• FLASHBACK #1 •

915 38 9
                                    

"Entah aku harus bersyukur atau menyesal ketika kita dipertemukan."

___

Five years ago.

Kala itu, di SMP Bhakti Mulia tepat di kelas 7-1. Kelas yang terkenal atas kepintaran para murid-muridnya, kelas yang sering kali dipuji oleh para guru sebagai kelas teladan.

Suasana kelas senyap, mereka sedang mendengarkan guru mereka berbicara di depan kelas.

"Pagi ini Ibu akan memperkenalkan murid baru, tapi murid kali ini spesial karena dia bukan berasal dari negara kita," ucap Bu Sandra selaku wali kelas 7-1.

Mulai terdengar bisik-bisik dari para murid. Mereka merasa penasaran dengan murid baru tersebut.

"Mari, Nak. Silakan masuk." Bu Sandra memanggil murid itu, lalu murid berambut pirang itu melangkah masuk.

"Perkenalkan namamu," pinta beliau.

Gadis itu terihat malu-malu. Namun, ia memberanikan diri untuk menatap ke depan.

"H-hi, my name is Kirana. You can call me Ran. Nice to meet you, guys," ucap gadis itu dengan bahasa Inggrisnya seraya tersenyum kikuk.

"Namanya Kirana, dia pindahan dari Italia. Semoga kalian bisa berteman baik dengan dia, ya." Bu Sandra tersenyum.

"Bu, dia boleh duduk sama saya nggak?" tanya seorang cowok yang memakai kacamata.

"Jangan, sama saya aja, Bu!" sahut yang lain.

"Saya aja, Bu."

Bu Sandra terkekeh. "Kamu duduk di sana, ya," ujar Bu Sandra sambil menunjuk kursi depan yang kosong. Ada beberapa yang kecewa karena Ran duduk dengan perempuan.

Tak lama setelah gadis itu duduk, seseorang menepuk bahunya dari belakang. Ran menoleh dan mendapati seorang cowok berambut jambul yang memiliki hidung mancung tersenyum ke arahnya.

"Hello, Ran! My name is Reihan, you can call me Rey. I hope we can be friend," ucap cowok itu memperkenalkan dirinya. Ia tersenyum merekah, binar matanya terlihat antusias.

"Ciao, Rey! Piacere di conoscerti," jawab Ran dengan bahasa Italia yang tidak dimengerti oleh Rey. Terkadang, saat Ran berbicara ia akan memakai bahasa negara kelahirannya itu.

Rey mengernyit, cowok itu tidak mengerti dengan apa yang Ran ucapkan. "Gue nggak ngerti."

"Upss, sorry. I will use Indonesian language—Hai, Rey! S-senang berkenalan denganmu," ralat gadis itu dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata.

Rey terkekeh geli hingga kedua matanya menyipit. "Tenang aja, nggak usah dipaksain. Nanti gue juga bakal pakai bahasa Inggris, kok."

Ran tersenyum. Baru pertama kali ia bertemu dengan orang seperti Rey. Ran tidak pernah menemukan cowok seperti Rey. Biasanya, kebanyakan cowok agak terlihat kikuk. Berbeda dengan Rey yang memberi kesan hangat saat pertama bertemu.

☁☁☁

Sudah dua minggu Ran bersekolah di Bhakti Mulia. Ia sangat senang meski agak susah untuk berbahasa Indonesia. Untungnya ada Rey dan Ibunya yang mengajarkan bahasa Indonesia sedikit demi sedikit kepada Ran.

Sekarang Ran sudah mendapat banyak teman. Tadinya, Ran enggan untuk pindah dari Italia. Namun, sekarang ia tidak menyesal karena telah pindah ke negara yang cocok untuknya.

Siang itu, sedang jam istirahat. Kelasnya sangat sepi. Ran juga malas pergi kemana-mana. Ia memilih untuk berdiam diri di kelas sembari membaca buku kesukaannya.

"Hai, Ran!" sapa Rey yang lumayan mengejutkannya.

Ran menengadah menatap Rey yang ada di depannya. "Hai."

"Kenapa nggak ke kantin? Kantin, yuk, bareng gue!" ajak Rey.

"Kantin?" dahi Ran berkerut. Ia bingung dengan tempat yang diucap Rey.

Rey mengetuk-ngetuk dagunya, berpikir apa bahasa Italia yang tepat untuk tempat itu. "Udah, lo ikut gue aja. Gue nggat tahu bahasa Italy-nya apa!"

Ran mengangguk, lalu mengikuti langkah Rey menuju tempat yang bernama kantin.

Sesampainya di sana, Ran mengerti apa yang dimaksud dengan kantin. Rey mempersilakan Ran duduk disalah satu kursi kantin yang kosong, kemudian memesan makanan untuk gadis itu.

Ran diam sambil menunggu Rey. Tiba-tiba, ada seorang cowok asing yang duduk di hadapannya.

"Lo anak baru yang bule blasteran itu, ya?" tanya cowok itu sambil menatap Ran intens.

Ran agak risih dengan tatapannya. Namun, gadis itu tetap mengangguk mengiyakan. Mungkin seantero sekolah sudah mengenal dirinya.

Kemudian, cowok itu mengulurkan tangan. "Kenalin, gue Alan. Sahabatnya Rey."

Ran menjabat tangan cowok yang bernama Alan tersebut. "Kirana, panggil aja Ran."

Iya, itu Alan. Rey dan Alan sudah bersahabat sejak SMP. Walaupun berbeda kelas hubungan mereka tetap berjalan dengan baik.

"Eh, ada Alan," celetuk Rey, ia membawa nampan yang berisi satu mangkuk mie ayam untuk Ran. Cowok itu duduk, lalu menyodorkan mangkuk itu pada Ran.

"Nih, makan. Udah gue bayar kok," ucap Rey.

"Makasih." Ran tersenyum, lalu mulai menyantap mie ayam itu dengan nikmat.

Rey dan Alan hanya asyik menatap Ran yang sedang melahap makanannya, membuat kedua cowok tampan itu terkekeh geli.

"Nih cewek lucu juga, ya," gumam Alan tanpa sadar yang didengar oleh Rey.

"Hah, lo bilang apa?" tanya Rey pada Alan.

Alan refleks menggeleng kecil. "E-enggak, kok. Gue nggak bilang apa-apa."

Ran mendongak seraya tersenyum kecil. Hatinya terasa menghangat melihat kedua cowok itu. Ralat, melihat Rey lebih tepatnya. Ritme jantungnya lebih cepat dari biasanya.

Makasih, ya, Rey, batin Ran.

☁☁☁

Hai semuanya!!

Chapter flashback adalah chapter dimulainya kisah Rey, Alan, dan Ran.

Bagaimana pertemuan mereka, gimana Ran jadi suka sama Rey, semua aku bahas total di sini.

Dan kenapa Rey bisa benci banget sama surat??  Jawabannya ada dichapter khusus yaitu chapter flashback.

Flashback ada sekitar 4 chapteran sebelum epilog. So, pantengin aja okey???

Ok, see you. Vomment jgn lupa.

With love,
Mrs. Ath 💙

Love for You Where stories live. Discover now