▪ DUA PULUH TIGA ▪

843 45 2
                                    

"Melindungimu adalah cara lain untuk mencintaimu. Karena aku sadar, selamanya aku tidak akan bisa memilikimu."
____

Ran kini tengah berada di dalam ruangan basket indoor. Ia sudah mulai mengajar anggota cheerleader.

Ran agak sedikit bingung dengan gerakan-gerakan yang sebelumnya sudah diajarkan oleh coach, karena ia sendiri belum mencoba bagaimana gerakan itu dilakukan.

Coach cheerleader sedari tadi duduk manis di pinggir lapangan. Ia diam dan sesekali memberikan arahan sebab kakinya masih dalam masa pemulihan.

"Satu, dua, tiga, flyer lompat dan yang bawah sigap tangkap," arah Ran kepada anggota cheers.

Kemudian, flyer itu dengan mantap melompat dari dari ketinggian dan ditangkap oleh beberapa orang yang ada di bawah.

"Good, nanti kita coba lagi. Sekalian tambah gerakan baru," ucap Ran. Cewek itu memakai pakaian olahraga karena akan sedikit mencontohkan gerakan yang akan digunakan.

"Istirahat sepuluh menit!" seru Ran kemudian.

"Gimana latihannya?" tanya Alin yang notabenenya adalah coach cheerleader.

Ran tersenyum sambil mendaratkan bokongnya di samping Alin. "Capek banget, Lin. Gue kayaknya nggak bisa jadi coach pengganti, nanti gerakannya nggak maksimal," lirih Ran yang membuat Alin mengusap lembut punggung Ran.

"Pasti bisa, tenang aja. Gue udah cari referensinya di Youtube, kok." Alin tersenyum lebar. "By the way, lo pasti disuruh sama Rey, ya, buat gantiin gue jadi coach?" lanjut Alin, ia berhati-hati dalam bertanya. Takut-takut Ran akan tersinggung.

Ran menengadah menatap Alin. Ia agak terkejut, namun berusaha menyembunyikan keterkejutannya.

"A-ah, iya," jawab Ran.

"Lo lagi marahan sama Rey?" Alin kembali bertanya.

Justru dia marah banget sama gue, jawab Ran dalam hati.

"Eh, gue beli minum dulu, ya? Nanti gue balik lagi." Ran berusaha mengalihkan pembicaraan. Cewek itu bangkit, lalu berlari keluar lapangan menuju kantin.

Alin mendengus, pertanyaannya belum dijawab dan Ran malah mengalihkan pembicaraan.

Lima menit setelahnya, Ran kembali dengan dua buah botol minum di tangannya. Ia menyodorkan salah satu botol itu pada Alin yang diterima baik olehnya.

Ran duduk terlebih dahulu baru meneguk air mineral tersebut.

"Pertanyaan gue yang tadi belum dijawab, loh," celetuk Alin.

"Tanpa gue jawab lo pasti udah tahu jawabannya, bukan?" kata Ran, lalu bangkit berdiri. "Udah, ya, gue mau lanjut latihan dulu." Cewek itu lalu berjalan ke arah lapangan.

Alin lagi-lagi mendengus. Ia ingin mendengar langsung apakah gosip yang beredar benar adanya atau tidak. Alin tidak butuh jawaban yang bertele, hanya 'iya' atau 'tidak' itu sudah cukup.

"Guys, latihan lagi!" teriak Ran yang membuat semua anggota cheers berkumpul.

Ran menjelaskan beberapa gerakan baru yang akan dipakai nanti. Semuanya mendengarkan dan mengangguk paham.

"Kak Ran, contohin dong," seru salah satu anggota yang tadi menjadi flyer.

Mata Ran terbelalak kaget. Ia ragu apakah bisa melakukan itu atau tidak.

"O-oke, aku contohin," ucap Ran memutuskan.

Ada dua fondasi dan ia akan naik dipaling atas membentuk piramida. Ran menghela napas, meyakinkan diri bahwa ia bisa melakukan gerakan yang lumayan berbahaya itu.

Love for You Where stories live. Discover now