Bab 80. Keinginan Phoebe

125K 11.8K 565
                                    


Sesampainya di pulau, mereka tidak banyak melakukan kegiatan. Hanya bermain ombak dan setelah itu kembali ke penginapan. Acara bakar-bakar seperti selama ini mereka lakukan, semua berjalan lancar, hanya sedikit masalah karena Phoebe tidak mau diam.

Barta geram, dari main ombak ikut lari-larian. Barta sudah melarang cewek itu ikut dengan mereka, menyuruh Phoebe duduk sembari menonton. Tapi dia tetap ngenyel, tidak bisa melihat mereka bermain ombak dengan Zen yang sangat aktif.

"Jangan makan banyak." Barta kembali mengingatkan Phoebe sejak tadi makan ikan dan sambal banyak. "Nanti sakit perut." Tambahnya memperingati.

"Biar aja, Bar. Apa gunanya lo? Sekali-kali bikin lo repot nggak masalah kan?!" Kata Stef menyeringai.

Setan!" Barta mengumpat.

"Kak, mau lagi." Muka Zen sampe merah. Tapi dia tidak mau berhenti makan. Di sampingnya Queensha dan Phoebe. Ketiganya makan begitu lahap dan serius. Sedangkan Nina dan Citra tetap seperti biasa. Keduanya memang paling dewasa di antara mereka.

"Terus besok kemana lagi?" Phoebe kepo. Maklum aja, baru kali ini dibawa jalan bareng teman-temannya. Sehingga sama sekali tidak tahu apa saja jadwal mereka.

"Tidur." Kata Barta ketus.

Phoebe mengerutkan dahi. "Kita cuma numpang tidur aja di sini?" Tanyanya tidak percaya.

"Bukannya besok mandi-mandi atau mancing lagi?" Queensha ikut nimbrung.

"Mandi kalau mau." Jawab Romeo. "Sekarang juga bisa." Katanya serius.

"Udah malam emang bisa?" Oon Queensha kumat.

"Bisa." Romeo makin mempermainkan dengan mengangguk serius.

"Tapi dingin." Cewek itu bergidik.

"Lebih hot, Queen." Stef menyeringai. "Gelora membara." Katanya lebay.

Nina memutar bola mata. "Mulai kumat semua." Cibirnya. "Kasian Zen masih kecil." Lanjutnya dramatis. "Zen, jangan sering-sering ikutan pacaran sama kakak kamu ya."

"Iya, kak." Zen menjawab polos sembari memasukkan kembali makanan ke mulutnya.

Nina terkekeh geli. Lalu menambah makanan di piring Zen. Zen tersenyum malu-malu lalu memakannya kembali. Dia menoleh ke depan, Citra juga belum selesai makan. Di sampingnya ada Kevin, cowok yang tidak mau dipisahkan barang sebentar saja dari Citra.

Sejak tadi mereka lebih banyak diam seperti biasa. Hanya sebagai penonton teman-temannya yang perusuh.

Setelah selesai makan, mereka akhirnya mulai tepar. Masuk ke kamar masing-masing. Satu kamar ditempati dua orang. Phoebe, Zen dan Citra satu kamar, Nina dan Queensha berada di samping kamar mereka.

Semua sudah aman, terlelap di kamar masing-masing. Tetapi tengah malam Zen bangun mau ke kamar mandi dan minum. Citra bangun menemaninya, mereka ke dapur bersama.

Zen dan Citra berpegangan tangan. Mereka terkejut melihat Phoebe merengek pada Barta. Citra dan Zen tidak menyadari cewek itu tidak ada di kamar sebelumnya.

"Udah malam. Besok aja." Kata Barta mengucek wajahnya. Dia menutup pintu kamarnya dan mengabaikan rengekan istrinya.

"Bee mau sekarang." Phoebe tidak mau mengalah. Mendorong pintu dan mengganjal dengan kakinya sehingga Barta makin berang.

Citra dan Zen saling berpandangan, lalu Zen memanggil Phoebe. "Kak, Bee." Phoebe menoleh, air matanya hampir menetes, wajahnya sudah memerah.

"Zen...," Phoebe menghampiri Zen dan Citra. "Cit, temani Bee keluar yuk." Ajaknya.

EX [TERBIT]Where stories live. Discover now