Bab 67. Baper

142K 12.5K 452
                                    

"Vin!!"

Kevin memutar tubuhnya sembari mengernyit. Geng Lolita menghampiri dengannya dengan wajah memerah. Jelas-jelas menunjukkan kemurkaan mereka dengan Kevin. Cowok itu meringis, paling parah Fuddin. Cowok jadi-jadian itu mengeluarkan dengkusan kelelakiannya.

Lolita menarik tangan Kevin menjauh dari teman-temannya. "Sialan lo, Vin! Gue bakalan balas semua ini! Pertunangan lo nggak bakalan bertahan lama! Lo nipu gue!!"

Kevin menyeringai kejam, tampak tidak terpengaruh dengan ancaman Lolita padanya. Keduanya berada di sudut sekolah, cewek itu sengaja mengikuti Kevin yang hendak ke perpustakaan menemui Citra setelah pulang sekolah.

Cewek itu makin cerewet sekarang. Kevin makin semangat menggodanya. Terutama sejak pertunangan mereka dua hari yang lalu. Citra tidak mau bertemu dengannya lagi. Menghindar seperti biasa dan berusaha mengembalikan cincinnya.

Alasannya teman-teman Lolita semakin membencinya. Memang betul. Sarifuddin CS makin merajalela mengganggunya. Tadi pagi, mereka hampir mencelakai Citra, Kevin tentu tahu. Melindungi cewek itu tanpa diminta, selalu ada di saat Citra kesusahan.

"Baper, eh?" Kevin terkekeh geli.

Lolita meradang. "Ini bukan seperti seperti rencana awal! Lo nggak seharusnya tunangan dengan cewek itu!!"

Kevin meringis. "Terlalu klasik! Gue bosan dengan permainan biasa." Katanya sembari mengangkat bahu santai.

Lolita makin kesal. "Lo mulai main tanpa aturan! Lo mulai semena-mena!" Cewek itu mengepalkan tangannya. "Gue akan bertindak tanpa sepengetahuan lo kalau sekali lagi terjadi kesalahan seperti ini!"

"Gue nggak sabar nunggu ancaman lo!" Jawab Kevin menantang.

"Kevin!" Lolita menggeram. "Gue nggak pernah sudi melihat dia tunangan sama lo meskipun itu cuma main-main!" Lolita memandang Kevin penuh amarah.

Kevin kembali terkekeh. "Selow..." Ucapnya sembari mengedipkan mata lalu berlalu meninggalkan Lolita sendiri. Cewek itu memandang kepergian Kevin yang sama sekali tidak terpengaruh dengan ancamannya.

Lolita korban penculikan Kevin di hari pertunangan mereka. Pura-pura mengirim supir untuk menjemputnya setelah selesai merias diri. Cewek itu tidak curiga, pengendara itu utusan dari Melisa. Calon mertua kebangganggannya.

Tidak sampai di tempat tujuan, Lolita dibius dan dibawa ke rumah tua tanpa berpenghuni. Cewek itu disekap dengan penjagaan ketat di luar. Sama sekali tidak ada ponsel maupun petunjuk untuknya kabur.

Lolita marah setelah sadar. Kevin menghianatinya. Semua yang ditunjukkan cowok itu selama ini hanya bualan semata. Ternyata Kevin hanya menjebak Lolita. Bukan alur seperti ini yang seharusnya mereka jalani. Citra harusnya malu di malam pertunangan mereka, bukan malah menjadi tunangan Kevin.

Cewek itu memaki mereka dan menyuruh untuk melepas. Namun titahnya hanya angin lalu. Tidak ada yang mau mengacuhkannya.

Mereka hanya menjalankan tugas. Memberi Lolita makan dan menunggu waktunya tiba untuk dibebaskan. Membiarkan keluarga Lolita dan Kevin kelimpungan mencari keberadaannya. Tetap saja Kevin pura-pura bodoh dan tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Menjalani alur cerita yang sudah di atur sedemikian rupa. Kevin membawa Citra ke atas panggung, menjadikannya seolah menjadi tunangan pengganti. Setidaknya begitu anggapan keluarganya dua hari yang lalu.

Pada kenyataannya, Kevin bermain kotor tanpa mereka sadari. Tidak ada yang tahu pada siapa dia berpihak di malam pertunangan tersebut. Sengaja menaruh nama inisial di undangan agar tidak ada yang curiga. Mereka tidak tahu jika inisial nama Citra dan Kevin sama. Secara kebetulan, nama depan Lolita berinisial sama seperti mereka. Meskipun nama itu hanya nama kecilnya dulu. Bukan nama sesungguhnya.

Lolita dilepaskan kemarin sore. Para penculik itu mengantar cewek itu kembali ke rumahnya. Jelas sekali jika penjulikan itu sudah direncanakan.

"Aku baru tahu kalau kamu suka banget melamun." Cibir Kevin menyeringai. Menarik kursi dari samping Citra dan duduk di sana.

Cewek itu mendengkus. Kevin sama sekali tidak membantu. Kemarin dia meminta Kevin membatalkan pertunangan mereka. Tapi cowok itu menolak mentah-mentah. Kapan lagi dia bisa berkesempatan mengikat cewek itu biar nggak lari lagi.

"Mana cincinnya? Kenapa nggak dipake?" Kevin meraih tangan cewek itu. Sama sekali tidak ada cincin tersemat di jari manisnya. Kevin menggeram, beraninya Citra melepasnya.

Citra merogoh kantong seragamnya, mengeluarkan cincin yang sama seperti milik Kevin. Cowok itu tersenyum puas, merogoh kantong dan mengeluarkan sebuah kalung berwarna silver. Citra mengerutkan dahi, Kevin memasukkan cincin itu di sana.

"Ini apa lagi?" Tanya Citra mengernyit.

Kevin tersenyum santai. "Aku udah tahu maksud kamu." Ucapnya. "Pake ini di leher kamu." Kevin mendekat, lalu memakaikan kalung berbandul cincin tersebut ke leher Citra. Cewek itu menghindar, tetapi Kevin menahan kepalanya agar tetap di hadapannya. "Begini lebih baik." Ucapnya setelah memakaikan untuk cewek itu.

Citra langsung murung, wajahnya ditekuk sedih. "Orang tua kamu..."

"Jangan pedulikan mereka." Cowok itu mengangkat bahu.

"Tunangan kamu?"

Kevin berdecak. "Sekarang tunangan aku siapa?" Kesalnya. Citra langsung bungkam. Cowok itu meraih botol minumnya dan menenggak tanpa sisa.

Citra menoleh pada tangan Kevin. Cowok itu juga tidak memakai cincin yang dua hari lalu disematkannya. "Kamu juga nggak pake cincinnya. Buat apa aku pake ini?" Kata Citra pelan, langsung ingin tenggelam dari muka bumi. Sama saja mempermalukan diri dengan mengucapkan kalimat tersebut. Berharap Kevin mengakuinya.

Kevin menyeringai. "Ada. Ini." Cowok itu mengeluarkan kalung dari lehernya. Citra melotot, kalung itu juga sama persis seperti yang dikenakannya saat ini. "Iya. Kalungnya juga sepaket." Kekehnya. Citra cemberut, Kevin semakin semena-mena padanya. "Kalau kamu nggak nyaman sekarang, tahan dulu. Nanti kalau udah lulus baru bisa pake."

"Kamu semena-mena!" Citra menatap Kevin berani.

Kevin terkekeh. "Kamu sudah tahu itu sejak lama." Jawabnya angkuh. "Ayo pulang." Cowok itu berdiri setelah Citra selesai menginput data buku pada file laporan. Cewek itu memematikan layar monitornya lalu meraih ransel dari meja.

Kevin membawa buku Citra yang tidak dimasukkan ke dalam tas. Cowok itu melarang Citra membawa yang berat-berat. Terlalu berlebihan, selama ini Citra membawa yang lebih berat dari itu.



***

Jakarta, 04.09.18

Bangke beraksi lagi yuhu...

Sibangke kalo gak bikin emosi gak idup rasanya tuh, hahaha.

Bedewe gue bikin cerita baru nih. Genre Teen. Silahkan dibaca, semoga suka hehe.

Tinggalin vote dan coment ya. 

Judulnya His Girlfriend

Judulnya His Girlfriend

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Follow ig. ila_dira dan novel.dira

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang