SkaterGirl (10) -- Takut Menyalah artikan

761 38 0
                                    

Kalau sudah terlanjur nyaman, tak dapat lagi menepis pemikiran yang sudah terlalu fokus pada satu titik yaitu dia.

SkaterGirl

==

         Seorang gadis tengah menyibukkan diri dengan peralatan tulisnya. Berkutat dengan tenaga maupun pikirannya. Otakknya terus berpikir untuk menyelesaikan satu soal yang menurutnya sangat rumit. Jari-jarinya terbuka lebar, siap untuk menjadi kalkulator andalannya.

Echa, gadis itu berada di ruang kelasnya. Sendirian. Mementingkan satu soal fisika yang harus segera ia pecahkan. Ia tak terusik dengan suasana sekitar yang hanya ada dirinya seorang. Teman-temannya pergi ke kantin dan lebih mementingkan mengisi perutnya yang terus berdendangan meminta diisi.

Saat ketiga sahabatnya itu mengajak Echa, dengan halus gadis itu menolakknya. Echa tak bisa munafik, jika sebenarnya ia pun merasa lapar. Tapi, hanya karena satu soal fisika ia tetap stay berada di ruang kelasnya. Jika saja latihan soal yang diberikan Bu Khusni tidak berbeda dengan siswa lain, mungkin sekarang ia sudah menyelesaikannya. Berbekal ilmu mengcopy yang pasti sudah sangat ia kuasai.

Namun, keberuntungan sedang tidak berpihak padanya. Dengan terpaksa ia harus menyelesaikan dua puluh lima soal fisika dalam dua jam. Mungkin bagi siswa yang memiliki otak encer, akan dapat menyelesaikannya dalam waktu tiga puluh menit. Tapi ini berbeda. Yang mengerjakannya bukanlah seorang siswa yang memiliki kapasitas otak diatas rata-rata. Ia hanya seorang Auresya yang merupakan Skater Girl pemilik hobi anti mainstream. Belum lagi sikapnya yang feminin. Membuat orang-orang tak dapat menduganya.

Echa menggaruk-garuk rambutnya yang tak gatal. Hanya kurang satu soal, kenapa membuatnya se-stres ini. Tangannya yang memegang pensil dengan lincah mencorat-coret kertas yang tak terpakai. Bukan karena ia sudah menguasai rumus fisika, melainkan membuat rumus baru dan siap menjadi profesor dadakan. Lebih tepatnya mengarang rumus dengan pemikirannya sendiri.

Echa menghembuskan napasnya kasar. Meremas kertas coretannya menggantinya lagi dengan yang lain. Tangan kanannya sibuk menulis sementara tangan kirinya meremas rambutnya kasar. Entahlah, bagaimana nasib rambutnya nanti. Echa tak menghiraukannya.

Ketika ingin mengambil penghapus yang ada di sisi kirinya, Echa menjatuhkan pensilnya tiba-tiba. Gadis itu mengendus, ia mencium wangi khas maskulin seseorang yang tak terasa asing baginya. Tapi siapa? tanyanya dalam hati.

Echa tak terlalu memperdulikannya. Mungkin efek sibuk mengerjakan soal fisika yang harus segera dikumpulkan. Namun, lama-kelamaan wangi itu justru mengusiknya. Rasa ingin tahunya yang tinggi mulai mendorongnya untuk tahu siapa pemilik aroma itu.

Echa merasa ada seseorang di sampingnya. Sedetik kemudian Echa menjatuhkan pensilnya. Lalu menoleh perlahan,

"ALLAHUAKBAR! Dhirga?!"

Echa terlonjak kaget bahkan hampir terjatuh dari kursinya jika saja Dhirga tak sigap menarik tangannya. Echa terkejut dengan adanya Dhirga di sampingnya. Ia mengelus dadanya pelan sembari menggelengkan kepalanya. Gadis itu melemparkan tatapan tajam sekaligus kesal kepada Dhirga.

Dhirga hanya cengengesan tak jelas. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Terkekeh lagi saat mengingat ekspresi terkejut Echa yang lucu.

"Ck ... kayaknya hobi lo ngagetin gue mulu deh. Lo ganti hobi? Dari basket jadi suka ngagetin gue?" cecar Echa kesal. "Lagian lo kan di-skors Dhirga ... Kenapa lo berangkat sekolah sih? Heran gue!" cibirnya kemudian.

Dhirga meringis, selalu saja hal itu yang ditanyakan orang-orang saat melihatnya. Sampai ia merasa bosan sendiri dengan pertanyaannya. Memang kenapa jika ia berangkat sekolah?

Skater Girl [COMPLETED] [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now