▪ SEPULUH ▪

1K 53 18
                                    

"Kamu melupakan aku lebih cepat dari yang aku kira. Sedangkan, aku berniat melupakanmu saja tidak bisa."

___

"Apakah kalian sudah mengerti?" tanya Bu Endang usai menjelaskan soal Kimia di papan tulis.

"Mengerti, Bu!"

"Catat ini, setelah itu akan Ibu buatkan soal untuk kalian jadikan PR," ucap Bu Endang, lalu semuanya mulai mencatat apa yang beliau tulis di papan tulis.

Ran mencatatnya dengan serius, walaupun ia agak sedikit bingung dengan rumus-rumus yang rumit itu.

"Gila, baru lihat ini aja gue udah pusing banget. Bisa nggak, sih, pelajaran ini dimusnahin aja?" gerutu Grace yang duduk di sebelah Ran.

"Terus kalau pelajaran ini dimusnahin, apa gunanya kita jadi anak IPA?" sahut Ran tanpa menoleh sedikit pun ke arah Grace.

Grace mengerucutkan bibirnya sebal, ia menoleh menatap Ran. "Ya seenggaknya, nggak serumit inilah!" Protesnya dengan suara kecil, namun bisa terdengar jelas oleh Ran.

Grace memang agak lemah di pelajaran Kimia. Namun, cewek itu sangat handal dalam pelajaran Fisika.

"Lo harus suka dulu sama pelajaran Kimia. Kalau dari awal lo udah nggak suka, yah gini akibatnya," balas Ran masih dengan kegiatan menulisnya.

Yang dikatakan Ran ada benarnya juga. Grace terdiam sejenak, kemudian ia lanjut menulis.

"Ran, nanti habis pulang sekolah ke toko buku, yuk," ajak Ruby, ia menepuk-nepuk bahu Ran pelan.

Ran menoleh sebentar ke arah Ruby yang duduk di belakangnya. "Sorry, gue nggak bisa. Gue ada ekskul."

"Udah, lo ke toko buku bareng gue aja, Rub." Grace menyahut. Ruby pun mengangguk.

☁☁☁

Kelas sekarang sudah sepi, hanya ada Ran yang masih merapihkan alat tulisnya dan guru sejarah yang masih menilai PR para siswa.

Ran hendak melangkah ke luar kelas. Namun, panggilan Pak Anto menginterupsi langkahnya untuk berhenti.

"Emm, Kirana. Bisa kamu bawakan buku-buku ini ke meja Bapak yang ada di ruang guru?" pinta Pak Anto

Ran mengangguk patuh. "Bisa, Pak."

Ran pergi menuju ruangan guru dengan tumpukkan buku yang ada di tangannya. Setelah selesai menaruh buku-buku di ruang guru, gadis beriris mata abu-abu itu melangkah menuju ruang musik yang ada di lantai dua.

Sudah dua minggu belakangan ini Ran menjadi pengurus ekskul musik sekaligus ketua ekskul tersebut. Sudah lumayan banyak siswa yang mengikuti ekskul musik. Alan juga sudah bisa bermain alat musik selain triangle.

Sebenarnya, Leon dan Alan yang selalu menjadi kehebohan setiap kali mengikuti latihan ekskul. Mereka memang tidak bisa diam walaupun sudah berulang kali diperingati oleh Ran.

Sesampainya di sana, sudah banyak orang yang menunggunya. Ada yang sedang asyik dengan kegiatannya bermain alat musik dan ada pula Leon dan Alan yang sedang memperebutkan gitar akustik. Padahal, masih banyak gitar akustik di sana.

Love for You Where stories live. Discover now