Secret 1

366 23 15
                                    

Setelah dua bulan kepergian Farel, saat ini Refa tengah mengemasi barang-barang. Tumpukan baju dan celana disusun rapi di dalam koper kesayangannya. Sebelum menutup koper itu, Refa mengambil novel pemberian Farel saat SMP dan foto berbingkai kartun lucu, foto antara dirinya dan Farel yang setia terpajang di meja belajar kamarnya.

Foto yang bahkan Refa sendiri pun lupa kapan mengambilnya. Yang pasti, itu foto keduanya ketika masih awal-awal mengenal saat SMP, saat mereka tengah belajar bersama di rumah Refa, termasuk ketika Farel mengabarkan tentang rencananya menembak Astri.

Foto itu diambil di ruang keluarga rumah Refa dengan Mona yang mengambilkan gambar. Refa berpose dengan menangkup kedua pipinya sambil tersenyum, sedangkan Farel memegang pundak Refa dan memamerkan jajaran gigi putihnya.

Entah mengapa, rasa hangat menjalar di pundak Refa saat ini. Ia merasakan kehadiran Farel. Sejenak, ia pejamkan mata sembari memegang pundaknya.

Refa mencium foto itu sekilas, lalu memasukkannya ke dalam koper dengan sangat hati-hati.

Refa melirik jam dinding di kamarnya. Pukul 11.30. Masih tersisa satu setengah jam, sebelum Refa berangkat menaiki pesawat terbang.

Kali ini adalah perjalanan yang berharga bagi Refa. Banyak hal yang harus ia persiapkan. Memanfaatkan sisa waktu, ia memutuskan untuk mampir sebentar ke rumah Farel. Ia menaiki ojek online ke sana. Semenjak kepergian Farel, rumah Farel selalu terbuka untuk Refa.

"Kamu sudah siap, Refa?" tanya Mama Farel ketika menyambut kedatangan Refa dan melihat penampilannya.

Refa mengangguk sembari tersenyum.

"Sebelum berangkat, tante izinin kamu buat masuk ke kamar Farel. Tante persilakan untuk kamu mengenang segala tentangnya di dalam."

Tak ada yang bisa dikatakan Refa selain ungkapan terima kasih yang mendalam.

Cklek!

Dingin.

Kamar Farel terasa dingin dan senyap. Walaupun kebersihannya selalu terjaga, barang-barang Farel disusun rapi, tapi keadaannya tentu tak akan sama bila sang empunya sudah tak ada.

Refa menghampiri meja belajar Farel. Harum khasnya begitu akrab di hidung Refa. Ia semakin rindu dengan Farel. Buku-buku belajarnya masih utuh dan tersimpan rapi. Berbagai macam alat tulis disimpan di tempatnya masing-masing. Refa mengatupkan bibirnya, menahan rindu yang menyesakkan. Sampai sebuah kotak kecil di ujung meja belajar Farel, merenggut perhatiannya.

Diangkatnya kotak kecil itu.

Untuk Refa Shafiera.

Refa mengerutkan keningnya. Kotak kecil manis ini untuknya?

Bip bip bip bip ...!

Alarm dari ponsel Refa menjadi pengingat baginya untuk segera kembali ke rumah dan siap-siap berangkat ke bandara.

Tanpa pikir panjang lagi, Refa mengambil kotak kecil itu dan keluar dari kamar Farel. Tak lupa baginya, kembali menutup pintu rapat seperti semula. Refa berpamitan kepada Mama Farel, Papa Farel, dan Fara.

"Hati-hati, ya, Ref," pesan Fara kepada Refa yang dibalas anggukan olehnya.

***

Koper, gitar, laptop, dan barang lainnya siap menemani Refa untuk menempuh perjalanan berharganya.

Kini, ia tengah berdiri di depan gerbang rumahnya untuk menunggu taksi bersama Mona, Haris, Reza, Samuel, dan Deon.

Farel dan RefaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt