SkaterGirl (26) -- Siapa Dia, Dhirga?

253 7 0
                                    

***

Hubungan tanpa kepastian itu bukan hanya hati yang tersakiti, tetapi fisik juga akan lelah bila pada akhirnya nanti kita tidak dapat bersama.

==

Sebenarnya, Echa masih penasaran ke mana cowok yang tengah memboncengnya ini membawanya. Echa tidak pernah berhenti bertanya, tetapi jawaban Dhirga hanyalah deheman singkat. Jelas membuat Echa kesal. Tapi mau bagaimana lagi? Dhirga tetaplah Dhirga. Cowok nyebelin yang sialnya Echa suka.

"Ini rumah siapa?" tanya Echa tidak dapat menutup rasa penasarannya lagi, ketika mereka sampai di sebuah rumah.

"Rumah gue."

"Hah?"

Echa masih tidak paham. Bukan terhadap rumahnya, tetapi lebih tepatnya tujuan mereka ke sini.

"Ayo masuk," tarik Dhirga seenak jidat.

Meskipun begitu, Echa tetap mengikutinya tanpa memberontak. Namun dasarnya Echa, sekali lagi ia tidak puas jika tidak bertanya.

"Ngapain ke rumah lo?"

"Bolos," jawab Dhirga enteng.

Echa mengerucutkan bibirnya kesal. "Dhirga ...," rengek Echa mulai merasa jengah.

"Gue harus jawab apa sih, Cha?" Cowok itu justru menjawabnya dengan godaan.

"Ngapain ngajak gue bolos kalo ujungnya lo bawa gue ke rumah lo," semprot Echa tidak terima.

"Berarti lo mau bolos lagi-tanpa harus gue paksa kalo tujuannya bukan ke sini dong?" Tuh kan. Dhirga selalu saja punya beragam cara untuk membuat Echa kesal.

"Ya nggak gitu juga."

Dhirga tergelak mendengarnya. Echa pun menatapnya kesal. Cowok itu kembali menarik tangan Echa untuk memasuki rumahnya.

"Assalamu'alaikum, Bunda ...."

"Wa'alaikumsalam ...." Dari dalam, terlihat seorang wanita paruh baya menjawab salam Dhirga. "Eh kenapa udah pulang? Lho, kamu sama siapa Dhirga?" tanya Bunda mendekati mereka. "Ini ... pasti Echa kan?" tanyanya lagi.

"Satu-satu dong, Bunda," serobot Dhirga protes.

Bunda mengabaikan Dhirga, ia lebih mendekati Echa yang ada di sebelah anaknya.
"Kamu pasti Echa, kan?" tanya Bunda pada gadis itu.

"Eh, I-iya, Tante."

"Dhirga sering ceritain kamu. Jadi Bunda tahu, Sayang."

"Nggak ada, nggak ada ... Jangan percaya, Cha." Dhirga memprotesnya cepat. "Orang gue cuma ... cuma-"

"Alah, kamu ngeles aja. Bunda masukin perut tau rasa kamu!"

Spontan, Dhirga bergidik mendengarnya. "Serem amat, Bun. Bunda kok ngomongnya gitu sih."

"Orang kamu sama calon mantu Bunda aja sok gengsi," ujar Bunda tak mau kalah. "Ayo sayang, kamu ikut bunda ke dapur. Bunda tadi baru bikin kue. Kamu mau?"

"Euhm ... Boleh, Tante."

Kedua perempuan berbeda usia itu pergi meninggalkan Dhirga yang dibuat kesal.

"Bunda ... Itu Echa-nya kenapa malah dibawa sih?"

"Berisik, Dhirga ... Ini urusan cewek, jangan ganggu!!"

"Ah, sial. Niatnya mau pacaran malah ceweknya dibawa nyokap. Gue bisa apa?" gerutu Dhirga akhirnya pasrah. Meski terpaksa.

Kapan mereka pacaran? Kalo sudah saling mengungkapkan perasaan sih iya. Tapi, Dhirga saja belum menegaskan hubungan mereka.

***

Echa dan Bunda masih di dapur. Gadis itu sibuk mencicipi kue buatan Bunda. Sedangkan wanita paruh baya itu menatapnya seraya menunggu komentar Echa.

"Enak, Tante."

"Wahh ... Bener nih? Kamu nggak lagi bohong biar Bunda nggak kecewa, kan?"

Echa tersenyum kecil. "Enggak, Tan. Echa jujur kok."

Seketika Bunda ikut tersenyum. "Besok-besok ke sini lagi ya? Nanti Bunda buatin kue buat Echa."

"Iya insyaallah, Tante."

Echa menganggukinya dengan canggung. Entahlah, apakah ia bisa ke rumah Dhirga lagi. Echa kan bukan siapa-siapanya cowok itu.

"Yuk, kita bawa kue ini buat Dhirga," ajak Bunda yang diangguki Echa. Namun kemudian, Bunda berbisik padanya. "Nanti dia ngambek lagi." Echa pun terkekeh mendengarnya. Ada-ada saja.

Sampai di sana kedua perempuan berbeda usia itu mengeryit heran. Pasalnya, mereka mendengar suara gelak tawa Dhirga dengan orang lain.

Lho, dia kan ...??

Echa tidak tahu siapa gadis itu. Ia hanya mengenalnya sebagai adik kelas yang dekat dengan Dhirga. Lalu, mengapa ia ke sini? Sebenarnya seberapa dekat mereka berdua? Mengetahui fakta itu, Echa tidak suka. Ada sebagian dirinya yang tidak rela. Jelas, perasaan cemburu itu hadir. Tetapi Echa tidak bisa berbuat apa-apa. Siapa dia?

Bunda terlihat antusias menyambutnya. Sedangkan Dhirga seolah tidak mau menjelaskan siapa gadis itu. Astaga, mengapa sekarang Echa jadi merasa terasingkan?

"Kamu bawa apa, Sayang?" tanya Bunda memecahkan lamunan Echa.

"Ini kue, Bunda," jawab gadis itu seraya menyodorkannya pada Bunda.

Bunda?

Wanita paruh baya itu pun menerimanya. "Baru aja Bunda buat kue tadi."

"Yahhh, aku telat dong."

"Nggak papa, nanti dimakan Dhirga juga habis," ujar Bunda terkekeh yang diikuti kekehan gadis itu.

"Apaan, kok gue dibawa-bawa."
Mereka pun semakin tergelak mendengar protesan Dhirga yang tidak terima.

Huh, mengapa Echa tidak suka melihatnya? Mereka tampak akrab. Begitu pula dengan Dhirga.

Sebenarnya, siapa dia Dhirga? Kenapa lo sama keluarga lo akrab banget?

Kali ini Echa bisa terdiam. Perasaannya kacau dan ia tidak suka dalam posisi seperti ini. Sekali lagi, Dhirga berhasil membuatnya cemburu. Namun Echa tidak bisa berbuat banyak. Ia bukan siapa-siapanya cowok itu. Hubungan mereka bahkan tidak jelas.

Yang harus Echa pikirkan sekarang, cara apalagi yang harus ia lakukan agar tidak terjatuh pada pesona Dhirga. Sayangnya, mustahil untuk membuatnya berjalan normal. Echa terlanjur menjatuhkan hatinya pada sosok lelaki itu.


***

To Be Continue.

Jangan lupa vote dan comment^^

#AtikaFee

Skater Girl [COMPLETED] [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now