Penculikan!

1.2K 119 2
                                    

Aku sudah sampai di rumah Malvin. Aku benar-benar bingung harus seperti apa.

Malvin menyuruhku untuk duduk di kursi halaman belakang rumahnya. Cukup nyaman tempatnya. Tapi rumah ini kelihatan sepi. Kurasa ayahnya masih di luar kota.

"Mal, aku udah nggak tahan. Kita akhiri aja!"

"Tunggu, No, ada yang harus gue omongin ke lo."

"Apa? Rencana lagi? Cukup, Mal, aku udah nggak bisa ngelakuin apa-apa lagi. Aku udah terlanjur sakit."

"Bukan. Ada hal penting yang harus gue omongin."

"Apa itu?"

"Itu..."

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Keesokan harinya aku menemani mama untuk belanja. Padahal kemarin baru belanja, tapi, "Rino, belanjaan mama masih ada yang kurang. Temenin mama ya? Mamanya Kevin lagi sibuk."

Aku pun dengan berat hati mengiyakan ajakan mama.

"Mama, kenapa belanja di pasar kayak gini sih?"

"Biar lebih murah."

"Tapi, Ma, penampilan mama sangat mencolok, Rino juga pakai baju yang bagus, apa nggak bahaya?" aku khawatir. Kenapa mama nggak bilang kalau belanjanya di pasar tradisional? Biasanya juga ke mall. Tahu gitu aku nggak akan pakai pakaian seperti ini.

"Nggak papa, Rino. Udah biasa kok, di sini premannya kan baik ha..."
Seseorang menarik tas mama. "Copet!!!" mama berteriak mengerikan.

Aku pun mengejar copet itu.
"Berhenti!" teriakku sambil terus mengejar copet itu.

"Berhenti!" teriakku sambil terus mengejar copet itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Rino, hati-hati, Nak. Mama akan ke pos security dan juga melepon polisi."
Mamanya Rino berlari sambil memencet ponselnya.

Aku tak menjawabnya karena aku fokus untuk mengejar copet itu.
"Berhenti, sialan! Jangan lari, bangsat!" Kata-kata kotor terus keluar dari mulutku. Aku benar-benar kewalahan. Copet itu lari dengan cepat.

Hingga aku ketinggalan jejak, dan tersesat di sebuah gang sempit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hingga aku ketinggalan jejak, dan tersesat di sebuah gang sempit. Aku lupa jalan kembali.
"Sial! Apa yang harus kulakukan?" aku melihat sekeliling. "Ah, iya, ponselku!" aku pun mengambil ponselku, dan,

"Buat kita aja!" seseorang merampas ponselku. Ia bersama dua temannya. Salah satu temannya tadi adalah yang mencopet tas mamaku.

"Balikin!" teriakku.

"Nggak akan!" bentaknya.

"Apa mau kalian?!" aku berteriak kesal.

"Duit."

"Hah, bajingan sialan!"

"Hahahaha." ketiga preman itu tertawa.
"Lo pikir bisa ngalahin kita? Sebaiknya jaga mulut lo itu."

Aku pun baru tersadar. Aku tersesat di gang sempit. Ponselku diambil. Ada tiga preman jahat yang siap memukulku. Dan aku bukanlah orang yang jago bela diri. Mati. Batinku,

Aku mencoba untuk berbalik dan melupakan ponsel dan tas mamaku, karena keselamatanku adalah yang utama.

"Eh eh eh, mau ke mana lo?" aku terhenti. Mereka sudah mengincarku. Mati.

"Ambil aja ponselku. Ambil juga tas mamaku. Aku mau pergi." aku menggigit bibir bawahku untuk menyembunyikan sedikit rasa ketakutanku.

"Tadi lo ngata-ngatain kita bajingan, bangsat, lo pikir kita bakal ngelepasin lo gitu aja?" aku menelan ludahku.

"Yaaa aku refleks aja tadi, jadi..." salah satu preman itu menarikku. "Argghh! Lepasin!" aku ditarik paksa hingga tersungkur di aspal.

"Hahaha. Lo manis juga. Sini ikut kita. Bol lo enak juga kayaknya digilir, ya nggak cuy?" preman itu mendapatkan persetujuan dari kedua teman premannya.

"Jangan apa-apain aku, bang! Kalau abang butuh duit, ini aku kasih, sebanyak yang abang mau. Tapi lepasin aku bang!" aku memohon. Tapi preman itu menendangku. Aku kembali tersungkur dan ada memar di wajahku. "Arggh!"

"Lagi nggak butuh duit! Gue lagi sange dan butuh lobang lo! Hahaha. Bawa dia!" kedua temannya itu akhirnya membawaku paksa. Aku meronta. "Pukul aja dia kalo nggak mau diam." Lalu seorang dari mereka memukul tengkukku hingga semuanya menjadi gelap. Aku tak sadarkan diri.

***

KEVIN, TOLONGIN RINO!!!!

Kevin and Rino [END]Where stories live. Discover now