Chapter 14

17 4 5
                                    

"akhirnya sampe juga," ujarkiu dengan menenggelamkan diri di atas kasur yang berukuran king size.

Tidur keknya enak. Batinku

Akhirnya setelah sekian lama merasakan sensasi lelah yang amat sangat. Aku bisa tidur sejenak, melerelaksasikan diri dengan cara tidur.

Satu jam pun berlalu, ku rasakan ada sesuatu yang bergetar.

Drtt drtt...

5 pesan belum dibaca
20 panggilan tak terjawab.

Tante 😘

Assalamualaikum 😊

Aunty yang cantik, baik, dan dan tidak sombong dateng nih!

Tuan rumahnya dimana ya?

Tolong bukain pintunya dong!

Aduh! Nad Tante pegel ini, masa dari tadi nggak ada yang bukain sih! Tante dikira mau minta sumbangan ini lho!

Itulah pesan WhatsApp messenger dari Tanteku. Lebih tepatnya, Mamanya Alea.

Dengan perasaan kaget, Aku langsung menuju ke arah suara ketukan. Ternyata berasal dari ketukan pintu rumah.

Ya, dia adalah Tante kesayanganku. Adik dari Ayahku. Namanya Widya Putri, Adik Ayah satu-satunya.

****

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumusallam, eh ada Dedek Ale. Yuk masuk! Maafin Kakak ya, tadi Kakak ketiduran. Hehe," ucapku serak khas suara bangun tidur.

"Pantesan dari tadi nggak ada yang nyaut! Yuk Dek masuk!"

"Ma... Dedek Ale au ama Kak Nana," rengek Alea pada sang Mama dengan suara cadelnya itu. Maklum saja jika dia sedikit cadel, umurnya baru memasuki angka tiga tahun.

"Mau ikut Kakak? Itu Kakak Nana belom cuci muka lho, ilernya aja masih ada tuh!" Sahut Tante Widya dengan tertawa sedikit meledekku.

"Ilel? Apa tu ma?" Tanya Alea bingung.

"Udah yuk dek! Sama Kakak aja, jangan sama Mamahmu ya! Kita musuhan sama Mama ya!" Sahutku pada Alea yang bingung.

Dan Alea hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda bahwa ia paham.
Aku pun mengajaknya bertos ria.

****

"Nad kamu kalo ditinggal sendirian masak sendiri apa beli?" Tanya Tanteku, dengan tangannya terus lincah mengaduk-aduk masakannya .

Aku sedang membantunya. Sedangkan si Alea? Dia sedang tidur, setelah bermain di kamarku tadi.

"Kadang masak, kadang juga beli Tan," sahutku dengan mengambil teko air dan gelas.

"Emang bisa masak? Tante kok nggak percaya ya Nad," ujar Tante Widya dengan cekikikan.

"Ih! Kalo nggak percaya ya udah," sahutku dengan mengecebikan bibir.

"Ih! Gitu aja ngambek! Malah kayak Alea aja!"

"Biarin!"ahutku.

"Ya udah sana deh, kamu bangunin Alea buat makan malem!" Perintah Tante Widya.

"Ay ay... captain."

Akhirnya Aku pun langsung menuju kamar ku. Untuk membangunkan Alea.

"Dedek Ale, bangun yuk!" Ucapku dengan sedikit mengguncang tubuh mungilnya .

Dan Alea hanya mengucek matanya.

"Yuk bangun!" Ujarku dengan cara mencubit pipi tembem miliknya.

"Atit akak!" Sahutnya dengan sedikit membuka matanya perlahan.

"Makannya bangun dulu," ujarku dengan cara mengendus-endus perutnya.

"Ahahaha... Geyi akak, ih geyi." Ujarnya menahan rasa geli. Ale mengucapkannya dengan suara serak khas bangun tidur.

Setelah sepuluh menit, akhirnya Alea menyerah pada ku.

****

"Sama kamu di apain dia? Kok lama banget?" Tanya Tante Widya dengan menyiapkan makanan untuk Alea.

"Banyak banget Tan," sahutku dengan duduk disampingnya Alea.

"Akak akal Ma, maca Ale di tubit pipina, di geyitikin peyutna uga" Adu Alea ke Mamanya.

Dan aku hanya nyengir mendengar pengaduan dari gadis kecil itu. Alea mengatakannya dengan nada yang lucu, dan yang membuatku semakin menyunggingkan senyum itu karena pelafalannya yang masih cadel.

"Makannya kalo dibangunin itu cepet bangun Dedek Ale!" Ujarku dengan mengacak rambut hitam sebahu miliknya.

"Udah, udah. Sekarang kita makan, Dedek Ale doa juga ya!"

Dan Alea mengganggukkan  kepalanya, kemudian ia mulai memakan makanannya.

Tante Widya dan aku pun juga memakan makanan kami.

****

"Ma Dedek au beyi es kim," ujar Alea pada Tante Widya di karpet depan televisi.

Ya, sekarang Aku, Tante Widya, dan Alea sedang duduk di karpet bludru di depan televisi.

"Es krim Ale!" Sahutku membenarkan ucapan Alea.

"Mau beli?" Tanya Tante Widya pada Alea.

Dan Alea hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sana! Dedek Ale minta beliin sama Kak Nana! Kan tadi Kak Nana nakalin Dedek"

"Kok aku sih Tan? Kan Ale mintanya Sama Tante!"

"Dedek Ale... Kak Nana nggak mau tuh! Kita pulang ke rumah kita aja yuk!" Adu Tante Widya Kepada Alea dengan nada yang memelas.

"Ih! Tante mah, kayak gitu! Dasar baperan!"

"Iya iya... Nanti Kakak temenin deh! Dedek Ale mau kan?" Lanjutku pada Alea.

"Au... Ale au akak!" Sahut Alea dengan melompat-lompat girang atas ucapan ku tadi.

****

"Lho Alea mana lagi? Kalo ilang?" Ujarku bingung, karena baru menyadari bahwa Alea tidak bersamaku ketika Aku sedang mencari beberapa keripik singkong.

Kalo Ale ilang, berabe ini mah. Batinku

"Mana tadi Ale pake baju apa lagi? Akh... kok gue nggak inget sih! Astaga!" Ujarku sedikit frustasi.

Ketika sampai di depan kasir, aku pun bertanya kepada petugas di minimarket itu. Tentang ciri-ciri seorang gadis kecil.

"Wah, dari tadi banyak anak kecil Dek. Jadi saya kurang paham." Ujar sang petugas minimarket.

"Oh ya udah deh, nanti saya cari lagi. Kayaknya saya kurang teliti, makasih Pak."

"Ya sama-sama Dek, nanti Bapak tanya sama yang jaga cctv-nya."

"Iya Pak, saya mau cari lagi." Ujarku menuju ke arah luar minimarket. Tepatnya menuju ke parkiran.

"Ih... anyak anget Kak, Ale cukak!"

Samar-samar Aku mendengar suara yang tidak asing. Seperti.... Suara Alea!!

Dengan cepat Aku menghampiri sumber suara tersebut. Ternyata benar, itu suara Alea di parkiran minimarket sedang tertawa bersama seorang laki-laki yang sedang meniup gelembung sabun.

"Alea sama siapa? Kok dia langsung akrab?" Cicit ku lirih.

Yang kulihat laki-laki itu memakai jaket berwarna hitam.

"Dedek Ale?!" Panggilku dengan terus berjalan menuju arah mereka.

Dan laki-laki itu pun menoleh ke arahku.

Ternyata dia...



Siapa coba?
Author yakin, pasti kebanyakan dari kalian ngiranya si Nathan!
Hayo siapa hayo?

Follow Instagram>> dewierlina729
Bye bye😘
240419

Nathadia (Hiatus)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant