Chapter 8

118 49 26
                                    

"Lo itu iblis yang nyamar di wajahnya malaikat."

--Na--

Aku merasa canggung saat berada di ruangan tersebut. Gimana enggak canggung, orang di dalam sana aku berasa seorang tahanan yang sedang di introgasi.

Ditanya ini lah, itu lah, dan bla bla bla...

"Yaudah pah, bun. Nathan mau nganterin calon mantunya pulang. Udah malem soalnya, yang di jengguk aja dari tadi udah molor," pamit si Nathan.

Kampret emang si Nathan, ini kalo nggak ada bokap nyokapnya udah tak bejek-bejek nih anak. Batinku geram

"Pamitan dulu geh sama camer! Siapa tau di kasih ongkos," ucapnya dengan seringai jahilnya. Kemudian dia menarik tangan ku untuk bersalim dengan Om Wijaya dan Tante Maiya.

"Husss kamu ini, jangan gitu. Nanti Nadia nya malu. Ngawur kamu," ucap Om Wijaya  dengan menyenggol lengan Nathan.

"Nad, kalo Nathan aneh-aneh atau ngomong ngawur, tampol aja!" Ucap Om Wijaya .

"Siap Om," ucapku dengan sikap hormat sempurna, seperti hormat upacara bendera.

"Anterin sampe rumah! Awas aja kalo Nadia kamu culik!" Ucap tante Maiya.

"Astagfirullah si Bunda, kalo ngomong suka bener deh," ucapnya dengan nada yang di buat-buat.

"Yaudah Om Tante kita pulang dulu, udah malem," ucapku menyalimi tangan keduanya, di susul si Nathan di samping ku.

"Hati-hati di jalan. Nad nanti kalo Nathan aneh-aneh inget pesen Om sama Tante!" ucap tante Maiya.

"Siap Tan." Ucapku semangat.

"Yaudah Bun, Nathadia pamit. Assalamualaikum," ucap Nathan menarik tanganku menuju pintu keluar.

Nathadia? Nih anak emang bikin gue kesel mulu. Gumamku.

"Assalamualaikum Om, Tan...te," ucapku terpotong karna di tarik si Nathan.

"Waalaikumusalam," jawab keduanya dengan menggelengkan kepalanya.

"Pacarannya mereka berdua lucu ya pah?" Tanya tante Maiya heran.

"Biarin aja, yang penting nggak aneh aneh."

****

"Iihh... lepasin tangan gue!" Ucapku saat di parkiran motor.

"Hmm..." ucapnya melepaskan tanganku, dengan menyodorkan helm.

"Dasar rese," ucapku sinis dengan mengambil helm di tangannya.

"Cepetan naik!!!!" Perintahnya.

"Sabar mas sabar, ini juga masih make helm," ucapku sebal.

Selama diperjalanan, baik aku maupun Nathan hanya diam seribu bahasa.

Iihhh ni anak kok nggak peka sih, kalo gue masih marah. Gara-gara dia ngomong aneh-aneh waktu di rumah sakit. Gerutuku pelan.

"Loh kok ke arah sini sih?" Tanya ku padanya.

"---------"

"Ihh... ditanya jawab kek," ucapku dengan memukul bahunya.

Nathadia (Hiatus)Where stories live. Discover now