Chapter 10 : Portal dimensi

58 13 2
                                    

Pagi ini Bu Dewi selaku guru Matematika tidak dapat mengajar, karena menurut  laporan Ketua Kelas 'Bu Dewi lagi ada kesibukan yang tidak bisa di tunda.' Alias jamkos.

Kelas sudah bagaikan pasar. Cewek-cewek sibuk berselfi dan berdandan. Sedangkan Anak laki-laki sedang berkumpul bak Ibu-ibu arisan. Lebih tepatnya, mereka sedang mengerumuni hp Connor yang menampilkan film spektakuler.

Sedangkan Mac, dia sekarang sedang adu mulut dan saling jambak-jambakan dengan Yolanda. Padahal baru kemarin mereka baikan. Andre dan Ian lagi pergi ke toilet satu jam yang lalu. Gile... ke toilet satu jam.

Biasanya kelas X IPA 1 hanya ada satu yang tingkah lakunya bisa di bilang normal. Dia adalah Greyson, tapi sayang hari ini dia tidak dapat pergi ke sekolah karena masih di rumah sakit.

Selang beberapa menit Andre dan Ian pun muncul dari balik pintu sambil berlari tergopoh-gopoh.

"Kabar baik, kabar baik," ucap Ian bersemangat.

Namun, tidak ada seorang pun yang mendengarnya. Suara Ian terasingkan karena suara ribut Siswa lain.

Andre menghirup napas panjang-panjang. "Kalian bisa diam enggak?" bentak Andre kepada seluruh Siswa yang ada di ruangan.

Semua berhenti melakukan aktifitas dan menoleh kearah Andre takut. "Lanjutkan," perintah Andre kepada Ian.

"Tadi gue nerima chat dari Ayah Greyson, katanya 'Greyson bakal pulang dari rumah sakit hari ini.'" Ian berujar senang.

Tapi tak ada respon dari Siswa lain, kecuali Mac, Connor, dan Yolanda. Mungkin, karena Greyson tidak begitu akrab dengan orang lain. Kecuali sahabat-sahabatnya dan juga Yolanda.

Connor langsung mematikan ponselnya dan ingin mendengar cerita Ian lebih lanjut. Karena Connor mematikan ponselnya, otomatis film yang di putar pun terhenti. Dan menimbulkan banyak protes dari Siswa yang sebelumnya asik menonton film yang di putar oleh Connor tadi.

"La kok? Lanjut lagi dong Nor," pinta salah satu laki-laki berkepala botak.

"Nggak boleh." Connor mengoyangkan jari telunjuknya.

"Kenapa?" tanya laki-laki itu.

"Dosa," jawab Connor enteng.

"Sudahlah Grey, sok tau lo tentang dosa," celetuk laki-laki yang rambutnya bagai boy band asal Korea.

"Elo tu yang sok tau tentang penampilan. Rambut bukan main, niru rambut ala-ala boy band Korea. Tapi, muka enggak bisa di kondisikan. Itu muka apa centong nasi," ledek Connor.

Laki-laki korea itu melebarkan matanya tak terima.

Connor terkekeh. "Maaf maaf,  gue khilaf. Ketularan Mac kayaknya."

"Berantem yok," tantang laki-laki Korea itu.

"Sorry, gue punya bodyguard. Namanya Andre," balas Connor simpel.

"Pengecut lo," laki-laki Korea itu tersenyum sinis.

"Ndre," panggil Connor sambil melambaikan tangan.

Sedangkan laki-laki korea itu sedang tegang sekarang, takut Connor akan mengadu dengan Andre.

Andre menoleh. "Apa," ucapnya sambil mendongak.

Connor hanya membalas dengan senyam-senyum tak jelas.

"Gaje," pikir Andre di dalam hati.

Teman-teman mesum Connor pun tak henti-hentinya mengolok-olok Connor untuk melanjutkan film tersebut. Tak mau ambil pusing lagi, akhirnya Connor menjauhi gerombolan kawan mesumnya itu.

The MAGIC of Friendship [COMPLETED]Where stories live. Discover now