Tipu Daya Malvin

1.6K 143 35
                                    

Aku terkejut saat mendengar Malvin mengatakan akan menggendongku. Bukan masalah jika aku bisa mengondisikan pemikiranku, tapi aku berbeda, dan dia Malvin. Aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa membuat celah yang bisa membuat masalah seperti ini.

"Tidak!" aku berdiri dan berjalan menghindarinya. Aku harus berbicara padanya. Aku harus meluruskannya sebelum semuanya terlambat.

"No, tunggu!" ia mengejarku. Lihat kan, sudah seperti drama saja.

"Mal, kita harus bicara." ucapku pasti.

"Apa gue ngelakuin kesalahan? Maaf kalo gue salah." ucapnya.

"Nggak, bukan itu. Maksudku, sebaiknya kamu cari cewek baru aja. Jangan terlalu masuk ke dalam hidupku, Mal." aku bingung harus menjelaskannya bagaimana.

"Maksud lo? Gue nggak boleh sahabatan sama lo lagi gitu?" ia murung.

"Bukan, bukan gitu."

"Ah lo gitu, No. Sebagai sahabat harusnya lo hibur gue saat down gini, bukannya malah ngomong gitu." aku tercekat dengan kata-katanya. Dia benar. Sebagai sahabat yang baik aku nggak boleh seperti ini.

"Bukan gitu, Mal maksudku." ia berlari mendahuluiku. "Mal, tunggu, Mal!" aku mengejarnya meski percuma. Larinya sangat kencang, apalagi aku sedang kelelahan seperti ini. Dia marah?

***

"Kok sendirian?" tanya mama saat aku sampai di rumah.

Aku tak menjawab.

"No? Malvin mana?" tanya mama lagi. Aku masih mengabaikan. Mama terus bersikeras menanyaiku, "Mama nggak kasih sarapan kalo kamu nggak jawab." ancamnya. Aku mendengus kesal.

"Dia marah."

Mama menghela napas panjang, "Lagi? Sekarang kenapa?" aku memang sering bertengkar dengan Malvin. Contohnya seperti saat kerja kelompok, aku sudah serius mengerjakannya dia malah asyik bermain game. Atau, saat aku sedang badmood tiba-tiba dia muncul dan menggangguku. Tapi kali ini pertengkarannya berbeda.

"Rumit, Ma. Rino males jelasinnya."

"Yaudah mama masukin lagi ke kulkas sarapnnya." mama mengancam dan berdiri hendak membawa kembali sarapan itu.

"Iya iya Rino cerita nih." aku menghela napas panjang. "Malvin habis putus sama pacarnya. Terus dia minta bantuan Rino biar dia cepet move on dan ngelupain pacarnya itu. Nah Rino ngerasa itu nggak bener. Harusnya dia nyari cewek baru dong, bukannya malah gini."

"Ya nggak papa dong, dia kan sahabat kamu. Wajar kan kalo kamu harus bantu dia."

"Tapi, Ma... dia itu kayak gimana gitu sama Rino. Rino nggak suka terlalu dekat sama dia. Selain karena Rino sudah punya Kevin, Rino nggak mau aja terlibat perasaan aneh di sana."

"Kenapa? Kamu suka sama Malvin?"

"Mama!"

"Atau Malvin yang suka sama kamu?"

"Malvin itu lurus, nggak mungkin dia..."

"Dulu Kevin juga gitu, kan?"

"Mama... tapi ini beda."

"Rino, dengerin mama... kamu nggak harus merasa seperti itu. Suka adalah hal yang wajar."

"Kok mama malah ngomong gitu?"

"Dengerin mama ngomong dulu." aku diam, lalu mama melanjutkan, "Suka dan cinta itu berbeda. Kamu boleh suka sama siapa aja. Kamu boleh suka sama Perth, Saint, Iplan, Mean, atau Mark, termasuk Malvin. Tapi bukan berarti kamu cinta sama mereka, kan? Ada perbedaan tipis di sana. Tapi bagaimanapun itu tetap beda, kan?"

Kevin and Rino [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang