Lesson 3

2.1K 252 11
                                    

Mean menatap tidak mengerti dengan perubahan Singto yang cukup drastic menurut nya, setan mana yang sedang menyenggol Singto hingga kelakuan Ketua Osis itu menjadi galak.

Efek masa jabatan mau habis jadi agak sensian begitulah yang terlintas di benak Mean. Biasanya Singto terlalu mengatur Ekskul Musik dan membatasi setiap kegiatan yang di lakukan tapi kali ini Singto memberi begitu banyak pekerjaan untuk festival sekolah nanti.

Mean juga agak kaget dengan keputusan Singto dalam memilih panitia, sebagian besar panitia adalah anggota Osis kelas X dan XI sedangkan anggtoa kelas XII bertindak sebagai pengawas. Ketua panitia festival? Tentu saja Krist yang menjadi ketua nya.

Pilihan yang tepat.

Itulah kenapa Krist kesal ketika mendapat kertas kepanitiaan dari Singto. Ia harus bekerja ekstra keras, sebagai ketua panitia,sebagai ketua ekskul dan sebagai pemain drum dalam band nya. Krist akan jadi orang yang paling sibuk nanti nya.

Sekarang saja ia memilih berada di dalam kamar, duduk sambil menghadap laptop yang menyala dan mengetik beberapa program yang akan di jalan kan. Pertama ia menyiapkan konsep untuk festival sekolah lalu kedua ia akan meminta sebagian dari anggota nya untuk fokus dalam perlombaan.

"Krist.. turun sayang. Kita makan malam dulu"

Krist tahu itu suara Mama nya yang memanggil tetapi jari-jari nya terus bergerak lincah di atas keyboard.

Cklek !

"lama-lama keyboard mu bisa bolong kalau ngetik nya kayak gitu"

Ctak!

Krist menekan tombol Enter dengan agak kasar sehingga mengeluarkan bunyi yang cukup keras, Krist tidak berniat membalikan tubuh nya hanya untuk sekedar menyapa Kakak tiri nya itu. ia memilih untuk melanjutkan pekerjaan nya yang tertuda "Mama manggil kamu buat makan malem "

"Berisik!"

Bukanya marah Singto malah tertawa mendengar bentakan Krist,dan ketikan di jari Krist makin brutal. Sedangkan Singto puas melihat Krist kerepotan dengan beban yang di beri nya itu "Kamu sesibuk itu ya" Singto terus menggoda Krist

Demi Tuhan Yang Maha Esa! Krist rasa nya ingin membunuh Singto, menenggelamkan nya di sungai. "Ini kan juga gara-gara kamu, kamu yang buat aku ngelakuin kerjaan banyak dan bikin aku ngga punya waktu"

Singto masih setia di ambang pintu sambil melipat kedua tangan nya di dada, ia mengangkat bahu nya acuh "Karena aku benci kamu.. makanya aku kasih kamu kerjaan banyak biar kamu tuh ngerasain apa yang aku rasain"

"Ini ngga professional!"

"Krist... Singto ! cepet turun, kita makan malem"

Suara panggilan Mama Anna membuat mereka berdua diam, masing-masing dari mereka menarik nafas lalu menghembuskan nya. mencoba menenangkan perasaan emosi dan kesal agar saat makan malam keadaan mereka berdua yang sedang perang itu pun tidak tercium oleh kedua orang tua nya. "Mama manggil kita buat turun. Aku emang benci sama kamu tapi aku ngga suka Mama atau pun Ayah kecewa. Cepet!"

Suara tegas Singto tadi mampu membuat Krist meninggalkan pekerjaan nya dan mengikuti Singto dari belakang. Krist hanya memandang punggung Singto yang begitu tegap dan lebar, mungkin rasa nya nyaman memeluk nya dari belakang atau bersandar. Dan Krist baru sadar siluet Singto dari belakang seperti ini mirip dengan Paman Ruangroj, mungkin itu salah satu alasan Mama nya begitu mencintai Suami baru nya.

Tidak seperti Ayah kandung nya yang kabur entah kemana meninggalkan nya dan Ibu nya, bahkan sampai sekarang sama sekali tidak ada kabar. Meskipun perlakukan Ayah kandung nya seperti itu, Krist tetap tidak mampu memanggil Ruangroj dengan sebutan 'Ayah'. Ada alasan kuat kenapa Krist tetap pada pendirian nya, masa lalu nya seolah mencoba membatasi nya bergerak ke depan.

Tuan Ruangroj memandang Krist yang seperti mayat hidup lalu ia menoleh ke arah Singto. Ruangroj tahu Singto adalah ketua Osis dan Krist ketua ekstrakurikuler music, kedua nya mungkin saling terlibat sesuatu. Ruangroj memilih untuk bertanya pada Krist di banding Singto. "Krist, belakangan ini kamu kelihatan sibuk banget. Lagi ngerjain apa?"

Krist mengangkat wajah nya "Ngga kok, Paman. Krist ngga sesibuk itu"

"Kamu yakin?"

Krist mengangguk

"Paman Cuma pengen kamu istirahat yang cukup dan ngga terlalu buat maksain diri, Paman beberapa hari ini merhatiin kamu. Kamu sering tidur malem dan kadang ketiduran di meja belajar, Paman emang selalu ngecek keadaan kalian malem-malem. Mastiin kalau kalian tidur nyenyak. Ternyata kamu masih begadang dan sibuk depan laptop sampe kamu ngga sadar Paman ngintip kamar kamu"

Baru kali ini Krist merasa hatinya menghangat, orang yang ia panggil paman ini memperlakukan nya dengan amat baik layak nya anak kandung. Pantas saja ia selalu merasa aneh ketika ada selimut yang menutupi tubuh nya dan bantal yang ada di kepalanya saat tertidur di meja belajar. Rasanya Krist ingin menangis. Hanya saja ia berusaha menahan nya, ia tidak mau Singto melihat nya sebagai anak yang cengeng. "Makasih Paman, aku janji ngga ngerepotin paman lagi"

Ruangroj mengusap kepala Krist penuh sayang "Ngga masalah, kamu sama sekali ngga ngerepotin kok. " Ruangroj melirik Singto "Dan kalau Kakak mu itu ngga ngejagain kamu, lapor aja sama Paman biar paman getok kepala nya" Ruangroj memukul kepala Singto dengan sendok makan

"Ayah! Ngga perlu mukul aku pake sendok. Sakit!" Singto mengusap kepala nya yang sakit. Mama Anna tersenyum melihat tingkah 3 laki-laki di hadapan nya, ia pun akhirnya memilih untuk mengusap kepala Singto yang sakit "Mama yang terbaik" Ucap Singto senang.

Xoxoxo

Krist mulai mengatur waktu nya sesuai dengan perintah Paman Ruangroj, ia di ajari oleh Pria yang masih terlihat mudah itu untuk mengatur waktu bahkan membuat kan jadwal mana yang harus di kerjakan terlebih dahulu.

Setelah mendapat jadwal dari Krist, paman Ruangroj segera menyusun nya sambil mengerutkan kening nya. ia benar-benar akan memarahi Singto karena memberikan pekerjaan banyak pada Krist.

Krist pun menjadi mudah melakukan pekerjaan nya, ia melangkah kan kaki nya sambil menebar senyum manis. Pekerjaan nya perlahan-lahan akan selesai tanpa harus begadang.

Namun senyum Krist menghilang...

Tergantikan dengan raut wajah khawatir,sedih,senang dan juga rindu. Sosok yang ada di hadapan nya ini berdiri, wajah nya masih sama seperti yang dulu tidak pernah berubah. sosok yang pernah meninggalkan nya beberapa tahun yang lalu, meninggalkan luka yang menganga.

"A..ayah"

"Kau tumbuh dengan baik, Krist"

To be cont.

Yeyy.. si bapak asli nya kit nongol! 

My Step Brother Is Student Council LeaderWhere stories live. Discover now