Chapter 3: Andre

141 33 23
                                    

Hendrik mengeluarkan mobilnya dari bagasi dan langsung melajukan mobilnya dengan cepat. Ketika mobil hampir mendekati pagar, dengan sigap Hendrik langsung menginjak rem.

"Mobil siapa itu? Parkir sembarangan di depan pagar!" ujar Hendrik kesal, sambil mengklakson mobilnya.

Sudah beberapa kali Hendrik mengklakson, tetapi pemilik mobil belum juga mengerakan mobilnya walaupun hanya sejengkal dari depan pagar. Tak habis pikir, Hendrik langsung keluar dari mobilnya, berjalan mendekati mobil yang terhenti itu.

Hendrik mengetuk kasar jendela mobil berkali-kali. "Woy! Keluar!" teriak Hendrik.

Hendrik merasa kesal melihat tidak ada sahutan dari pemilik mobil. Hendrik mendekatkan pandanganya ke arah kaca. Seketika Hendrik merasa terkejut saat melihat seorang pemuda terkuntai lemah di dalamnya, dengan kepala yang bertengger di atas setir mobil. Serta obat-obatan terlarang yang tergenggam di tangannya.

Hendrik semakin panik. Lalu, ia mencoba untuk membuka pintu mobil, dan alhasil pintu mobil terbuka karena tidak di kunci. Di liriknya setir mobil yang terhalang oleh kepala pemuda itu. 'Itu kunci mobilnya,' batin Hendrik

"Apa baiknya aku pakai mobil orang ini aja?" pikirnya.

Tanpa berpikir panjang lagi, Hendrik langsung berlari menuju mobilnya dan menggendong Greyson masuk ke dalam mobil pemuda yang pingsan itu.

Hendrik sedikit mendorong pemuda itu, guna memberinya ruang untuk duduk di kursi sopir. Sedangkan Greyson, ia sedang terbaring di bangku belakangan.

Kebetulan jalanan pada sore menjelang malam ini terbilang sangat sepi, membuat Hendrik dengan sangat leluasa menancapkan gas semaksimal mungkin.

Setelah sampai di rumah sakit. Hendrik langsung keluar dari mobil dan sesegera mungkin menemui salah satu Suster yang berada di meja informasi.

"Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya Suster sopan.

Hendrik menunjuk kearah mobil dengan napas tersengal-sengal. "Itu, yang di dalam mobil. Bawa anak saya Sus."

Suster itu mengangguk, dan langsung memanggil rekan-rekannya, dan membawa Greyson dan pemuda itu ke ruang rawat dengan cepat.

***

Setelah beberapa proses pemulihan, akhirnya Dokter yang bertugas pun keluar dari ruang tempat Greyson di rawat.

"Bagaimana dengan anak saya Fadli?" Hendrik menatap Dokter Fadli dengan penuh cemas.

"Ini kabar baik sekaligus kabar buruk. Terserah kau Hendrik mau menaggapinya bagaimana, karena menurutku ini kabar baik dan juga kabar buruk," kata Dokter Fadli sambil menepuk bahu Hendrik.

"Tolonglah Fadli, jangan bertele-tele. Tingal bilang, 'apa kabar baik dan apa kabar buruknya?'" bentak Hendrik kesal.

Dokter Fadli mendengus, kemudian berujar, "Karena adanya benturan yang cukup keras di kepala anakmu, mengakibatkan salah satu sistem saraf di otaknya menjadi tidak beraturan. Hal ini membuat cara berpikirnya jauh melampaui Anak pada seusianya, dengan kata lain," kata Dokter Fadli gantung.

"Anakmu genius. Namun, secara mental anakmu sangatlah lemah," sambungnya.  "Sebaiknya hindari kelelahan yang berlebih pada anakmu Hendrik, karena itu akan berakibat fatal," pesan Dokter Fadli.

"Genius? Berita bagus." Hendrik menyeringai licik.

"Apakah kau memukul anakmu Hendrik?" Dokter Fadli menatap Hendrik dengan curiga.

The MAGIC of Friendship [COMPLETED]Where stories live. Discover now