Chapter 1 : Greyson

368 64 87
                                    

Greyson berlari menaiki gundukan tangga dengan gesitnya. Dengan tujuan menemui Angel di ruang kerja.

Setelah berhasil sampai di depan pintu. Dengan cekatan Greyson langsung mendobrak pintu ruang kerja Angel tersebut.

"Ibu!" teriak Greyson dengan napas yang masih tersengal-sengal.

"Kenapa sayang?" Angel megusap halus dadanya karena kaget.

Greyson tidak menjawab. Ia masih terperangah melihat sekeliling ruang kerja Angel. Penuh dengan tulisan dan rumus-rumus rumit yang sama sekali tidak ia mengerti, dan juga mesin-mesin yang berjejer rapi di sekeliling ruangan.

Papan tulis yang berukuran lebih dari tiga meter pun, masih tidak cukup untuk menampung semua rumus yang ditulis oleh Angel. Jendela, pintu, meja, kursi, bahkan plafon. Entah-berantah cara Angel menulis rumus rumitnya itu di atas plafon.

Angel jongkok, dengan sikut kaki yang menjadi penopang, berusaha menyamakan tingginya dengan Greyson.

"Greyson," panggil Angel lagi.

"Oh iya Bu," Greyson nyengir sembari mengaduk-ngaduk rambutnya. "Kak Kavin belum pulang? Ayah nanya, kak Kavin pamit sama Ibu apa tidak?"

Angel menggeleng. "Tidak," jawab Angel singkat.

Hari semakin larut. Kavin sang kakak belum kunjung pulang seperti biasanya. Dan jarum jam hampir menunjukkan pukul 00.00.

Kavin merupakan salah satu siswa paling bermasalah di sekolahnya. Ia termasuk remaja yang hari-harinya selalu berkecamuk dengan dunia malam. Dan acap kali Kavin harus pindah sekolah setiap tiga bulan sekali, bukan suatu kejadian tanpa alasan. Awalnya Kavin siswa yang baik.

Akan tetapi, ia tidak naik kelas selama tiga tahun berturut-turut, membuatnya sering kali dibully di sekolahnya "Ibu salah satu tokoh sains terkenal dunia, Ayah matematikawan. Kok bisa anaknya seperti ini ya?" Begitulah celotehan para pembuly.

Kavin telah berusaha belajar dengan giat. Namun, tetap saja dia tidak dapat memperbaiki nilainya. Ia selalu berperilaku baik, dengan harapan gurunya dapat mempertimbangkan kenaikan kelasnya. Namun, apa yang dia dapat? Tidak naik kelas.

Kavin memendam banyak luka di hatinya, dia sudah tidak dapat menahannya lagi. Lukanya kini membuncah menjadi rasa kebencian yang teramat besar. Kavin sudah tidak peduli lagi dengan nilai, dia hanya memikirkan bagaimana cara untuk bersenang-senang.

Walaupun Kavin remaja yang brutal. Namun, ia tetap sayang terhadap keluarganya, terutama kepada Greyson.

Dan kini Greyson rela menahan kantuk walaupun sang Ayah sudah berjerih payah membujuknya untuk segera tidur. Bukan tanpa sebab Greyson menahan kantuk, semua itu dilakukan karena Kavin berjanji akan membelikannya buku cerita.

"Memangnya Greyson belum ngantuk apa?" Angel mengusap lembut rambut Greyson.

Greyson menggeleng. "Tidak kok Bu, emang Ibu kerja apaan sih?"

"Nyiptain pintu Doraemon," balas Angel.

Pintu Doraemon hanyalah istilah yang digunakan oleh Angel agar mudah dipahami oleh Greyson yang baru berusia lima tahun.
Pintu Doraemon yang Angel maksud adalah, portal dimensi yang dapat membuat pemakainya berpergian jauh sampai berjarak 50 miliar tahun cahaya.

"Emang bisa Bu?" Greyson mengkerutkan dahinya.

"Bisa lah. Pintu Doraemon itu bisa membuat Ibu berkeliling alam semesta dengan sekejap mata," perjelas Angel. "Tetapi, Ibu kekurangan satu bahan, dan Ibu tidak tahu bahan yang kurang itu apa?" ucap Angel lirih dengan sedikit keputus asaan di benaknya.

The MAGIC of Friendship [COMPLETED]Where stories live. Discover now