Chapter 4 : Persahabatan

114 18 27
                                    

Waktu Greyson turun dari angkot di depan sekolah barunya, kesan pertama yang ia dapat adalah, betapa sepi dan sunyinya sekolahnya ini. Greyson mengendarkan pandangan ke sekeliling dan mendapati sedikit sekali orang yang beralu-lalang di sekitarnya. Mungkin dia datang terlalu pagi.

Greyson sudah sangat merindukan sekolah, terutama pekerjaan rumah, apalagi matematika. Owh, Pelajaran favorit baginya.

Greyson berjalan santai menyusuri koridor. Ia mulai bosan berkeliling, tidak ada apa pun yang mampu mencuri perhatianya, misalnya ada orang-orang yang ngomongin lomba cerdas cermat atau Olimpiade kek, yang mampu menarik minatnya.

Saking bosanya, akhirnya Greyson memilih untuk masuk ke dalam kelas barunya. Kebetulan waktu Greyson berkeliling tadi,  dia mampir sejenak untuk melihat mading, dan mencari namanya di tempatkan di kelas mana? Ternyata dia di kelas 10 IPA 1.

Ketika sampai di depan pintu kelas. Mendadak Greyson memiliki firasat buruk, dan menghentikan langkahnya. Terakhir kali dia datang paling pagi di sekolah lamanya, ia sempat kejatuhan perlengkapan kebersihan yang di taruh oleh teman-temanya di atas pintu.

Dengan perlahan Greyson membuka pintu kelasnya itu. Greyson mencoba memberanikan diri untuk melangkahkan kakinya masuk. Baru satu langkah Greyson melangkah. Tiba-tiba, tangan misterius menarik  kerah bajunya dengan ganas.

Pria yang tidak dikenali itu menyudutkan Greyson ke dinding sambil memegangi kerah bajunya. Ada tiga Anak laki-laki di sana.

"Siniin uang lo." Pria itu memberikan tanda isyarat, dengan menggesekkan jari telunjuk dan jempolnya secara bersamaan.

"Aku nggak punya uang." Greyson menundukkan kepalanya karena takut.

"Aelah, anggak usah bohong. Gue tau siapa orang tua lo. Orang tua lo kayakan?" Pria itu semakin mengeratkan genggamannya.

"Sumpah, aku cuman bawa bekal ke sekolah. Lagian masakan di rumah lebih sehat dari pada jajanan di kantin," jelas Greyson getir.

"Bacot!!" Pria itu berusaha memukul wajah Greyson.

Beruntung, salah satu tangan berhasil menahan pukulan pria itu. Itu tangan Andre.

"Andre." Pria itu menatap Andre seolah tak percaya.

"Seseorang yang menggangu yang lebih lemah itu, tak lain dari seorang pengecut." Andre semakin mengeratkan genggaman tangannya pada pria itu sambil menatap garang.

Pria itu terus meringis kesakitan. Sedangkan dua temanya yang lain, hanya bisa menundukkan kepala, tak ada yang berani menolong.

"Andre," kata Greyson, sebelumya Greyson belum pernah mengenal Andre. Dia baru tahu nama Andre saat pria yang menggangunya tadi menyebutkan kata 'Andre.'

"Aku udah maafin dia. Jadi, lepasin genggamanmu," pinta Greyson.

"Oke oke, gue turuti apa mau lo. Tapi rasanya kurang kalo belum nonjok mukanya." Andre meluncurkan rudalnya sehinga mengenai pipi kiri pria itu. Dan alhasil, dia tersungkur mulus berciuman dengan lantai.

Pria itu berusaha bangkit, sambil memegangi pipi kirinya yang membiru, dan kemudian berlari tergopoh-gopoh keluar, di ikuti oleh dua temanya yang lain.

Tak lama setelah rombongan pria pengganggu itu pergi. Tiga pria yang berpenampilan berbeda muncul dari balik pintu.

Dari ketiganya, ada satu yang paling mencolok. Sebut saja Mac Harmon, Berwajah ganteng bak aktor Korea dan juga gaya cool--nya. Sedangkan di sebelahnya, dia lebih mirip orang berpenampilan tolol, di lihat dari gaya jalannya yang persis orang mabuk, namanya Connor Finnerty. Dan yang paling kiri, lebih tepatnya di sebelah pria berpenampilan tolol. Dia memakai jam tangan mewah, headphone mahal, bahkan termahal sejagat raya. Namanya Ian Dermawan.

The MAGIC of Friendship [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora