Konflik Besar

1.1K 118 11
                                    

"Vin..." aku menggigit bibir bawahku takut.

"Nggak ada apa-apa, gue yang salah. Tadi nggak sengaja nimpuk Rino pake bola basket. Kepalanya jadi bengkak kayak gini." Malvin menjelaskan.

"Ohhh, itu aja?" nada bicaranya mengerikan seakan menantang.

"Apa maksud kamu, Vin?"

"Awalnya aku nggak masalah dengan kehadiran Malvin, tapi semakin ke sini aku lihat kamu malah lebih dekat dengannya dibanding aku, pacar kamu sendiri." Kevin mengucapkan kalimat yang memicu konflik.

"Bukan begitu, Vin. Aku memperlakukan kalian dengan berbeda kok. Aku nganggep Malvin cuman temen aja, nggak lebih. Kamu jangan salah paham begitu."

"Aku? Salah paham? Kok jadi nyalahin aku?"

"Ya karena kamu datang selalu di waktu yang nggak tepat. Aku nggak pernah ngapa-ngapain sama Malvin."

"Nggak ngapa-ngapain?" ia menghela napas kesal. "Untung mataku masih normal dan bisa lihat kalian ciuman di lapangan basket tadi."

Benar kan kataku, pasti Kevin sudah melihat kami sejak tadi. Dan dia benar-benar dalam keadaan salah paham.

"Siapa yang ciuman? Aku nggak pernah ciuman, Vin, nggak pernah ciuman sama Malvin. Enggak."

"Kamu masih mengelak padahal udah jelas-jelas aku melihat dengan mata kepala aku sendiri?"

"Vin.."

Kevin berbalik dan meninggalkan kami.

"Udah, No, biarin dulu. Dia butuh waktu. Sekuat apa pun lo nyoba jelasin tapi kalau dia udah nggak butuh penjelasan, ya percuma."

"Gitu ya?"

"Udahlah, sembuhin bengkak di kepala lo dulu. Nih, kompres lagi. Tar gue ambilin lagi esnya."

"Makasih ya, Mal."

***

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

***

Aku tahu Kevin masih marah. Ia salah paham, mengira Malvin menciumku tadi di lapangan. Padahal kenyataannya, Malvin hanya meniup keningku yang bengkak karena lemparan bola basketnya. Sial sekali hari ini.

Malam ini aku berinisiatif untuk datang ke rumahnya, untuk minta maaf. Untuk menjelaskan semuanya, mungkin?

Aku menuruni tangga, hendak keluar rumah,
"Ke mana?" mama yang duduk di ruang keluarga mengagetkanku.

"Hoih, Ma, seperti hantu saja. Mengagetkanku."

"Siapa yang kamu bilang hantu, hah?"

"Mama."

"Eh, anak nakal!"

"Lagian mama pake masker gitu. Terus lampunya dimatiin. Nonton film di laptop lagi. Pasti nonton BL." aku mendekat ke arah mama.

Kevin and Rino [END]Där berättelser lever. Upptäck nu