Bab 74. Permintaan

124K 12.9K 1.5K
                                    


            "Cit, buka pintunya! Kenapa kamu nggak ngangkat telpon aku? Pesan aku nggak di balas! Mereka apain kamu?" Kevin menggendor-gendor pintu rumah Citra yang terkunci dari dalam. "Cit, buka!! Citra..."

Kevin melotot. Pintu rumah Citra terbuka dan wajah Clara menyembul keluar. "Mau apa kamu ke sini?" Tanyanya sengit.

"Tante..." Kevin terbata.

"Apa? Mau menindas Citra, hah?!" Clara bertanya sengit.

"Tante, saya datang mau melihat keadaan Citra. Citra dibully di sekolah." Jelas Kevin.

"Iya." Clara mengangguk membenarkan. "Semua itu karena kamu." Tuduhnya. "Mulai dari sekarang, jangan temui Citra lagi. Tolong menjauh dan biarkan anak saya tenang!"

"Tante, maafkan saya. Saya nggak bisa jaga Citra hari ini. Saya..."

"Saya nggak mau dengar penjelasan kamu!" Clara memotong ucapan Kevin. "Satu lagi!" Clara menatap Kevin tajam. "Kami bukan berasal dari keluarga seperti kamu. Anak saya masih kecil, dia harusnya fokus belajar untuk masa depannya, belum waktunya sibuk memikirkan pertunangan!"

Kevin terdiam. Clara sudah mengetahui semua, Citra yang meminta agar mamanya tidak boleh tahu pertunangan mereka. Tetapi sekarang, cewek itu yang sudah memberitahunya.

"Tante..."

"Kamu mengerti, kan, maksud tante?" Kevin tidak bereaksi sedikit pun. "Silahkan kamu pulang sekarang, dan jangan pernah datang lagi!" Clara menutup pintu setelahnya, membiarkan Kevin masih mematung di tempatnya.

Di saat orang tuanya sudah mulai menerima Citra dan pertunangan mereka. Sekarang Clara yang menjadi penghalang. Kevin menggeleng tidak percaya, sesulit ini hanya untuk mendapatkan Citra.

Berkorban sejauh ini, tetapi tetap saja tidak berjalan dengan semestinya. Citra tetap tidak bisa digapai olehnya.

Kevin memutar tubuhnya, berjalan lunglai meninggalkan rumah sederhana tersebut. Clara mengintip dari jendela, menyadari jika Kevin sangat terpukul dengan perkataannya. Dia menghela nafas berat, kembali ke kamar dan menemukan Citra mengucek mata baru bangun.

"Ma, Citra denger suara Kevin." Ucapnya takut-takut.

"Udah mama suruh pergi." Citra terdiam. "Jangan temui dia lagi. Kamu harus menghindar kalau nggak pengen dibully lagi." Lanjutnya tegas.

Citra langsung lemas, tetapi dia tetap mengangguk mengiyakan. "Iya, ma." Cicitnya.

Clara mengela nafas berat. "Sekarang masih sore. Kamu bisa melanjutkan tidur lagi." Suruhnya. Melirik pada samping Citra, Zen masih tidur pulas. Citra kembali mengangguk, lalu berbaring di samping adiknya.

Sementara wanita itu keluar dari kamar. Memberikan waktu pada Citra untuk merenungi keputusan yang harus di ambil.

Demi kebaikan mereka. Jika Kevin terus bersama Citra, kemungkinan besar Lolita tidak akan kapok. Mencari celah untuk menindas Citra lagi. Clara mengepalkan tangan, ingin membalas perlakuan mereka pada anak tirinya.

***

Citra gelisah di kamarnya, menatap takut-takut ke arah jendela. Di sana sudah ada Kevin sedang menunggu dan mengetuk pelan. Citra mengabaikan panggilannya seperti biasa, sehingga dalam kurun sepuluh menit cowok itu sudah ada di balik jendela tersebut.

Sudah tengah malam, Kevin sengaja datang agar tidak ketahuan oleh Clara. Meskipun mama tiri Citra mengusirnya tadi siang dan meminta agar tidak menemui cewek itu lagi, Kevin tetap akan mencari celah bertemu dengannya.

Menghela nafas putus asa, Citra menuju jendela dan membuka pelan-pelan agar tidak ketahuan oleh Clara di kamarnya. Kevin sedikit menyingkir, lalu kembali mendekat ketika jendela itu terbuka.

EX [TERBIT]Where stories live. Discover now