Lesson 10

1.9K 198 9
                                    

Phi...Phi...Phi...Phi

Suara Krist saat memanggil nya dengan sebutan Phi itu, terus menerus terngiang di telinga nya dan membuat nya sukses seperti orang gila. Senyum di wajah Singto tidak pernah luntur dan sesekali ia terkekeh pelan sendiri. Dokter bahkan sampai harus memeriiksa nya dua kali sebelum memperbolehkan nya pulang, takut kalau ada pemeriksaaan yang terlewat.

Ruangroj bertugas menjemput Singto menatap heran dengan tingkah anak nya "Kamu beneran udah sembuh belom sih, P'Sing?"

"Ish.. Ayah. Aku beneran udah sembuh, Cuma masih sedikit ngilu sih"

"Yakin kamu udah sembuh? Ayah agak khawatir sama kamu, kamu itu senyam senyum sendiri terus tiba-tiba ketawa"

"Aku lagi seneng,Ayah. Pokok nya aku seneng banget, hahaha. Udah yuk pulang, aku kangen sama Mama dan Nong kesayangan ku"

Terserah apa kata anaknya saja, yang penting Singto sudah boleh keluar dari Rumah Sakit. Sepanjang jalan pun wajah Singto tidak henti-henti nya tersenyum. Bagaimana tidak? ia masih mengingat Krist yang memanggil nya dengan sebutan Phi yang artinya Krist sudah menerima diri nya sebagai saudara nya. Hanya saja Krist meminta persyaratan agar tetap merahasiakan hubungan mereka di Sekolah, Krist masih tidak ingin semua orang tahu dan Singto menyetujui nya.

Mumpung Singto dalam mood yang baik, Ruangroj berinisiatif untuk mampir ke Makan Istri nya dan anak nya.

"Loh... Ayah ini arah ke tempat Ibu"

"Iya.. kita mampir kesana sebentar ya"

Senyum di wajah Singto seketika memudar, ia tidak masalah jika ke makam Ibu tetapi jika bersama Ayah sudah pasti ia harus menyapa P'Arthit yang ada di sebelah Makam Ibu. Singto masih enggan bertemu dengan Arthit meski hanya sekedar kata 'Hello'

Xoxoxo

"Ibu jadi kapan P'Arthit akan pulang? Sama P'Kongpob juga?" Singto antusias menanyakan Arthit-Kakak Kandung nya- yang memang sedang mengurus keperluan Study di Jepang bersama Kekasih nya 'Kongpob'.

Ibu mengusap kepala Singto dengan lembut dan mengecup pucuk kepala anak laki-laki nya penuh sayang "Lusa.. Ibu akan menjemput mereka di bandara"

"Boleh Sing ikut? Sing kangen sama P'Arthit, kenapa sih dia harus kuliah jauh-jauh kan disini banyak kampus. Ini semua karena P'Kongpob yang ngerayu. Dari dulu aku emang ngga suka sama P'Kong, dia itu selalu nempel-nempel ke P'Arthit. nyebelin emang, manusia satu itu"

Ibu hanya bisa tertawa mendengar ocehan anak nya, agak kurang sopan memang ucapan Singto tapi Ibu tidak bisa menahan tawa nya. "Nanti, Sing harus terbiasa ya. Jika suatu saat Ibu atau pun P'Arthit tidak ada. Jangan jadi anak yang nakal. "

Singto mengangguk, ia memang tidak pernah membantah perkataan Ibu nya -orang yang sudah melahirkan nya ke Dunia- .

Singto tidak pernah tahu jika itu adalah kata-kata terakhir Ibu nya sebelum meninggal.

Ibu menjemput Arthit dan Kongpob di bandara dengan menggunakan mobil milik suami nya, tadinya Ruangroj menawarkan diri untuk menjadi supir istri nya namun Istri nya bersikeras melarang nya dan menyuruh nya untuk menjaga Singto.

Cuaca Bangkok saat itu tidak bersahabat, tetapi senyum cerah milik Arthit membuat cuaca mendung berubah cerah. Lesung pipi nya muncul ketika sosok Ibu nya muncul di hadapan nya, pelukan hangat yang ia rindukan pun ia dapatkan. Tidak lupa Kongpob berlaku sopan kepada calon mertua nya.

Calon mertua? Ya. Kongpob harus berjuang keras mendapat kan restu dari Ayah Arthit yang terkenal galak dan tegas, bahkan Ruangroj benar-benar tidak menyetujui hubungan tidak lazim yang terjadi pada anak pertama nya. namun kegigihan kedua nya mampu membobol pertahanan Ruangroj.

My Step Brother Is Student Council LeaderOù les histoires vivent. Découvrez maintenant