"Hentikan, kumohon!"
Aku mengerjap-ngerjapkan mataku sambil menatap mereka bergantian.
"Gini aja..." lanjutku. "Aku bareng sama Malvin aja. Kamu belum sarapan kan, Vin? Nanti siang aja kamu jemput aku pas pulangnya, oke?"
"Eh, No, tapi..."
"Bye..." aku masuk ke mobil Malvin tanpa menghiraukan Kevin. Mungkin kalian berpikiran aku jahat sama pacar, tapi please, mari berpikir logis. Ini sudah mepet dan aku mau UAS. Malvin sudah nunggu di luar cukup lama, masa iya aku bakal ngacangin dia. Sebagai manusia yang baik, aku juga harus menghargai orang lain, kan?
***
Kevin marah. Pasti. Itu yang aku pikirkan setelah keluar dari ruangan ujian. Aku pun mencoba menghubunginya. Tidak diangkat. Huffftt.
"Kenapa, No?" tanya Malvin mengagetkanku ketika dia keluar dari ruang ujian.
"Kevin pasti marah ya?"
"Kalo dia pengertian, pasti nggak."
"Eh?"
"Lo kan udah bersama-sama selama hampir setahun, ya pasti dia bakal ngertiin lo."
Aku mengangguk paham.
"Lo dijemput nggak?" tanyanya lagi.
"Nggak tau. Makanya ini aku telponin dia terus tapi nggak diangkat."
Aku dan Malvin mulai berjalan menuruni anak tangga menuju lobby fakultas.
"Mengenai yang gue bicarain semalam, lo setuju, kan?"
"Eh?"
"Kalo lo nggak setuju, nggak mungkin lo tadi milih bareng sama gue. Jadi gue anggap itu tadi sebagai jawaban atas persetujuan lo." Malvin menatap ke depan, "Itu Kevin! Gue pergi dulu ya kalo gitu. Bye, No! Nanti gue kabarin lagi rencana selanjutnya." Malvin mengedipkan sebelah matanya. Oih, ingin kumeleleh tapi sudah ada pangeran tampan di depanku yang siap menghukumku.
"Kevin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kevin and Rino [END]
Teen FictionIni adalah season 2 dari My Mother is Fujoshi. Jadi agar kalian paham bacanya, sangat disarankan untuk membaca My Mother is Fujoshi terlebih dahulu. Ya nggak harus sih sebenernya, wkwk. ************ Kisah ini bermula satu tahun setelah insiden "hari...