Chapter 4

182 82 43
                                    

   

Setelah percecokkan antara aku dan si... itulah pokoknya si mahluk itu.

Entah mengapa aku merasa bersalah dan Syokk luar biasa akibat kejadian di perpustakaan tadi.

Flashback on

"Lo bisa diem, anteng gak sih! berisik banget. Ganggu aja," ketus Nathan dengan merapihkan buku buku di depannya.

"Kalo nggak bisa kenapa hahh?" Jawabku menantangnya.

"Gue... cium,"ucapnya enteng. Dengan terus berjalan mendekatiku.
Refleks aku pun langsung mundur.

Dengan ucapan tersebut membuatku merasakan rasa panas di pipi dan diam seribu bahasa di detik berikutnya. Seperti tersengat listrik dengan kekuatan 100000 volt, yang membuatku kaku seperti batu.

"Hahahaha," tawa mengejeknya.

"Ya kalik gue nyium lo? cewek tenaga kuli, rese lagi. Selera gue bukan kayak lo. Yang ada nanti badan gue remuk gara gara lo." lanjutnya.

"Apa lo bilang! kuli? cewek cantik gini lo bilang kuli? Ishhh lo rese banget si!" ketus ku dengan memukul tubuhnya dengan beberapa buku fisika di tanganku.

"Ngakak gue, liat ekspresi muka lo yang kayak mimi peri ratu rapunzel," ucapnya enteng dengan sedikit berjalan menuju rak buku di bagian tengah.

"Awas aja lo, gue timpuk pake buku baru tau rasa!"

"Coba aja kalo bisa. Cewek tenaga kuli." Tantangnya.

Dengan cepat aku pun mengambil buku fisika paling tebal dan bersiap menimpuknya. Akan tetapi, disaat aku mengambil buku tersebut di rak buku bagian atas terdegar suara sesuatu yang patah, tiba-tiba terjadi...

Aku menutup mataku dengan kedua tanganku dengan terus membaca doa. Tapi entah kenapa aku tidak merasakan sakit sedikitpun. Padahal di rak tersebut banyak buku yang ukuran tebalnya masyaalloh luar biasanya berjatuhan.

Aku mendengar suara buku yang berjatuhan yang mendarat di tubuh seseorang.

Tunggu dulu. Seseorang? Jika aku tidak merasakan sakit. Berarti itu... Nathan.

Aku pun memberanikan diriku membuka mata. Tanpa sengaja aku menatap matanya yang tajam dan mengerikan.

Betapa terkejutnya lagi ternyata yang menyelamatkan ku itu Nathan.

Entah apa yang akan terjadi jika tubuh kokohnya tidak ada didepannku. Dengan kedua tangan yang menahan tubuhnya di rak tersebut.

Dengan keringat yang masih menetes di dahinya, dia terlihat sangat kuat, pemberani, dan tampan. Eh tunggu tunggu, tampan? Sejak kapan aku ngaco gini.

"Udah deh nggak usah ngeliatinnya sampek bengong gitu! Gue tau gue emang ganteng. Tapi biasa aja kalik ngeliatinnya. Udah cepet lo beresin nih buku yang jatuh nimpa gue!" pintahnya dengan berdiri membenahi rambutnya yang kotor dan berkeringat.

Baru aja di puji, eh sifat devilnya muncul. Batinku.

"Iya iya, eh elo kok PD banget sih," ucapku dengan berusaha membenahi rok dan baju yang kotor gara gara kejadian tadi.

Dengan malas aku pun mengangkat satu per satu buku-buku yang tebalnya kira kira satu jengkal orang dewasa.

"Bantu napa! berat tauk."ucapku memohon.

"Ogah. Gara gara lo nih, badan gue berasa mau remuk tau gak?! Akh... Sakit banget sumpah." Jawabnya dengan erangan sakitnya.

"Ya maaf, kan gue gak sengaja. Kalo sakit nanti gue obatin deh"

Nathadia (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang