17. Jembatan Cinta

854 86 15
                                    

“Gea, pulang bareng gue, ya?”

Mendengar namanya disebut, Gea langsung menggeleng. “Enggak usah, gue dijemput papa.” Gadis itu mengambil ponselnya dari tas, lalu menelepon papanya tepat di hadapan Juan.

“Assalamualaikum, Pa. Aku ud—“

“Halo Om, saya Juan temannya Gea.” Cowok di depannya ini benar-benar, ia mengambil alih ponsel Gea tanpa permisi. Bahkan ia menjauh beberapa meter dari tempat Gea berdiri, sehingga gadis dengan rambut seleher itu tidak bisa mendengar percakapan mereka.

“Andai aja dulu gue nggak langsung emosi, gue pasti nggak akan kenal Juan,” gumam Gea pelan sambil menggigit bibir bawahnya.

Perkatan Caitlin masih mengganggu, walaupun singkat, tetapi begitu membekas. Mengingat itu, Gea yang dengan berani melawan Caitlin langsung diam membisu hanya karena mendengar Juan mempunyai pacar. Dirinya benar-benar tidak habis pikir, kenapa bisa sejatuh ini pada Juan?

Ya, Gea memang suka sama cowok itu! Fakta yang membuat gadis itu sendiri sebal.

“Papa lo nggak bisa jemput, jadi lo pulang sama gue.” Setelah mengatakan itu, Juan memberikan ponsel Gea kembali.

Dahi gadis itu berkerut. "Lo ngomong apa sama papa?" tanya Gea sembari mengambil ponselnya kembali.

Kenapa takdir seolah mempermainkan perasaannya? Padahal Gea tidak bisa terus seperti sekarang, berdekatan dengan cowok tinggi di depannya ini membuat ia jatuh semakin dalam. Namun, tidak ada ada pilihan lain. Uang jajan Gea telah habis, tidak ada ongkos untuk naik angkutan umum.

Juan menepuk jok belakang motornya, kode agar gadis itu segera naik. Dengan wajah masam Gea pun menaiki motor Juan. Walau tampak ogah-ogahan, tetapi mampu membuat Juan tersenyum melihatnya.

“Udah siap Juliet-ku?” canda Juan sembari terkekeh.

Gea menatap punggung Juan dengan sebal. Bahkan cowok itu tidak menjawab pertanyaannya.

“Udah deh, nggak usah ngomong, kuping gue bosan denger suara lo mulu.”

Dengan senyum di wajahnya, Juan menjalankan motor dengan sangat pelan. Ia memang sengaja karena entah mengapa, melihat Gea mengerucutkan bibir menjadi hiburan tersendiri.

Juan suka melihat gadis itu marah, catat itu baik-baik! Emosi itu jauh lebih enak dipandang daripada Gea diam dan menghindarinya seperti kejadian beberapa hari yang lalu.

“Gue mau pulang, Juan!” bentak Gea yang sudah tidak tahan dengan cara mengendara cowok jangkung ini. Pelan, dan tidak jelas tujuannya.

Juan sedikit terkejut, kenapa gadis di belakangnya begitu sensitif? Namun, jika diingat-ingat, Gea memang seperti itu. Cepat terbakar dan bar-bar. Sifat itulah yang membuat mereka akhirnya saling kenal.

Melihat Juan malah menghentikan motornya, Gea pun langsung turun. Ia menatap tajam cowok yang membuat mood-nya kacau iu.

“Mau lo apa sih, hah?!” tanya Gea dengan amarah yang menggebu.

“Lo kenapa? Masih kepikiran sama perkataannya Caitlin?” Juan malah bertanya balik.

Tolonglah, ia cuma manusia biasa. Juan tidak akan mengerti apa yang salah jika Gea hanya marah-marah. Cowok itu butuh penjelasan. Ia bukan cenayang yang bisa menerka-nerka perasaan orang lain.

Gesrek CoupleWhere stories live. Discover now