Lesson 16

1.5K 158 8
                                    

Singto secara pribadi menyerahkan jabatan ketua Osis selanjut nya pada Krist, terkesan tidak profesional tapi Singto menginginkan Krist menjadi penerusnya. Krist mampu memimpin, dan kemampuan nya itu sudah di buktikan ketika ia menjadi ketua panitia unuk festival.

Jelas saja, usulan Singto di terima dengan baik oleh Pembina Osis dan akan mempertimbangkan nya.

Krist yang memang masih dalam kondisi labil pun, datang menghampiri Singto dan melampiaskan kemarahan nya yang terpendam kepada Kakak tiri nya "Kenapa semua orang melakukan hal se enak nya tanpa berdiskusi dengan ku atau mendengar pendapat ku!" Seru Krist. singto meraih pergelangan tangan Krist tapi di hempaskan dengan kasar "Kamu dan semua nya sama! Aku bukan barang yang bisa kalian rebutkan!"

"Krist dengar!" Kini Singto meraih pundak Krist, menahan adik manis nya itu agar tidak memberontak lagi. Mau tidak mau Krist menatap Singto yang sedang menahan tubuh nya " Kamu memang bukan barang" Singto memeluk Krist "Maaf kalau aku melukai kamu, aku hanya ingin jabatan ini untuk mu karena aku yakin kamu mampu, Krist."

Krist mencoba menarik nafas dan menghembuskan nya perlahan, mencoba untuk meredakan emosi nya. Sejujur nya, Krist cukup stress menjalani kehidupan seperti ini. Direbutkan sana-sini. Menunggu persidangan dan melakukan hal-hal yang pengacara butuh kan. Krist ingin hidup nya tenang seperi biasanya. "Aku ngga suka,Phi. Kamu memang,Phi aku tapi aku ngga mau kamu gunain jabatan kamu supaya aku bisa nerusin perjuangan kamu buat sekolah. Ngga gini caranya,Phi. Aku mau ada pemilihan"

Singto melepas pelukan Krist. "Beneran?"

Krist mengangguk "kalau hasilnya mutlak aku yang menang, maka aku bakal terima jabatan itu tapi kalau aku ngga menang maka, kamu harus berhenti gunain wewenang kamu. Kamu emang, Kakak aku tapi kamu juga Ketua Osis yang harus bersikap adil"

Kalau Krist seperti ini, Singto mana bisa berjauha dari Krist? Krist yang ternyata lebih dewasa dari dirinya. Krist yang membuat nya kesal, Krist yang juga menggemaskan. Singto rasanya ingin mengurung Krist dan melarang siapapun mendekat.

Xooxoxo

Krist memilih berdiri di ambang pintu ketika pengacara yang di tunjuk ayah nya ada di ruang tamu. Dari raut wajah mereka yang serius, Krist yakin pasti ini ada hubungan nya dengan persidangan.

Sampai sekarang, Krist tidak pernah tahu kapan persidangan yang memperebutkan diri nya di mulai. Krist tidak sabar melihat orang-orang mendengar keputusan nya.

Push, menoleh kearah pintu saat ia merasa ada semilir angin yang berhembus. Senyum Push mengembang menampilkan lesung pipi nya, tangan nya melambai ke arah Krist untuk masuk kedalam rumah. "Krist, sayang" Push mearih tubuh Krist dan mengecup pucuk kepala anak nya dengan sayang "Kamu udah makan siang? Mau makan bareng Ayah?"

Krist menggeleng "Aku udah makan siang areng sama P'Sing"

"P'Sing kakak tiri mu itu?" nada Push sedikit tidak suka dengan yang namanya Singto itu. sejak awal, ia sudah menyelidiki Singto yang selalu menyiksa Krist. "Kamu ngga boleh deket-deket sama Ketua Osis ngga guna itu, dia selalu nyuruh kamu ini dan itu"

Krist mengangkat kedua bahu nya acuh "Ya.. tapi setidak nya P'Sing ngga pernah ninggalin aku"

"Krist! "

"Apa!" Krist balas berteriak. Sungguh, ia lelah setelah beraktivitas seharian dan di tambah Ayah nya yang menyulut emosinya. Krist tidak tahan untuk tidak membalas bentakan ayahnya "P'Sing tidak pernah meninggalkan ku!"

"Dia hanya Kakak tiri mu! Kau bahkan tidak berhubungan darah dengan nya sama sekali!" Push juga mulai terbawa emoso. Jika sebelum nya ia bisa sedikit bersabar menghadapi Krist namun kali ini Push juga terbawa emosi. Susah sekali mengambil hati Krist.

Krist tahu ia dan Singto terikat karena hukum tapi itu bukan alasan untuk mereka berdua saling menyayangi "Aku lelah,Ayah! L.e.l.a.h! "

"Ayah,juga lelah Krist. kenapa kamu ngga pernah mau paham? Ayah sayang sama kamu?"

"Sayang? Atau karena bersalah?"

"Krist! kamu ayah hukum ngga boleh keluar kamar sampai besok persidangan!" Push menarik tangan Krist, menyeretnya menuju kamar lalu mengunci pintu nya. Push melarang siapapun masuk kedalam kamar Krist sampai anak itu meredakan amarah nya. "Kamu ngga akan ke persidangan besok, pendapat kamu ngga penting Krist"

Krist membulatkan matanya. Ia berlari ke arahpintu, menggedor gedor dengan kencang agar ayah nya mau membuka pintu. Bahkan Krist tidak henti-henti nya berteriak.

Rencana Krist untuk memberikan pendapat nya di persidangan musnah sudah, ia yakin ayah kandung nya akan memenangkan persidangan dan ia harus tinggal disini.

Ibu, Daddy,P'Sing....

Satu-satu nya harapan Krist adalah,Singto. Ia berharap Singto menyadari ketidak beradaan nya, ponsel dan tas nya masih ada di ruang tengah. Akan sulit meminta bantuan, jadi Krist hanya bisa berdoa semoga Singto atau siapapun itu bisa membantu nya keluar dari sini.

Setidak nya besok ia harus ada di sana.

My Step Brother Is Student Council LeaderNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ