Jawaban

899 64 88
                                    

Refa bergegas menuju ruang kepsek pagi-pagi sekali, saking antusiasnya terhadap beasiswa yang sedari tadi sudah digenggamnya.

“Permisi.” Refa mengetuk pintu.

Hening.

“Permisi, Pak.” Refa kembali mengetuk pintu. Namun, masih juga hening.

Akhirnya, Refa memutuskan untuk kembali ke dalam kelas. Mungkin, saat ini kepsek belum datang. Jadi, lebih baik nanti saat jam istirahat saja.

Sekembalinya Refa di kelas, kelas juga masih kosong. Maklum, masih jam 6 pagi, bahkan kurang.

Akibat rolling bangku, kini Refa duduk di bangku kedua barisan paling kanan dekat jendela yang menghadap koridor kelas 12. Jendelanya dipasang agak rendah dari biasanya. Sehingga, kepala seseorang yang datang akan ketahuan.

Refa yang bosan, memilih untuk bermain ponsel. Jarinya menyentuh ikon Instagram.

Sekadar melihat dan like foto-foto, matanya hanya menangkap sekilas dari foto yang di-scroll dengan cepat. Hingga jarinya tertahan sebentar melihat posting-an Farel.

Dalam foto itu, terdapat Farel yang sedang berada di kolam renang dan hanya memakai celana renang pendek. Lalu, Refa like fotonya.

Refa membaca caption-nya.

fareldantio Maafin gue yang gak bisa nutupin ketidaksukaan gue terhadap suatu hal.

b.i.l.l.y Iya kagak papa, Rel. Gue tau alesannya, kok, iya ….
dani_inad Foto bareng gue mana, beuh?
sellyzunita halo mantan

Refa tak berniat comment di posting-an Farel. Akhirnya, Refa kembali meng-scroll.

Tiba-tiba sudut mata Refa menangkap sekelebat kepala di balik jendela ke arah koridor. Matanya difokuskan ke jendela. Melihat parasnya, itu sosok laki-laki. Namun, entah siapa. Lalu, laki-laki itu masuk ke dalam kelas, rupanya Billy.

“Astaga, Refa! Kirain siapa,” pekik Billy melihat sosok Refa yang menatap tajam ke arahnya.

“Hahaha, lu kira gue siapa, emang?” sindir Refa.

“Lu kayak Mrs. K, tau …. Rambut digerai, juga … sekalian aja pake daster putih panjang.”

Refa tergelak dengan pernyataan Billy. “Ah, lebay lu, mah, Bil.”

Billy menghampiri bangku di pinggir bangku Refa dan menyimpan tasnya.

“Eh, lu tumben pagi-pagi. Mau ngapain, Ref?” tanya Billy.

“Tumben? Gue pagi terus kali … datengnya. Seharusnya, gue yang tanya itu, lu tumben pagi-pagi?” tanya Refa balik.

“Hehehe … iya juga, ya. Nih, kan, Ref, biasanya gue nganter adek cewek gue, tapi hari ini dia bareng bokap agak siangan. Jadi, gue berangkat pagi-pagi aja. Kalo lu?”

“Oh …. Ini loh, Bil. Gue mau kasih formulir beasiswa,” ucap Refa sambil tersenyum.

“Asik, lah … yang mau ke luar negeri. Congrats, ya, Ref,” ujar Billy.

Thanks, Bil.”

Tiba-tiba Refa teringat posting-an Farel—caption-nya—yang mengatakan ketidakbisaan Farel menutupi ketidaksukaannya terhadap suatu hal.

Refa teringat dirinya yang disikapi berbeda oleh Farel saat itu. Jelas-jelas, Farel memperlihatkan ketidaksukaannya pada Refa.

Refa tiba-tiba saja ingin bertanya alasan sebenarnya pada Billy. Refa sempat membaca komentar Billy di posting-an Farel. Ia menuliskan di sana bahwa dirinya tahu alasan sikap Farel itu. Refa berpikir, barangkali Billy bisa menjawab hal yang selalu membuat Refa penasaran.

Farel dan RefaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang