Lesson 8

1.9K 217 19
                                    

Tangan Jane terulur untuk menepuk pundak Krist, pria manis itu memiliki hobbi baru yaitu 'melamun' entah apa yang di lamunkan tapi hal itu menganggu jalan nya rapat internal mereka. Rapat harus selesai karena setelah ini, Ketua Osis akan mengecek nya.

Singto masuk kedalam Ruang Rapat, wajah nya sama kusut nya dengan Krist. Keadaan mereka berdua jadi canggung, kalau boleh memilih Singto lebih memilih bertengkar dengan Krist di banding bersikap canggung seperti ini.

Krist yang melihat kedatangan Singto pun, mulai mengeluarkan aura ketidaksukaan nya. masih ingat di kepalanya, Singto menyebut nama P'Arthit saat memarahi nya. "Semua sudah siap, untuk penampil memang belum ada kepastian tapi aku usahakan minggu depan sudah selesai"

"Minggu depan? Ngga sekalian aja bulan depan! Gini aja kalian ngga becus? Kalau dari awal kalian ngga sanggup ya ngomong"

Singto mulai emosi, permasalah nya dengan Krist membuat nya gampang terusulut

Brak!

"Jangan kasar,Sing!" Kang berdiri membela Krist dari caci makian Singto "Kenapa harus di besar-besar kan?! Hanya masalah penampil kita bisa cari yang lain. Jangan kekanakan Sing"

"kekanakan?!" Singto menyungging kan senyumnya "Siapa yang kekanakan disni dengan berfirikiran picik bahwa dia adalah pengganti!" Singto meliirik Krist

Sedangkan yang lain hanya menatap bingung Singto dan Kang yang beradu mulut "Cukup!" Krist mulai bicara "Sekarang mau kamu apa? Aku bakal turutin"

Aku mau kita kayak keluarga yang sebenernya, Krist!

Singto memilih diam lalu melangkah pergi di ikuti dengan Mean di belakang nya, wakil ketua Osis itu menatap bingung Singto yang tidak biasanya.

Ok. Krist mengakui bahwa ia juga terbawa emosi, bagaimana tidak jika Singto bertingkah seperti ini. membawa masalah pribadi kedalam masalah Forum. Tapi Krist juga paham dengan sikap Singto belakangan ini, wajar jika Singto membenci nya karena selama ini saat singto bersikap baik, Krist selalu bertingkah dengan dingin dan kadang tidak menanggapi nya sama sekali. Sekali lagi, Krist punya alasan untuk itu semua.

Xoxoxox

Singto memijit kepala nya yang pusing, baru kali ini Pembina Osis begitu marah pada nya karena persiapan festival yang belum selesai. Singto dengan sekuat tenaga nya membela panitia yang ia tunjuk di depan Pembina Osis dan penanggung jawab acara, ia sudah berusaha semaksimal mungkin. Bahkan Singto menunjukan Surat Perjanjian Sponsor yang memberikan kontribusi secara besar.

Bukan Singto namanya kalau ia hanya berdiam diri, selama ini mungkin yang lain menganggap nya galak dan tukang marah-marah tapi pada dasar nya Singto melakukan itu semua demi kebaikan mereka.

Singto secara tidak langsung ingin mengajari mereka bagaimana mengatur sebuah acara, bertanggung jawab dan tahan banting dengan caci makian. Karena Singto tahu jika acara festival ini gagal atau tidak sesuai kenyataan maka panitia yang bertanggung jawab akan mendapat banyak omongan buruk.

Seperti saat ini, Singto menuju kearah panggung yang sudah mulai di tata sesuai konsep,ia ingin memastikan semua berjalan lancar agar tidak ada panitia yang mendapatka ujaran kebencian. Singto mengakui Krist memang hebat dalam hal mengkonsep. Anak itu jika di arahkan memang mampu mengeluarkan potensi yang ada. Krist mengambil tema Save Earth sehingga sebisa mungkin tatanan panggung dan aksesori nya menggunakan bahan-bahan daur ulang. Hasilnya? Semuanya terlihat sangat bagus, sehingga tidak ada yang menyangka bahwa bahan-bahan yang di gunakan menggunakan bahan yang bisa di daur ulang.

Mata Singto memincing saat melihat Krist sedang di atas tangga untuk memasang salah satu asesori panggung, tubuh Krist yang pendek membuatnya sedikit kesusahan meskipun sudah menaiki tangga "Jangan ceroboh Krist, berjinjit di tangga akan membuat mu jatuh"

"Berisik! Bukan urusan mu" Krist masih berusaha memasang lampu kecil yang di lilit di pohon buatan. Tangga yang di naiki Krist mulai bergerak tidak seimbang

"Krist turun!" perintah Singto "Nanti jatuh, buruan turun"

Krist tetap pada pendirian nya "Ngga, kerjaan aku belum sele—Huaaa!! "

Bruk!

Krist membuka matanya perlahan,aneh. Tubuh nya masih terasa baik-baik saja padahal sudah jatuh dari tangga. Kemudian dia sadar berada di atas tubuh Singto, menimpa tubuh Kakak tiri nya . dia melindungi ku?benarkah? dia kan membenci ku!

Mean membuang kertas laporan nya dan membantu Singto untuk bangun "Argh... !" dan Singto yakin saat ini tangan nya mungkin terluka "Pelan-pelan,Mean! Sakit tahu!"

"Aku ngga sengaja!" Mean memeriksa lengan Singto, ia memang bukan Dokter tapi Mean yang memiliki Ayah seorang Dokter dan sering memperhatikan Ayah nya kurang lebih paham dengan keadaan Singto "Kayak nya tangan kamu patah, mendingan kamu diem disini aku mau telephone Papa " Mean merogoh saku nya, mencoba menghubungi Ayah nya

"Maaf" Cicit Krist, ia menunduk karena merasa bersalah pada Singto. Krist menyesal karena tidak mendengar kan perkataan Singto, bagaimanapun Singto ketua Osis yang bertanggung jawab terhadap semua nya. "Harus nya aku dengerin kamu"

"Ngga usah masang tampang sedih gitu!"

Dalam keadaan seperti ini pun Singto masih sempat-sempat nya memarahi Krist , tak lama Mean datang dan mengatakan ambulance segera datang. "Pihak Rumah Sakit udah hubungin Ayah kamu P'Sing, jadi kemungkinan beliau langsung kesana"

"Mean.. aku ikut ke Rumah Sakit"

"Yaudah.. kalau gitu tolongin aku. Kamu kesini Krist, aku butuh paha kamu buat naruh kepala nya P'Sing. "

Tanpa berfikir dua kali, Krist mendekat dan mengangkat kepala Singto keatas paha nya "Sakit! Woy.. pelan-pelan" Mean hanya memutar kedua bola mata nya, padahal dia sudah berusaha sepelan mungkin mengangkat kepala nya.

Sedangkan Singto benar-benar menahan sakit, lengan nya terasa sakit hampir mati rasa. Ia tidak menyangka lengan nya akan patah seperti ini. Kepala nya juga mulai berdenyut, Singto rasanya lebih memilih memejam kan mata sebentar saja agar kepala nya tidak pusing lagi.

"P'Sing!! P'Sing..."

Ingin rasanya membuka mata nya tapi sekuat apapun ia berusaha matanya terus terpejam, di tambah ia mulai berhalusinasi mendengar Krist memanggil nya dengan sebutan 'P'Sing'. Rasanya tidak mungkin Krist memanggil nya seperti itu, mengingat Krist begitu tidak menyukai nya.

"Sing maaf, aku tidak bisa menjaga mu lagi. Kamu bisa mengurus diri sendiri kan? Phi tahu kamu anak yang pintar"

Singto merasakan tangan kurus itu menyentuh kepala nya "P'Arthit.. jangan tinggalin Sing. Sing sayang sama P'Arthit, siapa yang akan membantu Sing mengerjakan PR? Siapa yang membangunkan ku? siapa yang akan membonceng ku sepeda?"

"Maaf Sing... maaf kan aku. Tapi Phi tidak bisa bertahan lebih lama lagi"

"Phi.. Jahat! Phi kenapa menyerah?! Masih ada aku sama Ayah! Ayo! Phi.."

To be cont

An:

So.. di balik sikap Singto yang kayak cewek PMS #digeplak ternyata dia sosok ketua osis yang bertangung jawab!! Hahaha.. punya ketua osis kayak singto rela tiap hari berantem.

So.. sampe sini sudah bisa ketebak kan siapa P'Arthit dan kenapa Krist kesel sama Singto? karna di awal sebelum ayah sama ibu mereka menikah, hubungan mereka itu baik-baik aja. Cuma pas kedua nya nikah, sikap krist mulai berubah. efek di tinggal bapaknya yang dulu kali ya...

Happy reading :)

My Step Brother Is Student Council LeaderWhere stories live. Discover now