Chapter 9

119 36 15
                                    

Alhamdulillah udah 1k pembaca. Terima kasih semuanya, terima kasih banyak. Aku kira nggak bakal sampe 1k. Intinya makasih banyak semuanya^^.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading Guys^^

Pandangan ku tertuju pada seseorang di depannku. Dia pun berjalan mendekati ku dengan senyum manisnya. Dari kejauhan dia terlihat gagah, bahu yang kokoh, tinggi yang ideal, dan juga senyum yang manis nan menawan. Senyum yang bisa membuat kaum hawa tergila-gila akan ketampanannya. Aku yang melihatnya pun terpana.

Di tengah lapangan sekolah, dia menghampiriku dengan berjalan santai tanpa memperdulikan teriakan histeris dari seluruh siswa maupun siswi yang melihatnya.

Satu kata yang bisa ku gambarkan tentangnya yaitu perfect.

Aku pun bingung, untuk apa dia mengajakku ke tengah lapangan sekolah?

Aku yang sadar akan keberadaannya yang semakin mendekat. Hanya bisa terdiam seribu bahasa. Entah itu rasa kaget, kagum, atau tidak percaya dengan keberadaannya di tengah lapangan bersama ku.

"Nad... lo nggak papa kan?" Tanyanya padaku, yang membuatku tersentak kaget.

"Nggak papa kok," jawab ku kikuk.

Dia pun berjongkok di tengah lapangan, tepatnya di hadapanku. Dengan membawa sesuatu di balik punggungnya.

Aku yang melihatnya pun kaget.

"Nad gue suka sama lo udah lama, sejak kejadian di mana elo salah masuk kelas, pas pembagian kelompok anggota MPLS (masa pengenalan lingkungan sekolah). Dan elo tiba-tiba jatuh pas nabrak gue karna kaget. Gue suka elo Nad, Nadia Alexandra. Apa lo mau nerima cinta gue, cinta seorang laki-laki biasa? Disini gue ngungkapin perasaan yang gue pendam selama ini. Will you be my girlfriend?" Penjelasannya kepada ku dengan memegang tangan kananku. Dan tangan kirinya membawa satu buket mawar berwarna merah.

Suara riuh tepuk tangan dan teriakkan pun semakin keras.

Aku pun hanya bisa diam, seperti bibirku ini terkunci rapat. Tanpa bisa membalas perkataannya.

Rasa yang ku alami sekarang itu campur aduk, antara malu, kaget, sedih, senang, dan bahagia.

Tapi yang ku takutkan selama ini pun tiba-tiba muncul di benakku, yaitu rasa takut terhadap C-I-N-T-A.
Hal yang sudah lama ku lupakan. Sampai aku pun ragu untuk mempercayainya.

Aku memandang manik matanya cukup dalam, untuk mencari kebohongan di dalamnya. Namun, nihil (kosong). Tak ku temukan kebohongan di sana.

Entah reflek, senang, atau gugup. Aku pun menganggukkan kepala ku sebagai jawabannya.

Dia yang melihat hal tersebut pun menunjukkan raut wajah bahagia, dan terukir senyum manis di bibirnya.

Dan tanpa aba-aba, dia langsung berdiri dan memelukku erat.

Aku pun kaget, akan hal itu. Aku hanya diam tanpa membalasnya.

Dia pun akhirnya melepaskan pelukkan itu. Dan dia mendekatkan wajahnya ke arah wajahku. Aku pun kaget akan hal itu. Wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajahku.

Nathadia (Hiatus)Where stories live. Discover now