Bab 88. Sepasang Pusara

115K 11.3K 869
                                    

Hello, gue datang lagi dengan part baru.

Maapke daku yang terlalu lama gak up.

Gue cepet banget tidurnya tiap malam. Anugerah terindah buat gue nih. Jarang-jarang bisa cepet tidur. Sampe nggak sempet up kwkwwkw.

***


            Kevin menggeliat tidak nyaman dalam tidurnya. Secara perlahan membuka kedua kelopak mata sembari mengumpulkan kesadarannya. Samar-samar mendengar suara obrolan yang hangat dan diselingi gelak tawa.

Setelah kesadarannya terkumpul, Kevin duduk dan meregangkan tubuhnya. Semua badannya terasa kaku dan sulit digerakkan. Baru kali ini merasakan tidur di atas ambal yang tipis dan sempit.

Dia kembali menjatuhkan tubuhnya secara tengkurap dan memejamkan mata. Cuaca asri di kampung tersebut membuat sepanjang malam terasa dingin. Kevin meringis tetapi tidak menggulung tubuhnya lagi dengan selimut.

"Ka-kamu udah bangun?"

Dia membuka mata, Kevin menoleh pada Citra yang mendekat padanya. Kevin berdehem lalu Citra menarik selimutnya.

"Dingin." Ucapnya.

Citra tersenyum. "Bangun, udah siang." Suruhnya sembari melipat selimut dan meletakkan di atas bantal. Kevin balas bergerak, tapi tak urung menurut pada Citra. Dia kembali duduk diam memperhatikan Citra merapikan tempat tidurnya. "Ke-kepana liatin aku? Kamu mandi dulu." Suruhnya mengusir Kevin.

"Suka aja." Guman Kevin pelan.

Citra mencibir dan tidak menghiraukannya. Kevin yang masih malas-malasan disamperin seorang wanita kisaran lima puluh tahunan. "Eh, sudah bangun?" Tanyanya. "Cepat sekali? Tidak kedinginan?"

"Dingin, bu." Jawab Kevin jujur. "Citra maksa saya cepet bangun. Kulit saya sampe keriput menahan dingin." Kevin menunjukkan tangannya

Citra meringis, Kevin terlalu frontal. "Nggak, bu. Dia udah bangun sebelum saya ke sini." Elaknya tidak terima.

Bu Kamila terkekeh geli melihat kedua remaja tersebut. "Di kampung sini memang cuacanya sedikit lebih dingin." Ceritanya. "Dulu Citra paling males bangun pagi ke sekolah, katanya dingin."

"Ibu, itu kan dulu." Citra cemberut malu.

"Bu Kamila tergelak senang. "Ibu kan bilang dulu." Elaknya.

Citra ceberut, lalu pura-pura ngambek. Dia membawa selimut dan bantal ke kamar. Membiarkan Bu Kamila dan Kevin kembali mengobrol dan sesekali tergelak pelan.

Citra kembali keluar dari kamar untuk mengambil ambal, ternyata Kevin sudah ada di pintu kamar membawanya. Citra membiarkannya masuk ke kamar yang tadi malam ditempati oleh Citra.

Kevin hendak mandi. Terlebih dahulu mengambil peralatan mandi di dalam kopernya. Sedangkan Citra kembali bersih-bersih. Menyapu ruang tamu dan halaman. Tanpa diminta cewek itu langsung turun tangan mengerjakannya.

Mereka tiba tadi malam. Bu Kamila dan suaminya sudah mengetahui kedatangan mereka sebelumnya. Suami istri itu sangat antusias sekali, sama halnya menyambut anak-anaknya pulang dari perantauan.

Bu Kamila tetangga keluar Citra di Solo. Tetapi sejak Mama Citra meninggal, sekitar dua belas tahun yang lalu. Citra dan ayahnya pindah ke Jakarta satu tahun kemudian. Rumah dan lading milik mereka habis di jual untuk modal ke Jakarta, karena tidak ada sanak saudara yang menjaganya di kampung.

Meski begitu, sebelum ayah Citra meninggal, beberapa kali mereka pulang kampung untuk ziarah ke makam mama Citra. Mereka tinggal di rumah keluarga Bu Kamila. Sehingga sampai saat ini hanya Bu Kamila keluarga yang menjadi tujuan mereka.

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang