11. Menarik Versi Juan

1.9K 130 26
                                    

Gea melambaikan tangan pada ayahnya yang mulai menjalankan mobil, gadis itu menunggu hingga mobil ayahnya tidak terjangkau lagi oleh mata. Ia lalu berbalik, menyusuri halaman sekolah dengan lesu. Tidak ada semangat seperti biasanya di wajah Gea, bibir gadis itu juga tidak menggambar senyuman.

Padahal, mentari telah menyambutnya sejak tadi, pendengarannya dipenuhi alunan suara burung-burung di sekitar sekolah yang memang masih banyak pepohonan. Namun, itu semua tidak berpengaruh pada Gea, jiwanya seakan tertahan di tempat tidak terjamah.

Dalam lamunannya, telinga Gea menangkap suara deru motor dari arah gerbang. Ia menoleh, matanya terpaku pada dua orang di atas motor. Dan ia mulai memaki dirinya sendiri karena menggerakkan mata untuk menoleh. Satu kata yang mampu menggambarkan kondisi Gea saat ini adalah menyedihkan.

Di sana, Juan datang bersama Caitlin. Gadis bule itu tersenyum cerah, ia mengeratkan pelukannya di pinggang Juan saat melihat Gea. Sedangkan Juan yang mengendarai motor tidak banyak menoleh, ia melajukan motornya menuju parkiran.

"Bego. Kenapa gue noleh, sih?" Gea memukul kepalanya berulang-ulang.

Kalimat itu berputar layaknya kaset rusak di kepala Gea, seakan tidak mengizinkannya untuk tenang barang sejenak saja.

Saat kesadaran Gea mulai terkumpul, ia melanjutkan langkah kaki yang tertunda. Wajahnya semakin ditekuk layaknya kertas yang diremas, beberapa sapaan ia abaikan begitu saja karena mood-nya hari ini bertambah anjlok.

Juan, entah bagaimana dan mengapa, Gea ingin cowok itu bertanggung jawab atas perasaannya yang jadi tidak menentu. Namun, mengingat dengan siapa Juan datang pagi ini, membuatnya sadar harus berhadapan dengan siapa jika ingin mendapat pertanggungjawaban itu.

*****

Gadis itu tersentak saat hawa dingin menjalar di pipinya. Ia lantas menoleh dan mendongak, mencari tahu siapa orang yang sudah mengganggu dirinya saat sedang ingin menenangkan kepala yang berisi benang-benang kusut.

Melihat wajah itu, Gea otomatis berpaling. Menormalkan ekspresinya yang semula ingin marah menjadi kaget, agar kini berganti menjadi biasa-biasa saja alias datar.

Gea sengaja duduk di sini, di belakang kelas. Mood yang buruk membuatnya ingin sendiri dulu. Ia tidak mau orang-orang di sekitarnya jadi korban karena perasaannya yang labil. Saat Dio dan Ara mengajak  ke kantin tadi, Gea menolak dan berakhir duduk di sini.

Minuman kaleng dingin yang tadi ditempelkan di pipinya, cowok itu ulurkan ke depan wajah Gea. Beberapa detik Gea diam menatap minuman yang tampak menyegarkan itu, kemudian ia berdiri dan beranjak pergi.

“Eh, Ge!”

Tangan Gea dicekal dari belakang. Ia mendelik menatap cowok yang kini tersenyum ke arahnya. Iya, senyum! Sial!

Lagian ngapain, sih, cowok itu di sini. Semakin merusak mood orang saja. Apalagi Juan datang dengan wajah tanpa dosa begini. Padahal, perasaan tidak jelas yang dirasa Gea sekarang karena cowok itu.

“Apa?!” tanya Gea malas-malasan.

“Duduk dululah, Ge. Mau langsung kabur aja, emangnya gue setan?”

“Ya emang mirip, sih,” cetus Gea jujur. Sangat jujur.

“Anjir. Itu mulut pedes banget belajar di mana, sih.”

Gesrek CoupleWhere stories live. Discover now