▪ DUA BELAS ▪

910 47 15
                                    

"Sahabat itu orang yang selalu ada, temen gila-gilaan bareng, samsak gue kalau lagi naik darah. Pokoknya segalanya, deh!"

-Reihan Alexander.

____

"Reihan Alexander Midori!" panggil Alan dengan sedikit mengubah nama Rey. Cowok itu mengguncang bahu Rey dengan dramatis.

Rey mengernyit. Alan itu sepertinya memang kekurangan obat penenang. "Lo apa-apaan, sih!"

Alan melepaskan tangannya dari bahu Rey. "Tara nyariin lo."

Rey membulatkan mata. Ekspresinya seketika berubah menjadi antusias. "Serius? Dia di mana? Terus bilang apa?"

Alan memutar bola matanya. "Bercanda."

Rey mendengus sebal.

"Ke kantin, kuy. Leon udah nunggu di sana," ajak Alan.

"Duluan aja. Gue mau taro berkas dulu." Rey menunjukkan map merah yang berisi suatu berkas di dalamnya. Ia baru saja mengambil itu dari ruang OSIS.

"Ya udah, cepetan. Kasihan Leon lumutan nungguin kelamaan," canda Alan.

"Oke," kata Rey, kemudian bergegas menuju kelas. Sedangkan Alan berbalik menuju kantin.

☁☁☁

"Alan, traktir gue dong ...," pinta Leon.

Alan melirik Leon, ia mengunyah baksonya sebentar. "Gampang. Lo mau permen apa?"

"Anjir lo," umpat Leon, lalu mendengus sebal.

"Lo nyanyi dulu. Nanti gue traktir apa aja yang lo mau," celetuk Rey kepada Leon yang membuat mata cowok itu berbinar.

Kemudian, Leon berdiri di atas kursi kantin. Ia mengambil botol minuman kosong yang nantinya akan digunakan sebagai mic.

"Selamat siang seluruh penghuni kantin!" seru Leon, membuat semua yang ada di kantin menaruh perhatian ke pada cowok itu.

"Babang Leon ganteng akan memberikan kalian penampilan yang spektakuler!"

Alan bediri di samping Leon, ia akan meramaikan konser dadakan Leon.

"Hey sayangku hari ini aku syantik
Syantik bagai bidadari
Bidadari di hatimu." 🎶

Awalan lagu yang dinyanyikan Leon mampu mengundang gelak tawa seluruh penghuni kantin.

"Tarik, Bang!"

"Hobah! Serr ..."

"Hey sayangku perlakukanlah diriku
Seperti seorang ratu
Kuingin dimanja kamu." 🎶

Suara Leon memang bisa dikatakan di bawah standar. Namun, tingkah alay Leon saat menyanyikan lagu tersebut membuat semuanya semakin terbahak. Ditambah, Alan yang joget seperti cacing kepanasan membuat suasana semakin ramai.

Rey hampir saja tersedak baksonya karena tertawa disaat sedang mengunyah bakso. Cowok ganteng itu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku dua sahabatnya.

"Emang lagi manja lagi pengen dimanja
Pengen berduaan dengan dirimu saja
Emang lagi syantik tapi bukan sok syantik
Syantik syantik gini hanya untuk dirimu." 🎶

Leon mengakhiri lagu itu, lalu membungkukkan badannya. Namun, sialnya Leon tidak bisa menjaga keseimbangan tubuh sehingga ia jatuh tersungkur ke lantai.

Seisi kantin tertawa terpingkal-pingkal melihat Leon yang jatuh tersungkur. Apa lagi Alan, cowok itu bukannya menolong malah menertawakan.

Sahabat gue, kok, gini amat, ya? pikir Rey.

☁☁☁

Jam menunjukkan pukul tiga sore. Ran berjalan di koridor seraya membawa beberapa lembar kertas di tangannya. Cewek itu masuk ke ruangan OSIS. Iris abu-abunya menangkap Rey yang sedang berkutat dengan laptop.

Ran menghampiri Rey yang sedang memijat pelipisnya pelan.

"Perlu gue bantu?" tawar Ran. Rey menoleh menatap Ran, kemudian tersenyum.

"Perlu banget!" jawab Rey, lalu cowok itu menunjuk layar laptopnya. "Gue disuruh buat ulang proposal sama Pak Rahmat. Katanya, ada beberapa bagian yang salah dan gue harus ngumpulin proposal ini secepatnya."

Ran mengangguk paham, ia meneliti setiap kata dalam proposal itu. "Lo kurang teliti. Ada kalimat yang kurang tepat penempatannya dan banyak bagian yang nggak lengkap. Sini, gue bantu perbaiki."

Ran mendekat dan menghapus penulisan yang salah, lalu ia perbaiki dengan susunan kalimat yang benar. Tidak lupa cewek itu menambahkan bagian-bagian yang kurang dari proposal tersebut.

Rey menatap Ran yang jaraknya cukup dekat darinya. Cewek itu memang sangat baik kepadanya, bahkan disaat seperti ini saja ia itu masih mau membantunya.

"Ini udah selesai. Lo tinggal lihat ulang, masih ada yang mau ditambahin atau enggak."

Rey mengangguk. "Makasih, Ran."

"Sama-sama."

Deg.

Tiba-tiba jantung Rey kembali berdenyut sakit. Ia meringis, lalu cowok itu merogoh saku abu-abunya. Mencari obat untuk meredakan rasa sakitnya.

Setelah itu, Rey meneguk obat tersebut.

Ran menatap Rey bingung. "Rey, itu apa?"

Rey menggigit bibir bawahnya, mencari alibi yang tepat agar bisa dipercayai oleh Ran. "Emm, cuma vitamin, kok." Rey tersenyum kikuk, "Biar badan gue tetap sehat."

"O-oh, vitamin." Ran membulatkan mulutnya. Ia agak ragu dengan jawaban yang Rey berikan. Jika memang benar itu vitamin, lalu mengapa tadi ia mendengar ringisan kecil dari mulut Rey?

Ran tidak ingin berpikir negatif. Namun, ini sudah kali kedua ia melihat Rey seperti kesakitan. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Oh, iya. Lo bawa dokumen yang gue minta, kan?" tanya Rey berusaha mencairkan suasana.

Ran mengangguk, lalu menyodorkan beberapa lembar kertas kepada Rey.

"Makasih, Ran."

☁☁☁

HALO!!!

Tias balik lagiiiii :)

Gimana hayo chap kali ini??

Maapkan aku karena belakangan ini hanya bisa up 1 bulan sekali. Karena aku emang gak sempet :(

See you, vomment jangan lupa!

With love,
Tias Rios Fernandez ♥

Love for You Where stories live. Discover now