Lesson 17

1.5K 164 3
                                    

Push menyungging kan senyum miring nya saat bertemu dengan Ruangroj dan Anna di persidangan. Mereka saling bertatapan tajam terutama Anna karena beberapa minggu tidak bertemu Krist.

Hakim dan ajudan nya masuk kedalam ruang persidangan, para hadirin berdiri dan membungkuk memberi hormat.

Namun ada yang aneh disini

"Mana Krist?" Tanya Ruangroj. Push hanya mengangkat kedua bahu nya "Krist punya hak memberikan pendapat nya"

"Pendapat Krist tidak lah penting, Khun Ruangroj. Bagaimana pun dia harus ikut dengan ku"

"Brengsek kamu!" Anna mengumpat, ia memegang perut nya yang mulai membesar. Rasa nyeri kemudian timbul dan membuat nya meringis "Kalau aku ngga lagi hamil, mulut mu itu udah aku robek!"

Ruangroj dengan telaten mengusap punggung Ana, mencoba menenangkan Istrinya. Bisa bahaya jika Anna sampai terbawa emosi lalu mempengaruhi calon bayi nya. Singto sejak tadi juga sudah sadar, karena tidak melihat tanda-tanda Krist akan datang.

Singto seratus persen yakin bahwa Push pasti menahan Krist untuk datang, dan dengan modal nekat. Singto keluar dari ruang persidangan dan diam-diam pergi ke rumah ayah kandung Krist. setidak nya ia sudah meminta tolong Mean untuk melacak alamat rumah Krist. data rumah sakit pasti mecantumkan alamat rumah kan?

Melanggar kode etik memang tapi saat ini adalah yang terpenting, Mean pun dengan sigap membantu Singto. Tak butuh waktu lama baginya untuk tahu alamat rumah Push, ia harus merayu Receptionist Rumah Sakit untuk membujuk nya.

Xooxox

Untung nya di dalam kamar Krist ada kamar mandi jadi ia bisa membersihkan tubuh nya walau ia di kurung. Sekarang yang jadi masalah adalah perut nya yang sedikit nyeri, penyakit lamanya kambuh lagi.

Cklek!

Krist menghentikan kegiatan sejenak, ia menatap pintu yang terbuka menampilkan Lin yang membawa nampan berisi makanan "Sarapan dulu,Krist. Tante inget kalau kamu ngga boleh lewatin sarapan" Lin menaruh nampan berisi bubur dan segelas air putih hangat.

Wanita yang pernah menjadi Sekretaris ayah nya itu kini duduk di tepi kasur tepat di sebelah Krist.

Krist masih memasang wajah datar nya, ia sama sekali tidak menyentuh makanan nya. Jujur saja, Krist masih marah dengan Lin. Dia yang merebut ayah dari ibu nya, membuat keluarga nya berantakan. Membuat nya berada dalam situasi seperti ini "Aku benci sama Tante!"

"Aku tahu Krist, kamu berhak benci sama tante. Kamu harus tahu Krist semua yang terjadi saat ini dan tidak ada yang harus di selali, ini udah takdir nya seperti ini. Tante juga bersalah Krist" Lin memeluk Krist. remaja itu hanya diam tidak menolak sama sekali " Tante pengen kita hidup rukun. Tante, ayah kamu dan keluarga kamu yang baru, semuanya hidup dalam kerukunan. Itu adalah tujuan tante, tapi tante ngga bisa ngendaliin ayah kamu yang tiba-tiba ngajuin gugatan" Lin mengusap kepala Krist dengan lembut, menyalurkan kehangatan seorang ibu pada nya.

Brak!

"Krist!!"

Singto tanpa permisi langsung masuk kedalam rumah Push lalu ke lantai dua untuk mencari Krist, pandangan Singto melembut melihat Krist di peluk oleh Ibu tiri nya "Krist..." Panggil Singto.

Krist melepaskan pelukan Lin dari tubuh nya dan menoleh ke arah Singto yang ada di ambang pintu kamar nya "P'Sing.."

"Ayo kita ke pengadilan sekarang,Krist"

Krist menatap Lin dan Singto bergantian. Apa Lin akan mengijinkan nya? Dan anggukan lembut dari Lin membuat senyum mengembang. Krist reflek memeluk Lin tanpa berkata-kata, Singto mengulurkan tangan nya menyambut Krist yang berjalan kearah nya dengan buru-buru "Kau siap?" tanya Singto

"Ya. P'Sing.. aku siap untuk merubah segalanya. Aku, kau dan keluarga kita"

Singto mengenggam erat tangan Krist, lalu menarik nya untuk segera keluar dari Rumah dan menunju persidangan.

To be cont

My Step Brother Is Student Council LeaderDonde viven las historias. Descúbrelo ahora