05. Hari Terakhir

2.2K 155 8
                                    

Hari ini adalah hari final hukuman yang diberikan Pak Mul pada Juan. Juan dan Gea sama-sama tidak memperpanjang masalah lagi, seperti melapor bahwa itu kekeliruan nama atau lainnya, karena menurut mereka hal itu hanya akan memperpanjang urusan. Sehingga, Juan tetap menjalani hukuman yang diberikan, dan tentu saja sebagian hukuman akan ia alihkan pada gadis biang masalah yang membuatnya harus terjebak menjadi petugas kebersihan dadakan.

Gea baru saja masuk gerbang dan berniat membeli air mineral di kantin, tetapi seseorang menghadang langkahnya. Cowok itu tidak mengatakan apa-apa, tetapi menarik Gea ke lapangan.

Gadis itu tidak protes karena tahu kalau Juan akan menjalani hukuman terakhirnya hari ini. Jadi, yah ... karena suasana hati Gea sedang baik dan secerah langit pagi, sehingga ia menurut saja ditarik. Seperti kemarin-kemarin, mereka berbagi tugas membersihkan lapangan basket. Malah beberapa hari ini dengan teganya Pak Mul menambah hukuman dengan membersihkan lapangan basket outdoor. Di mana banyak sampah plastik berserakan.

“Karena mood gue lagi good, jadinya lo kecipratan dikit keuntungan, gue bantuin lo hari ini dengan ikhlas tanpa paksaan,” kata Gea lembut. Gadis itu menunjuk Juan dengan jari telunjuk dan jempol yang terbuka sehingga berbentuk pistol, lalu mengedipkan mata kirinya.

Juan melepas genggaman tangannya, merasa aneh dengan reaksi tubuhnya. Apa itu tadi? Gadis cerewet dan galak itu bertingkah manis?

"Tapi izinin gue bentar ke kantin mau beli minum, oke?” Gea nyengir lalu berbalik, tetapi baru beberapa langkah tasnya sudah ditarik dari belakang.

“Enak aja lo, emang gue nggak tau akal bulus lo gimana, hah?! Lo kerjain dulu tugas baru ke kantin," kata Juan, masih galak seperti biasa.

Tawa garing keluar dari mulut Gea, ia heran dan tidak menyangka. Setelahnya, raut wajah gadis itu berubah, ia kembali memasang wajah yang seharusnya jika di depan cowok itu. Wajah galak.

Bepikir positif saja, mungkin memang hobi baru Juan berprasangka buruk padanya. Atau mungkin segala tentang cowok itu memang tidak ada yang positif? Demi air mineral yang ingin Gea beli, ia tidak peduli tentang Juan.

“Eh, pikiran lo itu kalau tentang gue cuma mikirin hal busuk aja, ya? Heran gue,” cetus Gea kesal. Ia melepas tas punggungnya dan dilempar ke arah cowok jangkung itu.

Dengan refleks yang baik, Juan menangkap tas itu. Juan menaikkan satu alisnya saat tas berwarna merah muda itu sudah di tangannya, cukup berat. Cowok itu pikir, Gea hanya bermain dan gosip saja di sekolah, ternyata ia juga belajar dan membawa banyak buku.

“Tuh! Tas gue jaminannya. Mending lo mulai duluan biar cepet selesai," kata Gea sambil mengibaskan tangannya, seperti mengusir. "Gue kelewatan ulangan Bahasa Indonesia kemarin, dan gue nggak mau kelewatan ulangan matematika hari ini."

Ucapan Gea membuat Juan bungkam. Juan menatap punggung gadis itu yang kini menjauh sambil berlari kecil.

Juan berdecak, kemudian bergumam, "Kalau jatuh gimana? Gue lagi yang ribet."

Tanpa menunggu Gea, Juan masuk ke lapangan membawa serta tas Gea yang ia sampirkan di bahu kanannya. Netra cowok itu menyusuri lapangan yang terus saja kotor setiap hari dengan ekspresi yang tidak dapat diartikan. Hari ini terakhir hukuman, harusnya ia senang, kan?


***


Cowok itu sibuk menumpuk sampah yang sudah masuk ke dalam trash bag hitam besar dan meletakkannya di belakang sekolah. Di sana memang ada bak sampah besar yang menjadi pusat tempat sampah sekolah Integritas Bangsa. Begitu selesai, ia kembali ke lapangan dan mendapati Gea masih mengepel separuh bagian lain sisi lapangan yang sudah bersih. Sesekali gadis itu menyeka peluhnya yang berjatuhan di sisi wajah dengan lengannya.

Juan kembali melangkah ke tempat di mana tasnya berada dan mengambil handuk kecil dari sana. “Ge!” Gea menoleh dan terkejut saat Juan melempar handuk itu.

Dengan sigap, Gea menangkapnya. Ia sempat kebingungan. Gadis itu menatap handuk di tangannya dan Juan bergantian.

Juan mengusap tengkuknya. Ia mengalihkan pandangan saat berkata, “Buat keringet lo, tangan lo kotor entar muka lo jadi jerawatan lagi.”

Gea tidak menganggap itu ejekan seperti yang sering Juan lakukan. Justru ia membenarkan, karena memang tadi tangannya bekas memeras kain pel. Meski dengan berat hati, akhirnya ia membuka suara. “Thanks.”

Setelah meletakkan alat pel di dalam ember yang airnya sudah berubah menjadi warna cokelat keruh, Gea berjalan mengambil botol air mineral yang tadi ia beli dan memberikan satu pada Juan. “Gue tau lo nggak bawa minum. Kalau lo dehidrasi terus pingsan, gue nggak kuat gendong lo,” ujar Gea tanpa menatap Juan. Ia mengelap wajahnya dengan handuk pemberian cowok itu.

Juan menerima botol itu dengan memasang ekspresi senyum masam lalu meminumnya. Gea sendiri tidak tahu mengapa ia mengatakan hal tidak penting itu, tetapi mulutnya seperti tidak bisa dikendalikan. Harusnya ia mengatakan hal lain yang lebih enak didengar. Seperti berterima kasih karena Juan tidak memperbesar masalah yang terjadi, atau meminta maaf karena telah melibatkan orang yang salah. Ia harusnya berpikir panjang dan tidak bertindak teledor yang berakhir membuat Juan harus melaksanakan hukuman yang semestinya tidak cowok itu dapatkan.

Gesrek CoupleWhere stories live. Discover now