02

5.9K 689 8
                                    

"Saya mengerti. Anda bisa menitipkan mereka pada kami, Jung Hoseok-ssi," tutur salah satu penjaga panti seraya memandangi dua anak kecil yang datang bersama Hoseok, dengan sang kakak yang menggandeng tangan adiknya.

"Tolong, jangan terlalu formal padaku. Panggil saja aku Hoseok," ucap Hoseok sedikit tak enak pada wanita yang lebih tua darinya itu.

"Ah, ya. Baiklah." Penjaga panti membungkuk sedikit.

"Oh, ya. Aku harus pergi sekarang, ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan." Hoseok melirik Jimin dan Taehyung sekilas. "Lagipula ini sudah malam, mereka pasti sudah mengantuk."

Hoseok mendekati mereka. Memberi usapan ringan di puncak kepala keduanya.

"Paman pergi dulu, ya?" pamitnya. "Jika kalian membutuhkan sesuatu, katakan saja pada Bibi Seo."

"Paman Hoseok mau kemana? Paman tidak tinggal disini?" tanya Taehyung yang sejak tadi terus menempelkan diri pada Jimin, bahkan ketika penjaga panti mengajaknya berkenalan.

Hoseok menggeleng. "Tidak, Tae. Paman tinggal di rumah Paman," jawabnya. "Tapi, Tae tidak perlu khawatir. Ada banyak yang akan menjaga Tae di sini, dan Tae juga akan punya banyak teman. Kau tidak akan sendirian, Taehyung-ah." Hoseok tersenyum lembut.

Taehyung yang melihat itu ikut tersenyum. Senyum kotak yang menggemaskan.

Hoseok beralih pada Jimin. "Jim, jaga adikmu baik-baik, ya? Dan jika kau membutuhkan sesuatu, bilang saja pada Bibi Seo, atau pengasuh yang lain. Mereka akan memenuhi segala kebutuhan kalian." Hoseok menegak. "Paman janji akan sering main ke sini, jika tidak sibuk."

Hoseok melambaikan tangan pada mereka berdua. "Sampai jumpa." Lalu beralih pada penjaga panti. "Aku pamit."

***

"Kak, apa kita akan tinggal di sini selamanya?"

Taehyung yang tidur di pangkuan Jimin mengajukan pertanyaan. Memandangi langit-langit kamar sembari memainkan jemari kecilnya.

"Entah. Kakak tidak tau, Tae." Usapan Jimin pada surai Taehyung melambat. Dia bahkan tidak tau apakah pilihannya tepat atau tidak.

Jimin hanya takut ayahnya tidak terima karena Jimin melarikan diri bersama Taehyung dan bertekat mencari mereka, lalu... Jimin tidak bisa bayangkan lagi. Ayahnya itu tidak waras dan suka berbuat nekat.

"Tae rindu ibu, Kak" suara lirih Taehyung menarik Jimin kembali pada kesadarannya. Pergerakannya benar-benar terhenti.

Pandangannya menerawang pada bentangan langit malam diluar kaca jendela kamar anak panti. Menatap penuh pada sebuah bintang yang sinarnya paling terang. Mungkin itu ibu.

"Kakak juga"

Jimin menjawab getir. Tidak ada yang bisa memungkiri rasa rindu pada ibu yang sudah pergi. Apalagi saat itu, Jimin sudah cukup mengerti bahwa dia tidak akan bisa melihat ibunya lagi sampai kapanpun, kecuali ibunya sendiri yang mengunjunginya lewat mimpi.

Taehyung mengalihkan pandangannya pada sang kakak yang diam merenung. Ia menggigit bibir bawahnya sebentar.

"Kapan ibu kembali, Kak?"

Suaranya bergetar. Jimin mendengarnya, hanya saja berat untuk menjawab, atau lebih tepatnya, dia tidak tau jawaban apa yang bisa ia berikan untuk adiknya.

Selama ini, Jimin hanya mengatakan ibu mereka pergi. Tidak pernah mengatakan ibu mereka tidak akan kembali.

Taehyung masih terlalu kecil untuk mengerti apa itu 'mati'. Taehyung tidak tau maksud pergi ke pangkuan Tuhan. Jadi, ini untuk kesekian kali Taehyung menanyakan kapan ibu mereka akan kembali.

✔ MOONCHILD | Park JiminWhere stories live. Discover now