Chapter 12

21 7 0
                                    

"Lo tau nggak? Gara-gara kemaren, berita tentang Kak Dika itu masih gempar-gemparnya tauk!"

Aku terus berjalan dan mendengarkan celoteh Reva. Yang berada di samping kananku.

"Berita apa emang?" Tanya yang mulai ikut penasaran dengan gosip-gosip tentang Kak Dika. Walaupun sebenarnya Aku tidak begitu paham dengan ucapannya Reva.

"Ternyata ya... Kak Dika itu punya mantan tauk! Ditambah dia itu digosipin nolak adek kelas. Nah Adek kelasnya itu seangkatan sama kita." Ujar Reva heboh.

"Lah terus kenapa? Kok lo yang rempong?" Ujarku dengan terus memperhatikan langkahku.

"Ya kan aneh aja! Dia itu manusia paling cuek, dingin, kaku. Tapi kok punya mantan, dan lebih hebohnya lagi ya... Mantannya itu Kakak kelas nya dulu!"

"Ya biarin aja sih! Orang itu idup-idupnya dia kok, kok situ yang repot!"

"Hey! Masalahnya Kakak kelas nya itu sejenis cabe, dan berita ini baru diketahui beberapa hari ini."

"Lah? Emang Kak Dika pacarannya dari kapan?" Tanyaku pada Reva dengan mengerutkan keningku, tanda bingung.

"Itu tuh satu tahun lalu, nah yang kemaren gue mau nunjukin di hp gue, itu tuh tentang ini!"

"Owh... "

"Cuma owh? Lo nggak penasaran gitu sama wujud mantannya Kak Dika, yang katanya cabe itu?" Tanya Reva dengan tiba-tiba berhenti mendadak tepat di depanku. Hal itu membuatku tidak seimbang, dan akhirnya tersandung sepatuku sendiri. Untungnya aku bisa berpegangan pada salah satu tiang di dekat koridor.

Untung nggak rame, bisa-bisa malu ini mah. Kalo tiba-tiba jatoh. Batinku

"Ish! Kalo berhenti itu liat-liat!"

"Hehe, sorry... peace" sahut Reva dengan jari yang berbentuk seperti huruf v.

"Dasar! Kalo gue jatoh kan nggak lucu!"

Akhirnya aku pun bangkit, dan dibantu oleh Reva. Aku pun membenahi rok ku yang sedikit berantakan akibat tadi.

Tanpa sengaja Aku melihat selembar kertas kecil, lebih tepatnya selembar sticky note berwarna biru muda yang berada tepat di bawah tumpukan buku novel yang ku bawa dari perpus, lebih tepatnya yang ku pinjam tadi pagi.

"Apaan tuh Nad?" Tanya Reva penasaran.

"Eumm, Nggak tau. Mungkin punya Kakak Kelas kita dulu." Ujarku dengan menyelipkan kembali sticky note tersebut kedalam buku tadi.

"Masa si? Coba liat?"

"Nggak usah! Biarin aja, toh gue juga belum jadi baca tuh buku" sahutku seraya membenarkan letak tumpukan beberapa novel yang ku pinjam.

"Ke kantor Guru yuk!" Ajak Reva.

"Ngapain?" Tanyaku padanya.

"Ngadem, hehe" sahutnya lagi dengan cengiran konyolnya.

"Ngadem-ngadem, bilang aja kalo mau lewat kelasnya si itu!" Ujarku dengan menyentil keningnya Reva.

Aku pun memilih meninggalkan Reva yang sedang memegangi keningnya, akibat sentilan ku itu. Dia hanya menggerutu tak terima dengan sentilanku tadi. Padahal emang bener, kalo si Reva hanya menggunakan alasan ke kantor, padahal hanya untuk melewati kelasnya si anunya, buat memandang incarannya itu.

****

Bel pulang sekolah pun berbunyi, semua siswa berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing.

Dan sekarang di dalam kelas hanya tersisa beberapa siswa yang sedang menjalankan piket kelas.

"Rev, lo pulang duluan juga gak papa. Soalnya nanti kayaknya  gue ada urusan bentar." Sebenarnya Aku sedang malas untuk pulang ke rumah. Dan yang barusan ku katakan adalah alibi semata.

"Iya iya... Gue juga mau ke rumah sepupu gue kok." Sahutnya

"Gue duluan ya Nad!" Sambungnya lagi.

"Ya..."

"Nad!"

Tiba-tiba ada yang memanggilku. Dan ternyata dia adalah Kak Roby, Kakak kelasku dan juga rekan OSIS ku.

"Iya Kak? Kenapa?" Tanyaku padanya.

"Jangan pulang dulu ya! Nanti kita kumpulan lagi, lo nggak lupa kan?" Tanyanya dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Iya... Iya inget kok, hehe"

"Yaudah, jangan sampe telat!"

"Iya Kak!"

"Nanti ajak si anak baru itu juga!" Timpalnya lagi.

"Nathaniel maksudnya?" Tanyaku mastikan.

"Iya iya... Pokonya Nathaniel Nathaniel itulah!" Sahutnya dengan sedikit berlari meninggalkanku menuju ke arah Kak Nabilla yang berada di ujung koridor dekat dengan kelasku.

Nathan lagi, hadehh. Males banget sumpah.

Ternyata di kelas hanya tersisa lima orang, yang sedang piket. Di sana juga terdapat si Nathan yang malah asyik dengan game online di hpnya itu.

"Than! Set Than! Eh kunyuk!" Ucapku menghampirinya, dan dia tak bergeming sama sekali.

Akhirnya aku pun mematikan layar di hpnya itu.

"Akh! Kalah kan gue! Dasar perusuh!"

"Lo Di panggil diem mulu!"

"Manggil juga nggak!" Sahutnya dengan sedikit membenarkan bajunya yang berantakan.

"Terserah!"

"Nanti lo disuruh ke ruang OSIS! Disuruh Kak Roby," lanjutku

"Hmm"

Dia hanya berdehem, dengan berjalan kearah luar kelas.

"Dasar kunyuk!" Umpatku padanya, karena dengan seenak jidat meninggalkanku. Padahal aku sedang bicara padanya.

"Ayok! Cepet! Katanya disuruh kumpulan OSIS! Cepetan!" Teriaknya dengan berdiri didekat pintu masuk.

Lho kok, dia tau kalo aku juga? Ah bodo lah!. Batinku

Daripada emosi terpancing, akhirnya aku pun hanya menghampirinya dengan terus menarik napas panjang.



Jangan lupa untuk voment ya! Baca terus ya, author update tiap Minggu kok. Udah gak Hiatus, hehe😁
200419

Nathadia (Hiatus)Where stories live. Discover now