Bagian Pertama - Cinta Pertama

134K 4.2K 28
                                    

Bab 2

“Nah yang mendapat nilai bagus sudah Ibu umumkan, mereka berdua akan ikut tes selanjutnya untuk menentukan siapa yang akan ikut ke dalam olimpiade kimia bulan depan, sekarang akan Ibu umumkan nilai terendah, yang mendapat nilai terendah akan ikut belajar dengan nilai tinggi” kata Ibu Hani.

“Wah ada dua juga nih yang dapat nilah terendah, Mareta Utami seperti biasa nilai kamu cuma 30” aku melihat wajah Reta merengut karena kesal mendapat nilai jelek.

“Syukur lo” aku membuat gerakan mulut yang pelan kearah Reta dan dia semakin memanyunkan bibirnya.

“Dan yang satu lagi, ow Ibu tidak menyangka kamu bisa mendapat nilai sejelek ini, Runald Galih Tama, 30 juga”

Mereka kembar tapi berbeda soal kualitas otak, atau mereka sama dan hari ini keberuntungan buat cowok ini.

“Kalian berempat akan saling membantu sebelum tes dilaksanakan, jadi mulai hari ini kalian berempat akan ikut belajar bersama dan akan dimulai setelah jam sekolah selesai”

“Yah Buk, Reta gak bisa ada janji sama Mami” ce ileh janji bilang aja malas buat belajar.

“Ibu yang akan menghubungi Mami kamu”

Aku melihat wajah Reta tertunduk malu, dan entah kenapa aku melihat Runald dari tadi matanya gak berhenti memandang Mareta.

****

“Wawww seorang Runald bisa mendapat nilai 30?, semua orang tau kali lo dan gue otaknya sama” aku mendengar saudara kembar itu saling menyindir.

“Diam lo, ini bukan urusan lo” jawab Runald jutek.

“Gaya lo bro,pasti ada inceran lo di kelas, makanya lo pura – pura bodoh, apa jangan – jangan cewek sok pinter dikelas kita?”

Loh kok aku dibawa – bawa, aku makin menajamkan telingaku mendengar pembicaraan mereka ketika kami berempat berada diruangan kelas untuk melakukan belajar bersama.

“Udah gue bilang diem, berisik dan rempong amat sih lo jadi cowok, heran gue” katanya lagi.

“Et dah bro, gue tau siapa lo, soal tadi itu mah Cuma masalah kecil buat lo tapi yang bikin gue heran kenapa lo bisa jelek sih nilainya”

“Nanti gue bilang di rumah alasannya, disini banyak orang” katanya lagi.

Yahhhh disini aja napa ngomongnya, aku kan ingin tau juga alasannya, gawat juga kalo sekelas dengan saudara kembar yang pintarnya gak ketulung, bisa hilang sekejap beasiswa.

“Oke dirumah saja, disini ada tukang nguping sih” katanya menyindirku.

Ya ampun ketahuan kalo aku sedang nguping, maluuuuuuu.

“Hey lo yang sok pinter, udahlah sok pinter eh sekarang jadi tukang nguping pula” katanya kearahku. Aku yang sedang membaca buku, semakin menundukkan kepala kearah buku.

“Lo ngomong sama gue?” tanyaku sok lugu.

“Gak, sama setan…. Ya sama elo lah, lo lihat yang pinter disini cuma elo dan gue” aku mendengar suara juteknya.

“Owwww gue kira sama setan, mending lo bicara sama setan aja deh daripada gue, gue sibuk gak kayak lo”

“Percuma lo belajar kayak gitu, lo gak akan bisa menang dari gue” katanya lagi.

“Jangan takabur, kita lihat saja siapa yang bakal tertawa terakhir” kataku membalas kata – katanya.

Jangan dikira aku akan diam saja, aku gak akan kalah. Ini kesempatan untuk bisa kuliah dengan beasiswa penuh, kalo sampai aku kalah dijamin beasiswa itu hilang, dan jangan mimpi bisa kuliah kedokteran.

7. Sophia AddictedWhere stories live. Discover now