Nggak Jadi Main?

1.4K 138 18
                                    

Tepat pukul empat sore aku kembali ke rumah Malvin, tentunya setelah izin pada mamaku kalau malam ini aku akan menginap di rumah Malvin. Tak ada keluhan dari mama. Ia mengizinkanku begitu saja.

Saat hendak keluar dari pagar rumah, ponselku berbunyi. Panggilan dari Kevin. Apa yang harus kukatakan padanya?

"Halo, Vin?" jawabku di telepon.

"Lusa aku pulang. Besok hari terakhirku ujian akhir semester." Tanpa babibu ia langsung to the point menyampaikan maksudnya. Sebenarnya ini adalah salah satu sifat Kevin yang aku suka. Ia tidak rumit dan tidak bertele-tele. Jika ingin menyampaikan sesuatu ia hanya akan langsung menyampaikannya.

"Oh ya? Lalu kebersamaanku dengan Malvin akan terintervensi." Aku menggodanya.

"Jangan dekat-dekat dengan Malvin."

"Bagaimana bisa aku tidak dekat, dia sahabatku di kampus, dia juga tetangga rumahku, dan sekarang ia mengajakku bermain basket. Emm, mungkin nanti aku juga harus menginap di rumahnya." Baik, mungkin ini kedengarannya aku sangat bodoh karena memberitahu Kevin jika aku akan menginap di rumah Malvin malam ini, tapi ketahuilah, ini merupakan salah satu alasan mengapa hubunganku dengan Kevin masih awet hingga satu tahun ini meskipun LDR. Ya, alasannya adalah kami saling terbuka. Tidak ada rahasia diantara kami. Bahkan aku juga tahu kalau Kevin juga dekat dengan sahabatnya yang bernama Ricky.

"Rino!" teriaknya di ujung telepon. Mampus, batinku.

"Sudah dulu ya Vin, aku harus ke rumahnya sekarang. Mungkin Malvin udah nunggu lama." Aku langsung menutup panggilan. Tak ingin masalah ini tambah rumit. Biar kujelaskan saja saat Kevin sudah kembali esok lusa.

Aku berjalan keluar pagar dan menyeberang jalan. Lalu masuk ke rumah Malvin. Sepi. Aku tak melihat ada tanda-tanda kehidupan. Lalu aku pun masuk ke kamarnya. Ia tidak ada.

Bodohnya aku, harusnya aku langsung ke lapangan basket belakang rumahnya. Rencana kami kan akan bermain basket. Aku menepuk jidatku pelan dan langsung menuju halaman belakang rumahnya.

Aku menemukannya. Ia di pinggir lapangan sambil memegang bola basketnya. Kurasa ia sudah lama menungguku.

(Kev nemunya bola bowling nih 😂)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kev nemunya bola bowling nih 😂)

"Sorry, Mal. Barusan Kevin telepon." Ucapku. Ia hanya mengangguk pelan. Aku tahu sekarang ia tidak terlalu mood untuk bermain basket. Alasannya untuk 'memaksaku' ke sini mungkin karena ia ingin cerita sesuatu. Malvin sedang sedih. Pria atletis di depanku ini ternyata punya hati selembut kapas. Aku menggeleng dan terkekeh pelan.

"Lo jadi nginep sini, kan?" tanyanya.

"Kevin nggak setuju sih."

"Jadi lo bilang ke Kevin? Hoih, polos amat sih lo. Ya jelas dia nggak bakal setuju."

"Tapi aku bakal tetep nginep di sini kok."

"Gapapa tuh anak?"

"Gapapa kok, lagian kan cuman nginep. Aku bisa jelasin ke Kevin kok entar. Aku ngerti kalo kamu butuh hiburan di masa-masa yang kayak gini."

Kevin and Rino [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang