Arti Persahabatan

811 70 33
                                    

Hari Minggu di rumah Refa.

“Kita jogging, yuk!” ajak Samuel.

“Boleh, boleh!” seru Refa.

“Kita jogging ke mana?” tanya Farel.

“Gimana kalo kita ke pasar kaget?” saran Refa.

“Ayo. Seru juga, tuh!” seru Samuel.

Mereka bertiga pun jogging menuju pasar kaget seperti apa yang disarankan Refa tadi.

Mereka bersenda gurau sepanjang jalan. Jarak antara rumah Refa dan pasar kaget sekitar 1 km, cukup menguras tenaga namun tidak begitu melelahkan.

“Kita lanjut jogging di lapang, yuk!” seru Farel sesampainya mereka di sana.

”Enggak, ah. Capek … aku, Rel,” keluh Refa.

”Ah … lemah kamu, Ref!” ejek Farel.

“Wajar, lah? Dia, kan, cewek. Mau istirahat dulu, Ref? Ayo, kita juga belum sarapan ….” Samuel menarik Refa menuju gerobak bubur ayam tanpa mengajak Farel.

“Kita beli sarapan, ya? Aku jajanin, deh.” Samuel langsung memesan dua porsi bubur ayam.

“Makasih, Sam.” Refa tersenyum.

Farel pun menghampiri Refa dan Samuel yang sudah duduk di kursi yang tersedia.

“Gue udah dipesenin, nih?” tanya Farel.

“Pesen aja, sendiri. Punya mulut, kan? Eh, bukannya lu mau jogging lagi?” timpal Samuel tak peduli.

“Ref, gimana kabar akademik kamu selama di SMA?” Samuel membangun percakapan hangat dengan Refa, seolah tak ada Farel di situ.

Farel dengan terpaksa memesan buburnya sendiri. Setelah memesan, Farel hendak duduk di samping Refa.

“Eh, Kak Deon! Sini gabung,” ajak Samuel akrab.

Secara otomatis, Farel tidak jadi duduk. Refa melirik Samuel aneh, mengapa Samuel seakrab ini dengan Deon?

Tapi, Refa tak mempermasalahkannya. Ia menatap Deon yang sepertinya sengaja jogging ke sini juga.

Deon yang terlihat berpikir akan ajakan Samuel, akhirnya duduk di kursi yang hendak Farel duduki tadi.

“Samuel? Temennya Refa yang dari Korea itu?” tanya Deon antusias.

“Iya Kak. Apa kabar?” balas Samuel ramah dan terkesan begitu akrab.

“Baik. Kapan pulang ke Indonesia, Sam?”

Mereka larut dalam perbincangan. Refa pun bergabung tanpa beban. Sedangkan Farel dilupakan. Ia yang melihat kursinya direbut Deon, terpaksa mengambil kursi lagi.

Bubur ayam Refa dan Samuel telah siap dan sekarang sudah tersaji di tangan masing-masing.

Tak disangka, Samuel menawarkan bubur ayam pada Deon, “Kak, mau pesen bubur? Aku traktir, deh ….”

“Wah … gak usah repot-repot, Sam. Pake uang aku aja,” tolak Deon sopan.

“Gapapa, dari aku aja, Kak. Mang, pesen satu lagi, dong.”

“Makasih, loh, Sam ….” Deon merasa tidak enak.

Farel yang melihat itu langsung protes, “Sam … lo pilih kasih amat, sih! Masa Kak Deon lo pesenin? Dibayarin, pula. Gue enggak?”

“Biarin, lah. Terserah gue.”

Deon yang baru tersadar akan kehadiran Farel, mengeluarkan lagi suaranya, “Eh, Farel! Di sini juga?”

Farel dan RefaWhere stories live. Discover now