Chapter 2 : Olimpiade

216 48 55
                                    

Greyson duduk di kursi makannya yang bernuansa minimalis dengan vintage yang berwarna kayu mindi natural pada frame kursi. Sambil melahap nasi gorengnya yang di lengkapi dengan telur dadar, acar, kerupuk dan potongan daging sapi.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara hentakan kaki yang mendekat. Dari balik pintu keluar sesosok pria berkemeja hitam lengkap dengan dasi berwarna merah yang terikat rapi di lehernya. Wajahnya tampak berseri sambil mengendong tas dan membawa kertas berwarna putih di tangan kirinya.

"Greyson!" pangil Hendrik.

Greyson menoleh. "Kenapa Yah?" tanya Greyson malas.

"Ayah ada berita bagus buat kamu." Hendrik mencoba duduk di samping Greyson.

Belum sempat menjawab, Greyson langsung menggeser nasi gorengnya dan beranjak mengambil air minum.

"Berita apa yah?" tanya Greyson sambil menungkan air ke dalam gelasnya.

"Ayah sudah daftarin kamu untuk ikut lomba cerdas cermat besok"

"Kok besok Yah? Apa tidak terlalu cepat?" Greyson mengerenyitkan dahinya.

"Pendaftarannya sebulan yang lalu. Tapi, kemarinkan kamu lagi fokus sama olimpiade Fisika di Bangkok. Dan beruntungnya, masih ada satu hari tersisa untuk mendaftar."

Greyson meminum air putihnya hingga gelas itu menjadi kosong tak tersisa. Greyson memegang gelas yang kosong itu dan memutar
-mutarkannya sambil memikirkan sesuatu.

Sebelumnya Greyson berpikir bahwa Hendrik akan membawakan hadiah untuknya sebagai tanda terima kasih karena dia telah memenangkan olimpiade se-Asia Tenggara di Bangkok. Namun, harapannya kandas. Ternyata sang ayah hanya membawakan lembaran formulir pendaftaran cerdas cermat yang akan diadakan besok.

"Oh iya, kamu jangan lupa belajar ya," pesan Hendrik sembari membuka lemari es dan mengambil sebotol air minum. Lalu memasukan botol itu ke tasnya.

"Mau pergi ke mana Yah?" tanya Greyson menatap Hendrik dengan serius. Dan kemudian menaruh gelasnya di atas meja.

"Ayah mau kerja," balas Hendrik yang masih terlihat sibuk berkemas-kemas.

"Apa Ayah tidak mau membantuku belajar?" tanya Greyson malas.

"Ayolah Greyson, mengertilah posisi ayah sekarang. Ayah lagi banyak kerjaan, lagian kemarin-kemarinkan biasanya kamu belajar sendiri," ucap Hendrik. "Ya sudah, Ayah pergi kerja dulu." Hendrik berjalan meninggalkan Greyson sambil menenteng tas kerjanya.

Greyson merasa jenuh, belajar untuk persiapan cerdas cermat pun ia tidak bersemangat. Akhirnya Greyson memutuskan untuk beranjak dari tempatnya dan pergi ke taman belakang, guna menghilangkan kejenuhannya.

Setelah sampai, Greyson langsung memasukkan separuh betisnya kedalam kolam ikan. Sambil mengayunkan kakinya dan duduk bersantai menikmati suara gemercikan air yang selalu bisa menenangkannya.

Hingga beberapa menit kemudian. Terpancar ide di kepalanya. Greyson memutuskan untuk pergi ke laboratorium, walaupun Hendrik telah melarang keras untuk Greyson pergi ke sana. Biasanya Greyson tidak pernah berani untuk membantah perintah Hendrik. Namun, kali ini berbeda, di hatinya terbesit rasa ingin tahu yang teramat besar.

Setelah sampai di depan pintu laboratorium. Diliriknya bagian luar laboratorium dengan sedikit mengkerutkan dahi. Tidak ada yang terlalu jauh berubah dari sepuluh tahun yang lalu untuk bagian depan laboratorium, hanya saja, cat dinding yang berwarna silver dengan ukiran bungan lavender pada bagian tepi atas dinding yang sedikit memudar.

Mata Greyson berkeliling, melirik kiri dan kanan, mewaspadai kalau ada orang yang akan melihatnya. Greyson mencoba untuk memberanikan diri. Ia mendorong pelan pintu ruang laboratorium. Greyson terkejut, saat pintu yang di dorongnya terbuka, dan ternyata pintunya sama sekali tidak terkunci. Mungkin Hendrik lupa untuk mengunci kembali setelah membersihkan laboratorium ini.

The MAGIC of Friendship [COMPLETED]Where stories live. Discover now