Kevin Pulang

1.4K 142 28
                                    

Entah apa yang aku pikirkan, tapi aku merasa deg-degan saat Malvin memintaku untuk tidur sekamar dengannya. Demi apa pun, aku tak memiliki perasaan apa-apa padanya, hanya deg-degan. Entah berasal dari mana perasaan aneh ini. Tapi aku berani jamin bahwa perasaan aneh ini bukanlah seperti perasaan yang kurasakan pada Kevin. Mungkin seperti perasaan seorang gadis yang harus tidur dengan pria menarik seperti Malvin ini. Ya, perasaan seperti itulah.

Di tempat tidur aku hanya tenggelam dalam pikiranku saja, hingga tak sadar kalau Malvin memanggilku sejak tadi.

"No, lo itu mikirin apa sih?"

"Hah?" aku dengan cengo-nya hanya menatapnya bingung.

Ia memutar bola matanya kesal.

"Aku nggak denger tadi."

"Nglamunin apa sih? Kevin ya?" tanyanya. Posisi kami sekarang sudah di tempat tidur. Tapi masih duduk, belum rebahan.

"Eng.."

"Gue yakin dia bakal baik-baik aja kok, pasti dia ngertiin lo." potongnya.

Aku hanya nyengir dan mengangguk pelan.

Anjir, Mal, gue bukan mikirin Kevin. Tapi gue itu ngerasa aneh.
Kamu udah tahu kalau aku 'berbeda', tapi tetap saja menggodaku.

Tunggu!

Nggak, nggak!

Sama sekali Malvin nggak menggodaku. Dia itu baru saja putus dengan pacarnya. Dan dia membutuhkanku sebagai seorang sahabat yang menguatkannya.

"Yaudah kalo gitu, gue matiin lampunya ya. Besok ada kelas Audit jam tujuh kan?"

"Iya, Mal."

Aku mulai merebahkan diri ketika Malvin mematikan lampu kamarnya. Tidak gelap total tentunya. Masih ada cahaya remang-remang yang masuk melalui jendela kamar. Aku pun mulai memejamkan mata.

Tiga puluh menit berlalu.

Aku masih belum saja tidur. Terus bergerak-gerak ke kanan dan kiri, sambil sesekali tengkurap. Aku tidak menemukan posisi tidur yang nyaman.

Hingga,
"No, lo belum tidur?"

Pertanyaan Malvin barusan memecah keheningan. Aku kaget. Sejak tadi ia begitu tenang. Kukira ia sudah sampai di alam mimpi.

"Belum, Mal. Nggak bisa tidur nih."

"Gue juga."

Aku tak tahu harus merespon apa. Suasana mendadak hening.

"No..." ia memanggilku.

"Eum?"

"Gue penasaran sama sesuatu."

"Apa?"

"Gimana perasaan lo sama Kevin?"

"Sulit dijelasin."

Aku mengerti arah pembicaraan Malvin ini. Biarlah. Aku mengikuti alurnya saja.

"Kenapa sulit?"

"Intinya aku itu sayang sama Kevin. Perasaan yang sama seperti kamu rasain ke pacar-pacar kamu sebelummya." jelasku sesederhana mungkin.

"Gitu ya?"

"Eum..."

"Kalo gue suka sama seorang cowok juga gimana, No?"

"Nggak boleh, Mal."

Dalam hatiku ingin sekali menjawabnya, itu hak setiap manusia ingin suka pada siapa.

"Kenapa nggak boleh?"

"Karena..." aku menggantungkan kalimatku.
"Kamu itu berbeda. Kamu itu 'lurus' Mal, kamu nggak boleh nyoba-nyoba yang bisa aja itu membuatmu terjerumus."

Kevin and Rino [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora