Bab 51. Peringatan Kecil

125K 12.1K 463
                                    

            "Makanya jangan sok mau godain calon tunangan orang!!"

Citra ingin berteriak. Selalu saja mendapat ejekan seperti itu, seolah Citra perebut cowok. Seperti tidak ada cowok lain saja yang bisa didapatkannya. Iblis dalam diri Citra menyeruakkan hal tersebut. Namun dewi batinnya menenangkan untuk bersabar.

Citra mengangkat kepala. Kevin datang dan jongkok. Membantu cewek itu bangun meskipun Citra tidak ingin Kevin ada di sana.

Kevin masih terlihat santai seperti biasa. Sama sekali tidak ada ekspresi marah atau dingin. Mereka yang mengelilingi Citra dan Kevin tidak mengeluarkan suara lagi, memperhatikan cara Kevin menolongnya.

Lutut Citra memerah akibat terjatuh di lantai marmer yang keras, titik-titik darah segar merembas keluar. Kevin mengeluarkan plester luka dari kantongnya. Menempelkan di lutut Citra lalu membantunya berdiri. Kevin memutar tubuhnya setelah Citra berdiri, menatap tajam cowok yang tadi menendang kaki cewek itu.

"Banci anjing!! Bangsat!!" Kevin melayangkan kepalan tangannya di wajah cowok yang dipanggil banci tersebut. Seketika suasana ricuh, cowok itu histeris karena wajahnya kesakitan dan darah mengalir dari sudut bibir serta hidungnya. Dalam sekejap, dia pingsan di kerumuan teman-temannya. "Ini hanya peringatan kecil. Sekali lagi gue lihat Citra di-bully. Gue nggak segan-segan bunuh lo!"

Citra masih syok di belakang Kevin, cewek itu bahkan tidak sadar ketika Kevin merangkul bahunya dan membawa pergi dari sana. Kevin membawanya ke ruang unit kesehatan sekolah.

Tidak pernah lembut, langsung mendobrak pintu asal sehingga siswa yang bertugas di sana berlonjak kaget. Buru-buru menyiapkan obat untuk Citra, setelah itu mereka pergi. Dokter Kevin memaksa duduk di atas bangkar lalu tanpa ampun menarik kasar plester yang tadi ditempelnya.

Citra memekik kesakitan, tetapi setelahnya meringis. Cowok itu mengobati dengan telaten. Citra membiarkan begitu saja, mengalihkan pandangannya agar tidak menatap Kevin. Air matanya mulai mengalir, kedua mata Citra sudah memerah sejak tadi.

Entah sejak kapan, Citra tidak bisa menyembunyikan dirinya yang sesungguhnya di depan Kevin. Dia tidak setegar biasanya, air matanya langsung mengalir tanpa ijin. Citra cengeng di hadapan cowok itu.

"Harusnya kamu jangan datang." Kata Citra setelah beberapa saat kemudian.

"Aku nggak mau bahas!" Kevin mendengkus. Menutup kembali luka Citra setelah dibersihkan.

"Mereka makin benci sama aku."

"Aku yang akan lindungi kamu." Kevin bersikukuh. "Sekarang ayo pulang." Ajaknya.

"Masih ada dua mata pelajaran lagi." Cicit Citra sembari menggeleng. Namun sepertinya Kevin tidak peduli. Menatap tajam Citra penuh ancaman. "Aku nggak akan bisa dapetin beasiswa lagi kalau sering bolos dan nilai aku menurun." Kevin diam. "Kamu harusnya biarin aku, jangan ulangi lagi seperti tadi."

"Cit?!"

"Terpengaruh besar sama tujuan aku. Aku nggak mau ngecewain mama."

Kevin menatap sendu pada cewek itu. "Kamu udah janji." Bisiknya.

Citra tidak memiliki jawaban. Dia meneteskan air mata lagi setelahnya. "Sepertinya nggak bisa lagi." Cicitnya. "Maafkan aku."

"Cit?!" Kevin menatapnya tidak percaya. "Pasti ada jalan keluarnya."

Entah bagaimana hubungan mereka. Sekarang Citra tidak menampik jika Kevin datang padanya, dia menerima cowok itu seperti biasa. Tidak lagi menghindar agar mereka tidak saling menyapa. Namun jika sudah seperti ini, sepertinya Citra tidak bisa menerimanya lagi seperti biasa.

"Mereka makin semena-mena." Citra berani menatapnya.

"Apa peduli kamu? Masih ada aku yang jagain kamu." Citra makin lemah. Mengusap wajahnya kasar lalu mengalihkan pandangan. Kevin masih tetap duduk di depannya, sama sekali tidak mau mengalihkan pandangannya dari cewek itu.

"Kamu akan semakin kesulitan nantinya." Cicitnya setelah itu. Kevin berdecak, lalu berdiri di samping Citra. Cowok itu meraih lengannya, mencengkeram sehingga Citra menatap bingung. "Kamu mau apa?"

"Nganter kamu ke kelas."

Citra menggeleng. "Aku bisa sendiri."

"Bawel!" Citra mengalah, membiarkan Kevin mengantarnya ke kelas. Menundukkan kepala untuk menghindari tatapan sinis anak-anak sepanjang koridor.

Kerumuan yang tadi di koridor sudah bubar. Tidak ada lagi Lolita dan teman-temannya. Citra melirik takut-takut, tetapi Kevin tetap tenang seperti biasa. Seolah tidak melakukan kesalahan beberapa saat yang lalu.

***

Jakarta, 28.07.18

Hayoloh... Bang Epin pahlawan kesiangan wkwkwk



Siapa yang tahu Citcit janji apa sama si abang Epin?

a. Nanti langsung nikah

b. Kawin lari

c. Bikin Debay

d. Jangan ditinggal

e. (Isi Sendiri)



follow ig. iLa_dira

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang