Salah Paham, Lagi?

1.1K 118 7
                                    

Hari ini sudah mulai libur, YEAY! Aku sengaja bangun agak siang karena ingin sedikit memanjakan tubuh dan otakku yang rapuh karena ujian ini. Haha.

"Rino...bangun..."

Aku hanya akan melanjutkan tidurku sampai siang mungkin kalau tidak mendengar suara teriakan mama dari lantai bawah.

Aku menggeliat pelan, mengucek dan membuka mataku perlahan untuk menyesuaikannya dengan cahaya. Aku melihat jam di mejaku, ternyata sudah menunjukkan pukul 09.00. Tentunya tak masalah. Aku begitu santai dengan liburanku ini. Hemm, nyamannya. Aku menutup kembali mataku. Masih ngantuk.

"Rino masih ingin tidur, Ma. Bangunin Rino nanti aja." teriakku menjawab panggilan mama.

"Ada Malvin di sini! Buruan bangun!" nama itu membuatku terbelalak. Ngapain dia pagi-pagi sudah di sini. Ini kan libur. Nggak ada kuliah.

"Ini kan libur, Ma! Rino masih ngantuk!" Teriakku tak mengindahkan.

"Anak nakal! Mama bakal naik bawa air seember buat nyiram kamu! Sampai mama masuk dan kamu masih tidur, mama nggak segan-segan buat nyiram kamu!"

Aku mengacak rambutku gusar. Mama benar-benar mengerikan. Ini bukan di sinetron-sinetron yang anaknya telat bangun dan diguyur air sama mamanya. Aku itu anak yang rajin. IPK sempurna. Selalu bangun pagi, kecuali hari libur sih. Hoih, mama benar-benar...

Brakkk!

Pintu kamarku terbuka. Benar saja, mama membawa seember air.

"Iya, Ma, Rino bangun nih, bangun." Aku duduk di kasur, meskipun mataku masih terpejam.

"Mata kamu masih tertutup, tuh."

"Bawel."

"Rino, nggak boleh gitu sama mamanya sendiri." suara Malvin menghentikan perdebatanku dengan mama. Cih, sok baik. Mulutnya sok manis gitu.

"Iya, iya." aku membuka mataku pelan.
"Kenapa?" aku melihat Malvin yang memakai kaos muscle tank sambil membawa bola basketnya.

"Ayo main!" serunya.

Aku memutar bola mataku kesal. "Hoih, liburan itu buat istirahat, Mal. Tiduran, nonton film, males-malesan, baca novel..."

"Tetap harus olahraga, Rino. Biar sehat." Malvin menyanggahku.

"Iya, kamu harus olahraga, No. Jangan jadi malas. Entar jadi gendut, jelek..."

"Mama...Rino nggak mungkin bisa gendut. Udah perawakannya segini." aku membantah.

"Udah deh, pokoknya kamu bangun sekarang."

"Iya deh, iya." aku pun bangun dan segera mengganti pakaianku.

***

Aku dan Malvin sudah berada di lapangan basket halaman belakang rumah Malvin. Sangat membosankan. Sebenarnya aku tak ingin main basket hari ini. Aku ingin tidur.

"Oh ayolah, No, yang semangat dong!" serunya sambil mendribble bola basketnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Oh ayolah, No, yang semangat dong!" serunya sambil mendribble bola basketnya.

"Malas, Mal. Aku balik aja deh, mau tidur lagi."

"Hoih, nih, tangkep!" ia tiba-tiba melemparkan bola basket ke arahku. Aku yang belum siap pun bukannya menangkap bola itu tapi malah terkena lemparan Malvin.

"Argh!" aku menyentuh kepalaku yang terkena lemparannya. "Sakit, Mal! Kalo lempar lihat-lihat dulu dong!"

"Lo nggak papa, No?" ia panik dan mendekat ke arahku untuk memeriksa kondisiku.

"Lo nggak papa, No?" ia panik dan mendekat ke arahku untuk memeriksa kondisiku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kayaknya kepalaku bengkak. Aduh." aku memegang kepalaku yang sakit.

"Sini coba gue lihat." Lalu Malvin sedikit menyibakkan poni rambutku untuk melihatnya. "Merah banget, No." Lalu ia meniup bengkak yang ada di kepalaku. Dekat sekali ia meniupnya. Orang yang melihat kami dari jauh pasti mengira kalau Malvin mengecup keningku. Hoih, dia benar-benar...
"Masuk aja yok, biar gue ambilin kompres es. Kalau dibiarin bisa makin parah nih bengkaknya." Aku pun hanya menurutinya.

Setelah ia mengompres bengkak di kepalaku dengan air es, "Gimana, udah mendingan?"

"Lumayan." aku nyengir karena memang masih sakit.

"Maafin gue ya. Gue nggak maksud nyakitin lo."

"Nggak papa kok, Mal. Aku ngerti."

Ada jeda sejenak di antara kami. Kurasa Malvin sedikit canggung karena rasa bersalahnya.

"No, gue mau ngomong sesuatu sama lo."

"Iya?"

"Gue sebenarnya..."

"Ehemm

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Ehemm...ada apa ini?"

Kevin tiba-tiba muncul dan memotong kalimat Malvin.

Sejak kapan Kevin tahu keberadaan kami?

Mati.

***
Ini pendek. Tapi cukup untuk membalikkan keadaan. Akankah Kevin marah?
TBC.

Sorry banget for late post. Ini baru tanggal 19, kan? Tanggal 22 tamat kok, Kev janji. Buat peringatan tahunan Mother's Day kok cerita ini. 😅

Kevin and Rino [END]Where stories live. Discover now