneesan’ itu tersenyum. “Diminum, adik-adik."

Tanpa basa-basi, Chyntia mengambil gelasnya dan meminum hampir setengah isinya.

“Nih, guys, saudara yang kataku pinter banget. Namanya Hilda, tapi aku panggil dia Oneesan atau kalau dari bahasa Indonesia-nya, tuh, kakak perempuan,” jelas Chyntia.

Oneesan? Ekhem … dari bahasa Jepang bukan, Chyn?” celetuk Farel tiba-tiba.

Chyntia menjentikkan jarinya. “Yap! Kok, lu tau, Rel?”

”Ya, iya, lah! Dia, kan, penggemar anime … otaku!” Billy menyerobot.

Chyntia menatap sinis Billy. “Apa, sih, lu? Gue nanya sama Farel, juga ….”

Farel dan RefaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang