Chapter 8 : Misi Melarikan Diri

82 14 13
                                    

Bel pulang sekolah telah dibunyikan. Seperti biasanya, orang tua Yolanda akan pulang terlambat tiap hari Sabtu dan Senin. Akhirnya dia memutuskan untuk menginap di rumah Greyson sampai sore. Dan kebetulan Ayah Greyson selalu membiarkan pintu rumahnya terbuka untuk Yolanda. Mengingat Yolanda merupakan Siswa berprestasi, akan sangat menguntungkan bila Yolanda berteman dengan Greyson.

"Grey!" teriak Yolanda sambil berlari menyusul Greyson yang sudah berada di parkiran.

Gereyson seperti mengenal suara cempreng ini. "Yolanda," Greyson menoleh ke belakang.

Yolanda menghela napas panjang. "Grey, aku pulang ke rumah kamu ya hari ini," pinta Yolanda.

"Ya udah naik, kebetulan teman-teman aku mau ke rumah juga," kata Greyson sambil menaikan standar sepedanya.

"Oke." Yolanda membentuk simbol V dari jarinya sembari tersenyum.

Greyson mengayuh sepedanya pelan, sambil membonceng Yolanda. Yolanda menghadap ke belakang seraya memegangi jok sepeda, dan bernyanyi-nyanyi pelan. Takut Greyson mendengar nyayiannya.

"Lagi nyanyi?" tanya Greyson jahil.

Yolanda kaget, dia tidak menyangka kalau Greyson mendengarnya. "Iya, habis kamu enggak mau ngajak aku ngomong sih, kan jenuh jadinya."

"Suara kamu bagus kok," sanjung Greyson.

"Oh ya?" tanya Yolanda tak percaya.

Greyson mengganguk.

Yolanda menyikut punggung Greyson. "Kalau gitu, aku mau nyanyi lagi deh."

Mata Greyson melebar. "Eh jangan." Greyson menggelengkan kepalanya. Greyson masih sangat ingat, waktu Yolanda di suruh nyanyi oleh Kak Ronald saat MOS di hari kedua minggu lalu. Sungguh, suasana kelas pada saat itu, tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.

"Kenapa? Kamu enggak suka aku nyanyi? Jadi kamu bohong kalau suara aku bagus? Ya wajar aja sih kalau kamu bohong, temanku juga nggak pernah ngomongin kalau suara aku bagus."

Greyson tak bisa menjawab, dan memilih untuk mengalihkan pembicaraan.

"Kamu mau nyetir enggak? Soalnya aku udah capek." Greyson menghentikan laju sepedanya.

"Boleh," balas Yolanda, kemudian turun dari sepada.

"Makasih." Greyson tersenyum sopan.

"Dasar letoi. Boncengin aku aja enggak kuat, apalagi ngegengin aku." Ceplos Yolanda. "E..., astaga semprol." Yolanda tak menyangka ia akan seberani mengucapkan itu di depan Greyson.

"Kenapa?" tanya Greyson heran melihat tingkah laku Yolanda.

"Enggak kok. Untung kamu masih bocah." Yolanda tersenyum lebar berusaha menetralisir keadaannya.

"Bocah?"

"Udah lupain," elak Yolanda.

Yolanda memandangi Greyson dengan lekat. Dia melihat sesuatu yang ganjal pada diri Greyson.

"Grey, kenapa muka kamu jadi merah?" Yolanda menyentuh pipi Greyson.

"Aku orangnya enggak bisa kena panas matahari lama-lama, dan juga enggak boleh kecapean. Karena itu aku enggak pernah ikut jam olahraga," jawab Greyson lemas.

"Pantes aja kamu letoi, enggak pernah olahraga rupanya," celetuk Yolanda.

Greyson hanya berdiam diri tidak menjawab.

"Ya udah buruan naik, nanti jadi tambah parah," perintah Yolanda khawatir.

Greyson pun segera duduk di jok belakang sepeda sambil menghadap ke belakang.

The MAGIC of Friendship [COMPLETED]Where stories live. Discover now